Traveling Keluarga Melancong Elok Lombok
November 01, 2018
Lombok menjadi primadona
pariwisata Indonesia saat ini. Beraneka ragam wisata tersaji secara paripurna
di sini. Yang mendamba pantai tropis terbaik, petualangan menakjubkan gunung vulkanik,
kehidupan budaya yang lestari, kuliner khas bercita rasa specialty, dan
destinasi wisata halal terkemuka, Lombok bisa memenuhi kebutuhan ‘leisure’ paling
unggul di Indonesia. Makanya, kali ini saya memilih Lombok sebagai prioritas
tujuan travelling saya sekeluarga. Saya hendak mengajak Thole untuk memesrai salah
satu pulau teristimewa dan ‘terpedas’ di untaian kepulauan sepanjang garis
khatulistiwa – seperti nama belakang Thole.
Cuaca panas khas Lombok langsung menyergap setiba di Bandara Internasional Lombok. Bandara ini begitu riuh dengan kunjungan wisatawan asing. Bulan Juli-Agustus ini memang favorit bagi wisatawan Eropa dan Amerika yang gandrung bermusim liburan dan ingin ‘escape’ dari musim panas yang menyengat, atau juga bagi wisatawan Australia yang ingin kabur dari musim dingin yang menusuk. Dalam penerbangan saya dari Denpasar, wisatawan domestik seperti kami malah minoritas. Tampak para wisatawan Bule ini mendominasi terminal kedatangan. Tampak pula banyak wisatawan asing sekeluarga yang ingin bervakansi tropikal di Pulau Lombok. Saya pikir, Lombok sudah pantas menjadi destinasi wisata kelas dunia bagi keluarga.
Kembali lagi mendarat kelima kalinya di Lombok International Airport atau Bandara Internasional Lombok. |
Kunjungan saya kali ini merupakan yang kelima di Lombok. Rasanya, tak ada bosan untuk bertandang berapapun ke Lombok. Selalu ada pesona yang ingin ditualangi dengan keingintahuan sebagai penikmat perjalanan. Saya memilih menginap di Mataram. Sebagai Ibukota Nusa Tenggara Barat, kota ini tentu lengkap dengan bermacam fasilitas publik. Travelling bersama balita perlu lebih memerhatikan akses fasilitas kenyamanan, tak sekadar pesona destinasinya.
Jarak Mataram
dengan Bandara Internasional Lombok adalah sekitar 32 km. Cukup jauh memang,
tapi tenanglah - gampang dijangkau dengan mobil pribadi, transportasi umum
maupun taksi. Pilihan ber-homebase di
Mataram untuk menginap, rasanya strategis untuk bertamasya selama 3 hari 2
malam yang bisa menjangkau berbagai destinasi di Lombok. Perjalanan kali ini,
saya mengedepankan nuansa santai, tak terlalu memburu banyak destinasi. Namun,
saya tetap gandrung untuk mendapatkan ‘hidden gem’ di Lombok yang mengejutkan. Berikut
kisahnya:
Romansa Senja di Malimbu
Yang romantis
dari Lombok salah satunya adalah sunset. Begitu tiba di Lombok, agenda hari
pertama yang utama langsung bersunset ria. Sebagai penikmat senja, jelas saya
tak ingin melewatkan momen peralihan siang terhadap malam. Malimbu adalah
pilihan paling menyenangkan bagi saya. Ini bukan soal destinasinya saja, tapi
pengalaman berkendara selama 1 jam menjadi ‘kemewahan’ yang kami nikmati. Jalan
mengular berkelok-kelok dengan ditandemkan pantai adalah sebuah kenikmatan
berkendara. Cahaya sore keemasan makin menguarkan kesyahduan sepanjang jalan.
Bisa membawa Thole melihat lanskap menakjubkan penuh dengan cerita geologis di Lombok adalah investasi orang tua untuk masa depan Thole. |
Malimbu begitu istimewa dalam lanskap kebumian geologi Lombok. Area yang masuk dalam geosite Bukit Nipah ini menjadi salah satu titik utama World Geopark Rinjani Lombok. Saya mengajak Thole berjalan menyusuri setapak yang dikerubung ilalang. Wisatawan tampak bersebaran, sepertinya tabah untuk menanti mentari pulang sambil mengabadikan momen. Di bawah kejauhan sana, Pantai Nipah digaris dengan pasir putihnya yang berhiaskan hamparan nyiur di kaki bukit kering keemasan. Kami beruntung sore itu. Kami disambut senja yang tenggelam sempurna dengan bersanding Gunung Agung dan Tiga Gili (Gili Trawangan, Gili Air dan Gili Meno) di ufuk barat. Sungguh, Malimbu tak ingkar janji soal senjanya yang istimewa.
Flaneur Kota Tua Ampenan
Sudut tua nan
pusaka sebuah kota adalah salah satu favorit saya dalam mengisi relung
perjalanan. Lombok punya ‘heritage city’ yang cukup terawat, yakni Ampenan.
Mentari belum jua bersinar terik, tetapi saya sudah keluyuran sejauh 5 km dari
Mataram. Saya gemar menyigi momen pagi untuk menikmati harmoni fasad bangunan
tua dengan aktivitas bugar masyarakat di kala pagi. Anak sekolah dan para pekerja
bergegas berangkat ke tujuannya. Sebagian masyarakat lain mengerubungi penjual
nasi dan serabi-lupis di muka bangunan yang bergaya art-deco. Saya sempatkan
sarapan serabi-lupis di jalan menuju Pelabuhan Ampenan. Rasanya begitu manis gurih
dan mengenyangkan, bisa menjadi bekal perjalanan seharian di Lombok.
Simpang Lima Ampenan dan Cidomo, dokar khas Lombok. Saya di sini menikmati lalu lalang pagi kota tua ini. |
Ampenan dirupa pemerintah kolonial Belanda sebagai kota pelabuhan sejak tahun 1924. Konon, Ampenan didirikan untuk menjadi penyaing perdagangan kerajaan-kerajaan Bali. Jejak pelabuhan itu kini bisa dijumpai di Pantai Ampenan. Saya tiba di pantai ini saat masih sepi. Pantai ini didesain sebagai pantai ‘sunset’ dengan tengara tulisan “PANTAI AMPENAN” menghadap ke laut. Namun begitu, saya puas nikmati udara pagi yang segar dari lautan sambil berjalan menyapa petugas kebersihan.
Tak lama saya tertambat
di Pantai Ampenan. Saya beranjak untuk menyusur flaneur lagi di sekujur kota
Tua Ampenan. Saya mengikuti laju kencang Cidomo, dokar khas Lombok, yang
melintas di jalan utama didekap ruko-ruko yang telah dicat warna-warni. Pada
Simpang Lima Ampenan, saya lantas sejenak berhenti. Di sini, saya menikmati
derap keramaian kota yang kini kebesarannya telah digantikan Mataram.
Kendhi Maling Banyumulek
“Ke Lombok kali
ini saya harus ke Banyumulek. Saya penasaran dengan Kendhi Maling”. Sebelumnya,
setiap kali perjalanan Bandara ke Mataram saya tak pernah mampir ke Banyumulek
karena faktor transportasi. Padahal, lokasinya tak jauh dari jalan poros
Bandara. Rencana perjalanan hari ini ke arah Mandalika saya sengaja minta
driver saya, Ibnu, untuk singgah di Banyumulek. Dia lantas mengarahkan ke
showroom Berkat Sabar Art Shop.
Saya menjelajahi
Desa Banyumulek lebih dalam untuk mendekat pada realitas pengrajin masyarakat.
Sebelum pamor wisata Lombok tersohor, kerajinan gerabah Banyumulek telah terkemuka
menyebar ke penjuru dunia. Hampir 80 persen masyarakatnya merupakan pengrajin
gerabah. Pada salah satu rumah pengrajin, saya bertakzim pada Bu Tinah yang begitu
terampil membentuk gerabah dari tanah liat.
“Saya sudah
membuat gerabah selama 30 tahun ini, sejak saya SD.” tutur Ibu separuh baya
yang memiliki 3 anak ini.
Riwayat Kuno Masjid Gunung Pujut
Lombok kondang disebut
sebagai Pulau Seribu Masjid. Hampir setiap kampung memiliki masjid yang
terbangun begitu megah, nyaris rata-rata 2 tingkat. Hasrat saya mengeksplorasi
masjid akhirnya tertuju pada masjid tertua di Lombok, yakni Masjid Kuno Gunung
Pujut di Desa Sengkol, Lombok Tengah. Bagi wisatawan sejarah dan budaya, Masjid
Gunung Pujut adalah ‘hidden gem’ wisata di Lombok. Lokasinya yang tak jauh dari
BIL dan Desa Sade, semestinya ada kesenggangan waktu untuk berkunjung.
Berdiri di puncak
bukit pada ketinggian 400 meter dpal, saya harus menaiki ratusan anak tangga
untuk mencapainya. Masjid yang dibangun sekitar tahun ini 1587 ini tampak sepi
karena sudah tak digunakan lagi. Bangunan persegi 8,6 x 8,6 meter yang
berarsitektur bambu dan beratap tumpang ijuk ini menjadi tengara dari riwayat Islam
Wetu Telu yang kini sudah jarang dianut masyarakat Sasak. Masjid Gunung Pujut
didirikan di kompleks Kedatuan Gunung Pujut yang dulu berkuasa di wilayah
Lombok bagian selatan. Berada di sana sendirian, sungguh saya merasa dikerumuni
aura mistis, yang melemparkan pada perkembangan awal sejarah Islam di Lombok.
Hikayat Sasak di Desa Sade
Penduduk asli yang
mendiami Pulau Lombok adalah suku Sasak. Jika ingin tahu kehidupan otentik Suku
Sasak, datanglah ke Desa Adat Sade. Lokasinya yang berada di pinggir jalan,
membuat tak susah untuk singgah sejenak di Sade sebelum meluncur ke
pantai-pantai Mandalika. Tari Peresean menyambut tamu yang dengan atraksi
perang antar dua pepadu (petarung) lelaki Sasak bertelanjang dada. Saya memilih
lekas menyusuri dalaman kampung dengan berjalan di gang yang diapit bale-bale
(rumah-rumah) warga. Di depannya, warga menjajakan pernak-pernik kerajinan
Sasak serta mendemonstrasikan keahlian menenun.
Pertunjukan Tari Peresean di Desa Sade memikat bagi wisatawan terutama wisatawan asing. |
Bale atau rumah
masyarakat Sasak menyuguhkan keunikan yang bisa membuat kita terkesima (atau
jijik). Seminggu sekali, lantai Bale akan dipel dengan kotoran kerbau atau sapi
yang masih ‘hangat’. “Tapi tenang! Tidak bau. Gunanya untuk menguatkan lantai
rumah, mengusir nyamuk dan membuat rumah terus hangat.” ungkap Ono, pemandu
saya di Sade. Siang terik di Lombok, membuat saya gerah dan terduduk istirahat teduh
di Bale Lumbung. Rupa Bale Lumbung ini begitu karismatik sehingga ditetapkan
menjadi arsitektur identitas khas Pulau Lombok. Bagian atas diperuntukkan
sebagai penyimpanan padi warga. Benar-benar bangunan multifungsi.
Kerbau dan Kemolekan Selong Belanak
Pantai bernuansa
tropis adalah jagoan daya pikat Lombok untuk mendatangkan wisatawan dari
seluruh dunia. Di Lombok, saya paling terobsesi untuk menikmati penggalan sore
sampai senja di Pantai Selong Belanak. Kalau soal pantai berpasir putih lembut
beserta pemandangan perbukitan pesisir, pantai di kawasan Mandalika hampir semua
memilikinya. Bagaimana kalau saat senja yang syahdu, pemandangan kita
ditingkahi oleh gerombolan kerbau yang melintas pulang di pantai? Atraksi inilah
yang mengundang perhatian saya untuk bersemangat datang ke Pantai Selong
Belanak
Seru sekali! Saya berkejar-kejaran dengan Thole untuk menikmati sepenggal sore di Pantai Selong Belanak. Saya mencari tempat yang agak sepi agar bebas bermain. |
Kerbau menjadi pengharmoni favorit saya di Pantai Selong Belanak. Thole terkesima tapi takut juga melihat gerombolan kerbau banyak melintas. |
Sore mulai
mengemas. Sunset hendak datang. Pantai mulai ditinggalkan para wisatawan,
terutama domestik. Bule-bule masih berjemur dan sibuk bermain air. Saya
khawatir rombongan kerbau dambaan tak jadi melintas. Namun, tepat 10 menit
jelang sunset, para kerbau digiring pengasuhnya beriringan memecah kesyahduan
menikmati senja. Bocah-bocah bule antusias sekaligus heran melihat kerbau, bahkan
ada yang ingin menungganginya. Maklum, kerbau merupakan hewan asal Asia
Tenggara yang tak didomestikasi di Eropa, Amerika maupun Australia. Berkat
kerbau, senja Selong Belanak terasa sangat spesial bagi saya.
Staycation Nyaman di Santika Mataram
Perjalanan yang
nikmat itu memerlukan tempat menginap yang nyaman, terlebih kalau membawa
balita. Di Lombok, saya menjatuhkan pilihan tinggal di Hotel Santika Mataram
selama 3 hari 2 malam. Nama besar Santika menjadi jaminan mutu untuk menggaet
kenyamanan hakiki. Dengan standardisasi berjejaring nasional, hotel bintang 3
ini bisa saya andalkan sebagai tempat beristirahat, sekaligus pemenuh kebutuhan
staycation di Mataram.
Lokasinya di
jantung kota adalah nilai plus Hotel Santika Mataram. Hotel ini menyasar
segmentasi pasar bisnis, tetapi bagi saya tak ada salahnya juga menikmatinya
untuk urusan wisata keluarga. Berada di kawasan pemerintahan provinsi Nusa
Tenggara Barat dan Kota Mataram dan dekat pusat bisnis Cakranegara, Hotel
Santika Mataram tepat untuk menghelat urusan MICE (Meeting, Incentive,
Convention, and Exhibition). Dengan fasilitas 123 kamar dan 7 ruang meeting,
Hotel Santika Mataram betul-betul jadi pilihan terbaik di pusat kota Mataram. Apalagi,
bersama Lombok sebagai destinasi wisata halal dunia, Hotel Santika Mataram juga
melengkapi dengan mushola luas yang memisahkan ruang sholat pria dan wanitanya.
Ruang meeting yang dilengkapi dengan mushola, tempat sholat yang luas. |
Tata lampu yang artistik di lorong-lorong kamar. |
Saya mendapatkan kamar Hotel Santika Mataram Deluxe Room King dengan jendela mengarah ke utara pada pemandangan deretan perbukitan Muteran. Sesuai dengan standar terbaik Hotel Santika, kamar ini dilengkapi dengan fasilitas modern, yakni TV layar datar dengan saluran TV kabel, akses WiFi gratis, mini bar, meja kerja, dan lemari. Begitu masuk, nuansa sejuk di tengah terik Mataram langsung saya rasakan, ibarat oase di panasnya gurun. Thole lalu langsung antusias menjajal empuknya kasur dengan menjajal loncat-loncatan. Suguhan air mineral dan buah-buahan langsung saya nikmati untuk menghalau dahaga.
Menengok ke kamar
mandinya, saya langsung disambut dengan higienitas dan kerapiannya. Kamar mandi
dilengkapi dengan shower yang bisa menyuguhkan air dingin dan air panas
terjamin. Kloset toilet didesain cukup lega dengan pengucur ramah masyarakat Nusantara.
Kamar mandi ini juga dibekali dengan toiletries dan handuk. Menariknya, kran
air Hotel Santika Mataram ini dibuat cukup besar, sehingga saya pun praktis
untuk berwudhu. Dari segi kamar mandinya, Hotel Santika Mataram ingin tegas mengakomodasi
kebutuhan wisata halal di Lombok.
Kondisi toilet dan kamar mandi Santika yang dilengkapi dengan kran tempat wudhu. |
Hotel Santika
Mataram sangat mendukung untuk staycation asyik di Pulau Lombok tanpa jauh-jauh
dari pusat kota. Tak perlu hanya bermalas-malasan di kamar, Hotel Santika
Mataram juga punya fasilitas kolam renang dan ruang fitness yang bisa
memanjakan pengunjung. Pada hari ketiga di Santika, kami memilih staycation
santai. Kolam renang Hotel Santika Mataram memiliki bagian khusus untuk
anak-anak. Thole pun tak melewatkan untuk mandi berenang di pool Santika. Dia
begitu betah bermain air dengan dikawani ibunya.
Kuliner Lombok di Kafe Bayan Tak Terlalu Pedas.
Jangan khawatir staycation
di Hotel Santika Mataram tetap bisa menikmati beragam kuliner Lombok. Hotel
Santika Mataram memiliki Kafe Bayan yang mengusung cita rasa khas Lombok dan
Nusantara sebagaimana andalan hotel berjejaring Santika di mana saja. Untuk merasakan
kuliner Lombok, saya menjajal Nasi Puyung yang berisi Plecing Kangkung dengan
lauk dendeng pedas suwir. Dalam anggapan saya, Nasi Puyung ini akan begitu
pedas sesuai dengan gagrak masakan Lombok. Namun, Hotel Santika Mataram pandai
menyesuaikan sesuai beragamnya tamu dari berbagai daerah. Nasi Puyung Kafe
Bayan pun disajikan lebih ramah pada lidah universal. Saya juga menjajal
Plecing Ikan, yang dari segi rasa benar-benar mantap khas Lombok. Setiap masakan
khas Lombok di Kafe Bayan sudah disesuaikan tingkat kepedasannya biar lebih
diterima umum.
Keramahan awak restoran Kafe Bayan yang siap menjelaskan deskripsi dan asal daerah dari aneka masakan Nusantara. |
Kafe Bayan juga
memiliki menu signatur ala carte. Setiap bulan selalu ada menu spesial lokal yang
dikreasi terbaik oleh Chef Yasa, kepala koki Hotel Santika Mataram. Bulan Juli
ini, Kafe Bayan punya menu andalan Tuna Sambal Tomat, ikan tuna yang dipanggang
dengan perasaan air jeruk nipis dan garam disajikan dengan sambal tomat goreng.
Saya menikmatinya dipadukan kudapan Serabi Banjir khas Lombok, yang disajikan dengan
saus kinca yang melimpah dan taburan buah nangka segar. Saya juga menjajal menu
signatur Hotel Santika Mataram yakni, Iga Goreng yang cita rasa bumbunya begitu
meresap. Kafe Bayan juga menyediakan menu-menu spesial untuk anak. Thole
menjajal Nasi Goreng Keju dan Salmon Panggang Saos Spesial yang begitu lahap disantapnya.
Plecing Kangkung, Tuna Sambal Tomat, kudapan Serabi Banjir dan signatur Iga Goreng. Semua favorit saya selama menginap di Santika Mataram. Rasanya tak pedas seperti masakan Lombok pada umumnya. |
Sertifikat Halal Kafe Bayan. Santika Mataram pelopor masakan hotel untuk mendukung Lombok sebagai destinasi halal dunia. |
Yang wajib
diapresiasi dari Kafe Bayan adalah sertifikasi halalnya. Demi mendukung Lombok
sebagai destinasi halal terkemuka di dunia, Hotel Santika Mataram memastikan
segala makanan dan minuman telah terjamin kehalalannya. Hotel Santika Mataram
tidak memiliki bar yang menjual wine dan bir. Walaupun begitu, wisatawan yang
membawa bir dan wine dari luar tetap diperbolehkan. Sejak tahun 2012, Hotel
Santika Mataram menjadi pionir kehalalan dalam bisnis leisure di Lombok,
terutama soal makanan dan minumannya.
Hotel Santika
Mataram peduli terhadap khasanah lokal Lombok tak hanya pada menu masakannya,
tetapi juga pada usaha kreatif masyarakat. Hotel Santika Mataram bekerja sama
dengan beberapa UMKM Lombok untuk memasarkan produk oleh-oleh terbaik Lombok.
Asyiknya, oleh-oleh Lombok ini tetap berharga murah. Dari etalase UMKM di Hotel
Santika Mataram, saya membungkus cinderamata dan kudapan khas Lombok semacam dodol
rumput laut, sambal cengeh, kopi rumput laut, jaje gabus, manisan lobe-lobe, stik
bawang, dan tortila.
***
Sudah jadi ‘template’
travelling, saya selalu antusias mengeksplor ruang-ruang publik di sekitar saya
menginap. Saya menyempatkan waktu untuk menikmati Mataram tanpa perlu jauh-jauh
dari Hotel Santika Mataram. Dengan lokasinya yang strategis, saya sarankan kita
perlu melakukan eksplorasi pesona dalam kota Mataram, mumpung berada di Santika
Mataram.
Kebahagiaan Publik Taman Sangkareang
Terletak tepat di
depan hotel Santika Mataram, Taman Sangkareng berada untuk menjadi arena publik
kota Mataram. Bagi yang suka dengan denyut kebahagiaan masyarakat sebuah kota,
taman publik bisa menjadi visualisasi yang pas. Taman Sangkareng ini dilengkapi
oleh playground yang bisa menjadi ruang bermain anak. Terdapat juga jalan setapak
untuk berolahraga masyarakat. Biasanya event kota dilaksanakan di taman ini
sehingga menjadi pusat keramaian masyarakat. Saya luangkan malam hari untuk
nongkrong di sini. Kemeriahan aktivitas warga bisa menjadi hiburan bersama lalu
lalang kendaraan yang melintas Jalan Pejanggik, jalan utamanya Mataram.
Kemegahan Masjid Hubbul Wathan
Bangunan paling
kontras dan tegas di Mataram adalah Masjid Hubbul Wathan Islamic Centre.
Kemegahannya ingin menabalkan identitas Pulau Lombok sebagai Pulau Seribu
Masjid. Masjid berkubah yang dibangun dengan 5 menara dengan menara paling
tinggi 99 meter ini berarsitekturkan harmoni dari Lombok, Sumbawa, Arab, dan
Melayu. Dari Santika Mataram lokasinya tak begitu jauh. Saya hanya berjalan
kaki sejauh 600 meter. Di malam hari, dari Santika pun saya bisa memandang
kubah dan menara masjid ini begitu indah disorot tata lampu warna-warni. Selain
untuk beribadah, masjid ini bisa menjadi destinasi wisata religi. Sebagai
tempat suci, wisatawan harus berpakaian sopan jika hendak berkunjung.
Jejak Toleransi di Taman Mayura
Pulau Lombok
pernah terikat dalam Kerajaan Karangasem di Bali. Jejaknya bisa dilihat di
Taman Mayura. Saya sempatkan untuk berkunjung ke taman pusaka yang berlokasi
tak jauh dari pusat bisnis Cakranegara. Sebuah taman air persegi panjang nan
cantik didirikan pada 1744 oleh Anak Agung Made Karangasem, Raja Karangasem,
Bali. Saya melangkah masuk dengan memakai selendeng kuning ke Bale Kambang di
tengah taman air. Sungguh, saya berjumpa dengan aura toleransi di sini.
Terdapat patung bercirikan Muslim, Cina dan Jawa di area bangunan yang kental
nuansa Bali dan Hindu. Suasana di sini begitu asri di bawah naungan pohon
manggis, sebuah kesejukan di tengah terik Mataram.
Promo Murah Hotel Santika Mataram via Santika.com
Pilihan menginap
di Mataram dan Lombok, sekarang tak perlu bingung lagi. Memesan Hotel Santika
Mataram pun begitu gampang di era internet cepat. Biasanya kita memesan kamar
menggunakan platform aplikasi online travel agent (OTA). Begitu banyak aplikasi
OTA yang bisa kita manfaatkan untuk memesan Hotel Santika Mataram. Namun,
tahukah kalian? Bahwa memesan jaringan Hotel Santika via www.santika.com bisa lebih memberi manfaat yang tak akan
didapatkan di aplikasi OTA.
Pilihan Hotel Santika Mataram gampang ditemukan di situs www.santika.com. |
Via www.santika.com, kita bisa memilih kamar dengan mendapatkan tarif terbaik karena tanpa ada perantara. |
Selain mendapatkan jaminan harga promo murah yang bisa diandalkan, memesan via www.santika.com akan mendapatkan berbagai manfaat khusus seperti free WIFI, free breakfast, dan fasilitas lainnya. Selain itu, www.santika.com memberikan pilihan berbagai metode pembayaran dari kartu kredit, bank transfer, juga bayar langsung di hotel. Yang pasti, tidak akan ada biaya tersembunyi. Setiap harga sudah termasuk pajak. Tak hanya itu, memesan via www.santika.com kita akan diyakinkan ulasan pelanggan tentang pengalaman menginap dari tamu lain sebagai referensi menginap kita.
Saat ini jaringan
hotel Santika baru memiliki 1 hotel di pulau Lombok, yakni Hotel Santika
Mataram. Rencana ke depannya grup Santika akan melebarkan sayap dengan
mendirikan hotel premium di kawasan Senggigi, yakni Santika Premiere. Para
pelancong Lombok pun akan disuguhkan lebih banyak jaminan kenyamanan terbaik dari
hotel-hotel jejaring Santika.
Untuk menikmati
Pulau Lombok, kalau ingin mendekat ke destinasi wisata utamanya seperti:
Senggigi, Mandalika, Tiga Gili, dan Sembalun, wisatawan punya pilihan akomodasi
yang lengkap dan bervariasi. Mulai dari penginapan backpacker, hotel melati,
berbintang hingga villa resort luxury standar internasional tersedia sesuai
dengan budget dan preferensi kenyamanan.
***
Tiga hari dua
malam di Lombok memang rasanya sebentar. Namun, misi mengajak Thole untuk
menikmati pesona Lombok bisa saya anggap sukses besar. Traveling keluarga di
Lombok itu betul-betul mengasyikkan dan membahagiakan. Level perjalanan kami pun
serasa naik tingkat. Jujur, Lombok masih punya beragam tempat yang ingin saya
kunjungi di kesempatan berikutnya. Saya masih mendamba untuk hadir di Festival
Bau Nyale, festival budaya yang merayakan legenda Putri Nyale di Mandalika dan
menikmati pagi hari dengan sruputan kopi specialty Lombok di tanah asalnya di
Sembalun.
Sampai jumpa lagi
Lombok!
Alamat:
Hotel Santika
Mataram - Lombok
Jln. Pejanggik
No. 32 Mataram 83126
Lombok, Nusa
Tenggara Barat, Indonesia
+62-370-6178888
16 komentar
Panjang banget mas ahhahahaha.
BalasHapusIni bisa jadi 3 tulisan terpisah loh :-)
Menantikan cerita yang lain kala di pulau terpadat :-D
Haha.. pesan sponsornya kudu ditulis panjang juga mas.. Haha..
HapusTapi aku suwe tenan ra nulis panjang ki mas.. hahaha..
Tahu-tahu Thole sudah gede aja, Mas Iqbal...
BalasHapusYah Lombok cantik nian. Aku juga gak bosan untuk berkali-kali datang ke sana :)
Iya ni Bunda Evi. Thole udah 2,5 tahun lebih. Berarti sekitar itulah kita belum bersua lagi Bunda. Semoga kita bisa berjumpa selekasnya.. :D
HapusLombok juara bangetlah.. Cocok untuk travelling keluarga sama anak kecil yg bisa lengkap dapatnya..
Wah, liburannya super lengkap, Mas Iqbal dan keluarga. Mengunjungi wisata alam, budaya, sejarah, agama. Dapat fenomena yang menarik (ada kerbau lewat). Dilengkapi dengan menginap di Santika yang mewah banget. Penat hilang pasti tuh. Jadi nggak pengen balik. wkwk
BalasHapusLengkap banget Lombok. Iya nih buat perkenalkan Thole kepada bangsanya... Hihi
HapusSantika bisa jadi andalan karena ada di pusat kota.. Ke mana-mana jadi gampang.
Mas... Momen kerbau lewat di pinggir pantai pas senja itu menarik sekali. Huhu. Aku ngebayangin jadi Thole pas udah gede, pasti bahagiaaa membaca kilas cerita ketika ia masih balita. Jejak ceritanya masih lengkap begini + dokumentasinya :))
BalasHapusOhya, Sade itu kan arah mau ke Kuta Mandalika ya mas? Agak jauhan ya kalau dari Mataram atau hotel Santika..
Tapi emang strategis kalau udah di Mataram. Nyesel nggak masuk Ampenan.
Momen kerbau yg lewat pas senja sangat berkesan bt Thole sampai dia cerita (pakai bahasa isyarat) pas pulangnya.
HapusWah mbak Ampenan cakep flaneur pagi2 dan bonus dengan makan srabi.. ke Lombok lagi mbak
Belum pernah ke Lombok. Sendiri mau pun sama keluarga. Jadi pengen ke sana, tulisannya detail dan lengkap bisa jadi itinerary 😁
BalasHapusAyoo Mak Jul berangkat ke Lombok. Nanti bersua dengan mbak Andy Hardiyanti yang paham banget tentang Lombok. Dia bisa memilihkan itienary yang lebih mantap di Lombok..
Hapus:D
Istimewa sekali mas perjalanan dengan keluarganya
BalasHapusIya ni mas Wahyu. Paling istimewa memang ajak travelling keluarga. Apalagi bawa bocah kecil yang kadang bisa ujug-ujug ribut.. haha. Seru banget kmarin di Lombok
HapusTulisan liburannya komplit banget nih mas. Sayang yaa gak jadi kopdaran waktu itu euy. Padahal pengen ketemu Thole hahahah..
BalasHapusSaya yang di Mataram malah belum pernah nih staycation di Santika. Jaraknya lumayan dekat dari rumah. Pernah sih beberapa kali ke sana pas ada acara gitu.
Hayuk kapan ke Lombok lagi mas?
Terima kasih mbak Andy.. Memang Lombok sangat komplit, itu aja aku gak jadi ke tempat2 yang kurencanakan dari awal.. Liat sikon si Thole..
HapusWaktu itu, sayang banget ya kita g jumpa mbak.. Aku lebih banyak keluyuran di luar Mataram sementara Mbak Andy jaga bayinya. Hihi..
Semoga kita bisa jumpa mbak di Lombok pada kesempatan berikutnya..
terima kasih informasinya. Maaf iklan di sini kurang efektif kak. Ada baiknya anda bisa endorse saja orang untuk menjadi peminjam uang..
BalasHapusI think, that traveling with family is the best thing in the world. In such moments, you understand the main life values and what happiness is.
BalasHapus