Panca Ksatria Boga Bantul
Oktober 22, 2018Alkisah, di tlatah Bantul, tanah Mataram yang menempati pesisir selatan dalam garis makrokosmos Jawa: Merapi – Laut Selatan, tersebarlah para ksatria hidup penuh kemuliaan dari kebaikan-kebaikannya untuk peradaban panganan. Mereka hidup dalam alam kedamaian dan kemerdekaan desa, tetapi tak lalai memberi warna merona bagi kejayaan kuliner Nusantara. Para ksatria ini tak akan tampil jumawa dengan signaturnya, tapi para penggandrung kesejatian rasalah yang bersaksi pada kemahirannya. Saya adalah salah satunya kawula yang senantiasa hormat setinggi-tingginya pada dedikasi paripurna para ksatria ini yang luar biasa.
Pada tulisan ini, saya dengan suka hati berbagi kisah lima
ksatria boga Bantul pujaan saya. Bagi saya pribadi, mereka telah sahih menjadi
ulama boga Bantul yang begitu fasih meriwayatkan cita rasa sumurung panganan
yang biasa disantap orang Bantul dan dikulik antusias para pelancong dari
seluruh penjuru jagat semesta. Saya tak rekomendasikan para pelancong Jogja
untuk sowan kepada para ksatria ini, kecuali punya niat mulia untuk menisbatkan
boga ini sebagai mahakarya pengasup jiwa, tak sekadar untuk urusan perut semata.
Inilah daftarnya.
Bakmi Pak Tris Manding
Harus kita akui bahwa Jogja adalah negeri Bakmi
Jawa dan Bantul adalah pusatnya Bakmi Jawa yang enak nan lezat. Boga yang cocok
dinikmati saat petang hingga malam di Jogja, sungguh saya bersaksi, Bakmi Pak
Tris Manding adalah bakmi Jawa favorit saya di seantero Jogja, bahkan jagad
semesta.
Di sore yang cerah, kalau berkendara ke selatan, biasanya saya bermuara untuk santap malam di halaman rumah Pak Tris. Rumah beliau ini betul khas warga desa Bantul yang lazim dijadikan sebagai warung. Bayangkan begitu selownya orang Bantul ini, buka warung di rumahnya yang 'mblushuk' tanpa papan arah pun tetap jua dikunjungi pemburu kuliner.
Pak Tris selalu memakai sarung saat memasak bakminya. Khas. |
Kentalnya kuah dengan telor bebek yang tak terkalahkan di seantero Jogja. Seimbang soal rasa. |
Tempat Pak Tris juga dilengkapi dengan area bermain bocah. Makin favorit untuk saya sekeluarga. |
Soal rasa, dari sekian rasa bakmi Jawa yang hampir mirip-mirip di Jogja, Bakmi Jawa Pak Tris lah yang bagi saya paling seimbang. Gurih kuah kental telor bebeknya berbumbu bawang bisa berpadu harmonis dengan mie kuning-putih dan suwiran ayam kampung. Pokoknya tak usah saya ceritakan detail, tetapi cobalah langsung sehingga kita bisa menyamakan frekuensi kenikmatan hakiki semangkok bakmi jawa Pak Tris.
Sukanya juga, Pak Tris mematok harga bakmi Jawa di bawah rata-rata bakmi Jawa kelas premium yang sering dikunjungi, diulas para wisatawan dan diliput media. Biar percaya, monggolah Sedulur buktikan dengan sowan langsung ke Pak Tris.
Bakmi Pak Tris.
Manding, Trirenggo, Bantul
Buka: jam 5 sore s.d. habis
Bisa pesan dulu di: 0813 2809 3177
Sate Kambing Sor Talok
Betapa bahagianya orang Bantul begitu mudahnya sarapan dengan sate kambing terbaik. Betapa lumrahnya, sarapan sate kambing menjadi sebuah kemanjaan untuk mendesain gembira seharian. Sampai saat ini, saya punya 3 jagoan menikmati sate kambing di pagi hari di seantero mBantul: Pak Meyet, Mbak Bella dan Pak Harto Sor Talok. Tampaknya tak ada daerah lain yang seberani Mbantul untuk menyuguhi warganya dengan sate kambing untuk santapan sarapannya.
Sate Kambing Sor Talok menjadi paling favorit saya. Sosok
di balik kenikmatan sate kambing Sor Talok adalah Pak Harto. Dengan tampilan
khasnya, ia berkaos oblong kadang bersinglet dengan celana jins pendek. Tak
ketinggalan jam tangan emasnya selalu melekat di tangan kirinya. Tentunya,
wajah sumringah dan keramahannya selalu menyambut para murid penikmat sate. Pak
Harto sebisa mungkin akan menyapa para pelanggannya.
Pak Harto merintis menjadi ksatria sate kambing sudah lebih dari 30 tahun. Awalnya ia berjualan di Manding, tetapi sejak tahun 2007 dia berpindah di Jalan Lingkar Timur Bantul. Warungnya begitu mungil dengan suasana berkelilingkan sawah yang dikawani lalu lalang sepi kendaraan. Tak banyak kursi lincak yang tersedia. Buka dari jam 6.30, siap-siap sudah tandas sebelum dzuhur.
Dengan resep rahasianya, ia menjadikan sate kambingnya begitu kontras kenikmatannya. |
Dibakar dengan tusuk jeruji. Mengadopsi cara mangkus sate klatak. |
Dagingnya besar dengan bumbu nikmat di atas rata-rata. Harganya pun di atas rata-rata. Kepuasan juga di atas rata-rata. |
Pak Harto merintis menjadi ksatria sate kambing sudah lebih dari 30 tahun. Awalnya ia berjualan di Manding, tetapi sejak tahun 2007 dia berpindah di Jalan Lingkar Timur Bantul. Warungnya begitu mungil dengan suasana berkelilingkan sawah yang dikawani lalu lalang sepi kendaraan. Tak banyak kursi lincak yang tersedia. Buka dari jam 6.30, siap-siap sudah tandas sebelum dzuhur.
Seporsi sate kambing akan terdiri dari dua tusuk berjeruji besi sate yang ia panggang setelah dicelupkan dengan bumbu istimewa andalannya. Metoda menusuk dan membakarnya memang mirip dengan sate klathak, tetapi daging sate kambing Pak Harto jauh lebih besar.
Soal kenikmatan, saya hanya mengikut dhawuh para maestro kuliner yakni WIlliam Wongso dan Bondan Winarno yang berulang kali datang ke sini. William Wongso menahbiskan sebagai Sate Kambing terenak di Asia Tenggara, bahkan dunia. Apa istimewanya? Daging empuk jelas, daging besar pasti. Yang sangat spesial adalah bumbunya terasa ada nuansa smokey barbeque tapi tetap seimbang dengan cita rasa kecap khas Jawa. Rasa spesial inilah yang tak mudah dijumpai di daerah lain di seantero dunia.
Sate Kambing Sor Talok
Jalan Pramuka, Jalan Lingkar Timur Bantul, Trirenggo,
Bantul
Buka: jam 06.30 s.d 14.00, biasanya jam 12.00 sudah habis
Gudeg Manggar Bu Dullah
Teruntuk Jogja, nama gudeg sangat melekat pada ingatan khalayak sebagai kuliner khas. Panganan manis berbahan tumbuhan yang dimasak dengan santan dan gula kelapa dalam waktu lama. Biasanya, gudeg identik dengan bahan berupa nangka muda seperti yang gampang ditemui di seantero Jogja. Namun, di Bantul, terdapat gudeg langka berbahan bunga kelapa alias manggar. Konon, gudeg dari manggar berumur lebih tua mulanya dari gudeg nangka.Dari sekian sedikit gudeg manggar yang keberadaannya begitu langka, saya selalu tertambat rasa pada gudeg racikan Bu Dullah. Menemukannya adalah sebuah pencapaian akbar karena lokasinya berada di tengah pemukiman. Rumah sederhananya disulap sebagai tempat makan ala kadarnya. Jangan bayangkan warungnya terus ramai, karena usaha Bu Dullah lebih meriah dari pesanan-pesanan lokalan Jogja. Tak dinyana, gudeg manggar Bu Dullah jadi salah satu boga Jogja yang dibanggakan Almarhum Pak Bondan.
Manggar mentah yang keberadaannya langka. Dipilah dari pohon kelapa terbaik yang masih produktif se seantero Bantul. |
Dapur mengebul puluhan tahun menjadikannya hitam legam. |
Makanya, dapurnya ini terus senantiasa mengebul dengan diamunisi beberapa tungku yang terus menyala. Lihat saja dinding-dinding dapur sudah menghitam. Bu Uminah tampak tekun mengaduk-aduk masakan ayam kampungnya, sementara di wajan lain, gudeg manggar sedang direbus untuk sajian besok hari. Bu Uminah ini adalah menantu Bu Dullah yang kini menjadi kapten dapur. Bu Dullah sudah sepuh dan hanya duduk memantau dan mengontrol cita rasa gudeg manggar signaturnya.
Favorit saya adalah gudeg manggar berlauk ayam suwir dipadankan dengan telor ayam bacem. Gudeg manggar Bu Dullah jelas punya spesialti rasa dari krenyes-krenyesnya manggar yang berbalut rasa gurih tak terlalu manis. Dibandingkan dengan nangka, manggar punya kemampuan untuk menghadirkan sensasi unik menyantap sebuah kuliner klasik. Lembutnya ayam suwir dan telornya juga handal untuk menjadi penyeimbang krenyes-krenyesnya gudeg.
Gudeg Manggar Bu Dullah
Jebugan, Serayu, Bantul
Buka pukul 07.00 s.d sore
Mangut Lele Bu Is
Di Jawa, mangut menjadi sebutan yang jauh spesifik dari
boga umum gulai ikan. Masyarakat biasa memasak mangut di dapurnya dengan
berbahankan lele, belut, mayung, gabus, beong dan ikan sungai lainnya. Namun, percayalah,
olahan mangut lele terbaik itu ada di Bantul, antara Mbah Marto atau Bu Is.
Saya tak akan membandingkan soal kelezatannya, karena enaknya sama-sama telah
paripurna dan menjadi perbincangan awam di Bantul. Namun, jam buka Bu Is lah
yang dari pagi, membuat saya lebih suka sowan menyantap mangut lele di warung
serba hijaunya.
Warung Bu Iswantoro telah menjadi bagian dari
perkembangan Bantul yang dulu dianggap desa kini mulai menjadi kota. Sudah
lebih dari 50 tahun, mangut lele Bu Is mewarnai lidah orang Bantul. Kendali
warung Bu Is sekarang ada di menantunya yakni mbak Ari Astuti. Pesan kuat untuk
menjaga signatur rasa mangut menjadi kunci warung ini selalu menjadi daya tarik
siapapun yang ke Bantul.
Lele dijamin ukuran besar dengan kuahnya yang berbahan santan kelapa terbaik. Aroma sangitnya sangat khas tak tergantikan. |
Dapur mangut sudah hitam legam yang dioperasikan oleh simbah-simbah perkasa. |
Lengkap ubo rampenya. Jangan lupa santap dengan terasinya yang sangat gurih nan fishy. |
Bagi saya, mangut lele Bu Is begitu cocok untuk lidah saya
yang gemar manis bernuansa gurih seperti kelaziman warga Jogja. Secara hakiki,
mangut lele Bu Is dinaungi aroma sangit yang membuatnya kontras dengan mangut
pada umumnya. Mari coba padankan mangut lele dengan sambal trasi signaturnya.
Jelas, bukan sembarang trasi karena ada nuansa petis manis yang pedasnya mampu
membuat lidah makin bergelora. Seimbangkanlah mangut lele dan trasi dengan
manis gurihnya parut kelapa yang dikawani daun kemangi, bayam dan lain-lain.
Mangut Lele Bu Is
Utara perempatan Jetis, Sumberagung, Jetis, Bantul
Buka jam 08.00 s.d 20.00
Mie Lethek Mbah Sur
Kebanyakan kita suka mie, keseharian kita diasupi mie.
Namun, tahukah bahwa bahan mie kita adalah gandum impor dari luar negeri? Tak
pernah ada cerita gandum diproduksi di dalam negeri, di sepetak tanah dari
17.000-an pulau Indonesia. Tenang! Tak usahlah pesimis dan merasa inferior. Tengoklah
hebatnya Bantul bahwa masyarakatnya punya solusi berdikari untuk mie kesukaan
kita semua. Tersebutlah mie lethek, mie yang berbahan singkong dan tapioka
lokal yang gampang dijumpai di ladang-ladang warga. Kurang kemandirian pangan
apa coba?
Mbah Sur adalah salah satu yang paling jago mengolah mie
lethek menjadi panganan yang digandrungi orang. Nyatanya, berjualan di rumahnya
di tengah mblushuknya perkampungan Pandak yang dikelilingi kandang sapi pun
banyak orang mau untuk memeriahkannya. Walaupun masyarakat Bantul lazim mengolah
mie lethek menjadi masakan rumahan, Mbah Sur percaya diri berjualan karena ia
yakin orang luar daerah pasti butuh mie lethek. Entah sebagai tujuan kuliner
lokal Bantul, pengganjal perut waktu melintas Bantul, panganan ramah kesehatan
ataupun boga bernutrisi tinggi.
Betapa kenyalnya mie dari bahan singkong dan tapioka ini. Rasanya gurih membahagiakan. |
Mbah Sur memasak 20 kg mie tiap hari dengan bumbu tradisional alami. |
Walau mblushuk, selalu ada yang datang. Di bagian belakang masih ada tempat duduk yang ramai para pengunjung. |
Yang tak biasa adalah menu andalan Mie Lung yakni mie
balungan. Jika kebanyakan balungan ayam itu tidak dijual, tetapi oleh Mbah Sur
dijadikan signatur dan harganya paling premium. Menyesal makan serba balungan?
Itulah kenikmatan hakiki yang saya dapatkan dari menyantap mie lethek dari menggerogoti
tulang-tulang ayam kampung yang gurih hingga daging terakhir yang bisa diurai. Jika
ingin tantangan lebih menarik, cobalah pilihan pedas yang diatributkan dengan
level sekolah dari PAUD (2 cabai) sampai S3+ (50 cabai). Saya tak malu hanya
selevel PAUD karena tak ingin pedas mendistorsi kenikmatan dan mengiritasi
indera perasa saya.
Konon, Obama terkesan dengan mie lethek saat mencicip di
Yogyakarta. Baiknya juga kita menghargai kekayaan pangan lokal nusantara seperti
mie lethek ini dengan menempatkannya pada menu keseharian. Ada baiknya juga,
mie lethek ini disyiarkan lebih luas melintasi sekat-sekat kekhasan lokal
sebagai panganan universal Nusantara. Bukan begitu, Lur?
Mie Lethek Balungan Mbah Sur
Tegallayang, Caturharjo, Pandak
Buka pukul 17.00 – 02.00.
***
Sekali lagi saya ingatkan, lima kuliner Bantul ini adalah
pilihan asasi dari saya pribadi. Preferensi setiap orang tentu berbeda. Saya
dapatkan tokoh-tokoh ini dari hasil perenungan dalam pencarian kuliner yang
sekarang begitu melimpah di seantero Bantul. Saya tak rekomendasikan setiap
wisatawan ke Jogja untuk sowan kepada para ksatria ini. Kecuali, memang punya
niat mulia untuk menabalkan kuliner ini sebagai mahakarya pengasup jiwa, tak
sekadar pemuas nafsu perut semata. Selamat berburu lokasi kelima ksatria boga
Bantul.
10 komentar
aku pernah tuh ke MieLung nya Mbah Sur. Enaaaakk
BalasHapusyang tertarik sekarang ke Gudeg Manggar itu. penasaran
waah kudu mangkat Gallant. Buka dari pagi kok gudeg manggar..
Hapusak pernah g sengaja makan mie lethelk itu pas kemalaman dari KP..wajib coba pokoknya
BalasHapusbesok-besok harus sengaja ke 4 ksatria boga Bantul lainnya mas.. Monggo disowani...
HapusAku belum pernah makan gudeg manggar hahhahahha.
BalasHapusKayake menarik kanggo kulineran
Sangat menarik mas gudeg manggar. Sekeras kelapa (kalo gedhe) aja dibikin gudeg. Untung iki masih bayi. Kreatif memang manusia nusantara.
Hapuskaro gowes joosss mas.. Buka dari pagi..
Bikin tur kuliner Bantul sepertinya menarik sekali 🤔
BalasHapusKudu diagendakan khusus mas.. Mungkin urutannya kayak iki
HapusJam 7 sarapan Sate Kambing Sor Talok
Jam 10 gudeg Manggar
jam 2 mangut lele Bu Is
jam 6 Bakmi Pak Tris
jam 10 Mie Lethek Balungan Mbah Sur..
Sehari jajal kabeh..
Harganya mana?
BalasHapusharga bisa berubah-ubah Lur. :D
Hapus