Oase Ruang Publik Jogja: Taman Lalu Lintas Giwangan
Juli 05, 2018
Jogja sering
disebut sebagai kota besar paling nyaman dihuni di Indonesia. Perdaftar saja
keunggulannya: kualitas nomor wahid fasilitas pendidikan, kelengkapan sarana kesehatan,
keterjangkauan biaya hidup, keramahan masyarakat, keterbukaan pemikiran,
kekhasan pusat budaya Jawa dan multisenibudaya Nusantara, kelezatan boga,
keaktifan ekonomi kreatif hingga keragaman tempat wisata menjadikan Jogja sahih
disebut kota istimewa. Jogja selalu jadi teladan di Indonesia, perihal sebuah
kota yang diimajinasikan untuk ditinggali sebagai manusia seutuhnya.
Walau begitu, bagi saya rasanya ada yang mengganjal di Jogja, yakni: ketersediaan taman publik yang bisa dinikmati segala lapisan usia. Dibandingkan ketersediaan taman publik dengan kota-kota ternyaman di dunia - seperti Canberra (Australia) di mana pernah saya tinggal 2 tahun, tampaknya Jogja masih tertinggal jauh. Bukan maksud mengglorifikasi keunggulan taman di negara maju, tapi saya mengalami langsung di Australia dan taman publik bisa jadi prasarana untuk memberikan pembelajaran yang lebih relevan terhadap realitas keseharian warga.
Walau begitu, bagi saya rasanya ada yang mengganjal di Jogja, yakni: ketersediaan taman publik yang bisa dinikmati segala lapisan usia. Dibandingkan ketersediaan taman publik dengan kota-kota ternyaman di dunia - seperti Canberra (Australia) di mana pernah saya tinggal 2 tahun, tampaknya Jogja masih tertinggal jauh. Bukan maksud mengglorifikasi keunggulan taman di negara maju, tapi saya mengalami langsung di Australia dan taman publik bisa jadi prasarana untuk memberikan pembelajaran yang lebih relevan terhadap realitas keseharian warga.
Pentingnya taman publik bagi sebuah kota, saya pikir bukan tentang memperindah fisik kota, mencapai adipura atau memberikan identitas keren-kerenan sebagai kota berprestasi soal lingkungan. Ini lebih tentang kewajiban tata ruang kota untuk membahagiakan warganya. Dengan tersedianya taman publik kota, kita tak harus berkendara jauh ke luar kota untuk bergembira lepas sekeluarga. Penyegaran hidup pun tak harus selalu diembel-embeli wisata.
Bagi saya pribadi,
jauh lebih bisa dinikmati kalau ruang kegembiraan ini berada di sekeliling
dekat, yang mana bisa dinikmati sewaktu-waktu dan nirbiaya (paling parkir
saja). Saya suka travelling ke luar daerah, mendatangi tempat baru, menjumpai
orang baru dan merengkuh pengalaman baru. Namun, saya telah mengalami perbedaan
besar ketika sudah memiliki si jagoan kecil dibanding dulu masih melajang.
Preferensi bertamasya saya sudah bergeser.
Untungnya, Jogja tampaknya
mulai berbenah. Jogja mulai menyediakan taman-taman publik yang bisa berfaedah menggembirakan
warganya. Walau belum semasif laju upaya Jogja membangun area-area wisata untuk
memanjakan para wisatawannya, taman publik ini mulai bertebaran di penjuru wilayah.
Coba kunjungi saja, Taman Lalu Lintas Giwangan, Taman Kota Denggung, Lembah
UGM, Taman Embung Langensari dan Waduk Tambakboyo.
Satu akhir pekan
di bulan Juni, saya bersama Thole dan ibunya menjajal taman publik yang ternyata
sanggup memberi impresi yang mengejutkan. Kami sepagian bermain gembira di
Taman Lalu Lintas Giwangan. Sesuai dengan namanya, 'hidden gem' ini sangat
bagus untuk arena edukasi anak mengenai lalu lintas atau sekedar mengumbar
bocah bebas bermain. Lokasinya persis di samping Terminal Giwangan di ujung
perempatan ring road.
Yang menjadi daya
pikat utama adalah trek lalu lintas yang lengkap dengan fasilitas dan situasi yang
kerap ditemui di jalan raya. Misalnya saja, terdapat alat pemberi isyarat lampu
lalu lintas (APILL), larangan melintas, jalan searah dan lainnya. Waktu itu,
kunjungan Thole tepat tatkala tersedia wahana mobil-mobilan dan sepeda mini. Bagusnya,
wahana ini disediakan gratis oleh pengelola Taman Lalu Lintas Giwangan.
Taman Lalu Lintas
Giwangan dilengkapi juga dengan arena playground anak. Ada jaring panjat,
ayunan, titian ketangkasan dan kursi putaran. Sayangnya, wahana ini belum
dikondisikan aspek keamanannya: misal alas wahana dibuat soft berbahan karet. Hanya
saja, taman ini sejujurnya sudah pandai memikat untuk jadi ruang bebas berekspresi
keluarga. Tempatnya teduh dirimbuni pepohonan dengan luas tempat yang mencapai 8.000
meter persegi. Keamanan juga lebih bisa diandalkan karena dipagari melingkar
yang ramah untuk anak-anak.
Di Taman Lalu
Lintas Giwangan, kita bisa mengajarkan sikap tertib lalu lintas sedari dini dengan
dibungkus kegembiraan. Yang lebih ‘advance’ tapi paling mendasar, aktivitas di
taman ini bisa mengajarkan pula soal tenggang rasa, menghargai orang lain,
berbagi dan bermacam sikap yang akrab dengan kondisi keseharian hidup di
masyarakat. Sepertilah yang ada di negara maju, taman publik bisa menjadi
wahana pembentuk moral masyarakat.
***
Membangun kota
beserta kelengkapannya itu pakai uang rakyat lho! Lazimnya di Indonesia,
fasilitas pendidikan, kesehatan, jalan dan sanitasi adalah prioritas
pembangunan karena keterbatasan anggaran. Taman publik biasanya dibangun jika
punya obsesi mempercantik kota mengejar adipura. Saya skeptis, taman publik diperuntukkan
memenuhi kebutuhan dasar kebahagiaan warganya. Beruntunglah Jogja, kota ini
berkomitmen membangun taman kota yang layak, demi hidup warga lebih gembira.
Oleh karena itu,
mari manfaatkan taman publik kota, Sedulur! Saya pikir antusiasme warga
menggunakannya akan mendorong pemerintah menyediakan lebih banyak taman publik
kota. Menyediakannya pun bisa lebih bervariasi dan lebih berkomitmen menjaganya
dengan sepenuh hati.
Saya bukan sedang
menjadi buzzer pemerintah dan agenda-agenda populisnya. Sekali-kali, ini
tentang kesadaran seorang warga agar memanfaatkan proyek pemerintah yang menghabiskan
banyak dana rakyat. Kita harus dorong agar dana rakyat ini tidak mubazir. Kan,
kalau banyak yang menggunakan, taman publik bisa jadi ruang sosial yang bermanfaat
untuk membentuk kota lebih beradab. Pahin dab!
5 komentar
Betul.. Kebutuhan akan taman kota semakin lama semakin dipenuhi oleh Yogyakarta. Mulai dari kembalinya fungsi alun-alun utara yg dulu jadi lahan parkir.
BalasHapustinggal dilebarin pinggir2nya dan dikasih peneduh untuk jogging track.. seru jadinya alun-alun
HapusTaman Giwangan itu gabus mas, hanya saja menurutku lokasinya kurang strategis. Coba kalau di area kota, atau dekat-dekat dari Embung Langensari, pasti bakal jadi ramai buat anak-anak.
BalasHapusSeperti yang di Cilacap, ada Taman Lalu Lintas yang lokasinya berseberangan dengan alun-alun kota. Jadi keluarga yang mempunyai anak kecil bisa main leluasa di sana.
Iya ya mas. Harus diniati berangkat pagi sekalian Mie Ayam Tumini.. hahaha
HapusCoba Langensari ada playground anak. Kan seru banget..
Pelan-pelan, semoga Jogja sedang menuju kesana.
Selsa tgl merah. Kami ga bisa masuk. Gimana cara masuknya? Katanya cuma buat rombongan. Kami sekeluarga saja
BalasHapus