Sawah Hits Sukorame
Januari 31, 2018
Apakah saya sudah merupa menjadi manusia kota, sehingga melihat
sawah pun saya sungguh terkesima? Namun, apakah setiap sawah mampu membuat setiap
manusia kota terkesima? Tentunya, tidak kan?
Mari perkenalkan, sawah-sawah di Sukorame yang dihiasi jembatan bambu di
atasnya setidaknya bisa membuat manusia kota terkesima. Bagi saya, sawah Sukorame lunas sebagai
aparatus penyegar jiwa, pembugar raga.
Jujur, saya girang sekali pagi itu. Ada
keselarasan hakiki yang menaungi sepetak lembah yang berhamparkan sawah hijau nan
permai di Dusun Sukorame, Mangunan, Dlingo, Bantul. Kreativitas masyarakat lokal
yang menyematkan jembatan bambu melingkar sepanjang sekitar 300 meter di
atasnya adalah kuasa cemerlang atas potensi desa. Salutnya, cara mengemas
tengara ini tampak harmonis dengan nuansa sawah khas pedesaan. Saya menikmati lanskap
sawah pun seolah-olah tampak alami, tak tampak rekayasa sebagai destinasi yang
diihwalkan sebagai spot foto-foto.
Mungkin, sawah di Sukorame adalah sebuah ikhtiar
untuk menunjukkan daerah agraris pedesaan pun bisa dinikmati begitu kekinian.
Pada era serba ‘kerja kerja kerja’ terutama bagi manusia kota, suasana sawah
yang terhampar hijau – jika sedang tumbuh atau terpapar kuning keemasan – jika menjelang
panen, adalah tujuan pelarian demi sebentuk penyegaran. Sebagian manusia kota
pun gandrung piknik di akhir pekan atau liburan menyerbu obyek di selain kota.
Segala serba desa bisa disuguhkan untuk meromantika lagi manusia kota yang
punya riwayat masa lalu sebagai orang desa. Namun, obyek ini tetap saja
dipertahankan nuansa kekotaannya agar praktis dan nyaman dinikmati oleh manusia
kota.
Sawah
Sukorame melengkapi titik-titik ‘instagram-able’ yang tersebar di seantero Dlingo,
Bantul. Pantaslah, kalau Dlingo disematkan sebagai kawasan wisata destinasi
digital panutan nasional. Perkenalkan, ada Hutan Pinus Mangunan, Pinus Pengger,
Seribu Batu Songgo Langit, Pasar Kaki Langit, Jurang Tembelan, Pinus Becici,
Bukit Panguk Kediwung, Watu Lawang dan juga Jelajah Sawah Pertanian
Bowongan alias nama resmi dari Jembatan Sawah Sukorame ini.
Di ragam
destinasi ini, wisatawan sudah terkondisikan untuk mengeluarkan kamera, jepret
lalu unggah di media sosial. Soal urusan merengkuh makna, itu kembali pada
kebutuhan personal setiap wisatawan. Yang penting tujuan hadir di destinasi,
yakni eksis dan gembira sudah tercentang sukses. Bukan begitu?
Sekelompok
wisatawan asal Malaysia – dugaan saya – tampak asyik berswafoto di Jembatan Sawah
Sukorame. Sebagai sesama pemakan beras, soal sawah semestinya tak beda jauh
suasananya. Jelas jembatan bambu inilah pembedanya yang membuat mereka
terpesona. Di sepetak lain sekelompok remaja asal ibukota – perkiraan saya,
juga seru berfoto-foto dengan gayanya yang kreatif. Ada juga wisatawan lokal
Jogja yang lebih kalem tak terlalu ‘gumun’ dengan sawah, yang penting berdua
dengan pasangannya berfoto gembira. Saya amati, kehadiran mereka di sini berdurasi
singkat. Perkiraan saya, mereka juga tengah kejar target ke destinasi digital
lain di seputaran Dlingo.
Seorang
bapak di pematang seberang tampak sedang asyik memotong rumput ilalang untuk pakan
ternaknya. Dia sepertinya luput dari perhatian para pelawat. Begitu juga, bapak
itu tampak tak terlalu antusias untuk melihat tingkah laku para wisatawan. Di
sini, mari refleksi, ada jarak soal preferensi rasa.
Panduan Menikmati Jembatan Sawah Sukorame
Cara
termudah dari kota Jogja untuk menuju Sawah Sukorame atau Jelajah Sawah
Pertanian Bowongan adalah tujulah Jalan Imogiri Timur, sesampai Imogiri
lanjutkan perjalanan ke arah jalan provinsi menuju Wonosari. Jika sampai Mangunan,
jangan belok menuju Hutan Pinus atau Kebun Buah Mangunan, tetap tujulah jalan
utama menuju Playen/Wonosari. Sesampai daerah Dusun Sukorame, kita akan melihat
sawah luas yang di tengahnya terdapat jembatan bambu di sisi kanan. Itu artinya
kita sudah sampai di Sawah Sukorame yang sedang ‘hits’. Jika ingin tahu petunjuk di google map, silakan ketikkan saja Jembatan Sawah Sukorame atau klik saja https://goo.gl/maps/3X5rzW57kfK2
Saya hadir di Sawah Sukorame belum dikenakan tiket masuk.
Namun, sudah tersedia tempat parkir dan kotak sumbangan untuk pengembangan Jembatan
Sawah Sukorame. Soal tempat makan, masyarakat sekitar sudah menjajakan
dagangannya. Ada juga toilet dasar untuk melegakan wisatawan.
Selamat berwisata di destinasi digital Jembatan Hits Sawah
Sukorame. Selamat bergembira! Yang terpenting, berikan lebih untuk manfaat dan kegembiraan
masyarakat lokal. Hormati pula masyarakat setempat sepaket dengan tradisi serta
sopan santunnya.
8 komentar
Makasih mas sudah kasih petunjuk ke sana, udah masuk list ini
BalasHapusSama-sama mbak Ina.. Minggu depan cusss ke Sawah Sukorame keburu sawahnya menguning.. hehe..
HapusSekarang sawah nggak hanya jadi tempat menanam padi. Tapi buat tempat wisata. Cakeplah ini. 😄
BalasHapussekarang kreativitas warga desa udah luar biasa. Tak terpikirkan sebelumnya, sawah bisa dikasih jembatan bambu yang foto-able tanpa merusak sawah. Sawah tetap bisa ditanami, dipanen, wisata juga tetap berjalan...
HapusKe sini enaknya naik sepeda mas. Jadi olahraga beneran sampai di sawah ahahahaha.
BalasHapusDi imajinasiku seperti itu mas.. Haha.. Tapi kudu mlipir dari pagi, hehehe..
Hapusfoto high angle itu harus naik dulu kah, mas? Apa ada spot yg bisa mengambil foto dr atas? Gemes banget sama warna ijonya, coba ada di Surabaya pasti udah digruduk cah hits
BalasHapusBaru beberapa hari lalu saya ke sana. Sekarang sudah ada tiket masuknya Rp2.500/orang
BalasHapusPemandangannya memang cantik, bikin adem