Selancar Panganan Artisan Lokal Margaret River - NG TRAVELMATE #9
September 19, 2016Kuliner artisan dari Riversmith Margaret River. |
Ihwal pantai tercantik dan panganan terbaik yang bermanunggal loka, saya elegan
mengindranya di Margaret River. Dipadankan arena berselancar dan kebun anggur yang
sumurung, bagian barat daya kontinen Australia ini mengukuhkan sebagai primadona
tujuan melancong yang genap.
Siang di Pantai Surfer’s Point sungguh cerah bermurah sinar surya. Semilir
angin Samudera Hindia menerpa lembut pantai bertebing dengan bertepian pasir
putih yang menghampar. Ribuan pasang mata asyik menatap ke kejauhan ombak yang
bergulung-gulung riang. Peselancar coba menunggangi, melorong, meluncur lalu
menghempaskan ombak untuk menciptakan akselerasi yang menantang.
Meskipun akhirnya jatuh, ketangguhan mereka beberapa saat berharmoni bersama
ombak ini sanggup membuncahkan tepuk tangan semarak. Saking terkesimanya dengan
perangai peselancar kelas dunia di kejuaraan Drug Aware Margeret River Pro,
saya pun larut pada kemeriahan acara yang berpadu dengan keindahan saujana
Pantai Surfer’s Point.
Pantai Surfer’s Point berkesempatan menghelat ajang prestisius selancar
dunia World Surf League 2016 edisi ketiga, 9-19 April 2016. Dikenal sebagai
surga selancar di Australia Barat, pantai ini sanggup memikat para atlet terbaik
untuk berkompetisi pada level tertinggi. Ajang ini menarik pemirsa, baik
penikmat selancar ataupun pengunjung biasa, untuk datang dari seantero
Australia ke daerah yang berjarak sekitar 270 km dari Perth. Bagi Margaret
River, kejuaraan selancar ini adalah sebuah kebanggaan yang premium. Saya
beruntung bisa hadir bertepatan dengan acara internasional ini.
Saya menepi dari kegemerlapan pusat arena selancar. Saya mencari sisi
pantai yang sunyi di sejengkal lokasi sebelah kiri. Setapak mengantar saya pada
hamparan pantai yang lebih luas. Batuan karang sejenak menjeda pasir putih, yang
di atasnya sedang bertengger dua wanita muda mengadu rasa. Ombak menerpa
karang, dan cipratannya lantas memberi semarak pada lanskap. Ini adalah area Pantai
Southside yang berada di samping Pantai Surfer’s Point. Setidaknya di sini,
saya bisa menyesapi keindahan yang tak banyak dicampuri oleh kehadiran
pengunjung.
Margaret River memiliki sekitar 50-an pantai dan arena selancar yang bisa
dinikmati sepanjang tahun. Deretan pantai ini berada asri dilingkupi Taman
Nasional Leeuwin-Naturaliste seluas 190 km persegi. Bagi pengagum pesona biru
dan putih kanvas alami, pantai di Margaret River adalah pemenuh hasrat untuk
sejenak kabur dari realitas hidup yang sesak pekerjaan.
***
Di jantung Margaret River, restoran Riversmith menjadi tempat saya
menikmati nuansa kota. Margaret River ialah kota di region Barat Daya Australia
yang dialiri sungai permai Margaret. Suasana kota berpenduduk sekitar 5000 jiwa
ini mengalun anggun. Riversmith bisa jadi perwakilan kotanya. Pertama kali
masuk saya jatuh hati dengan tata letak vintage dan aneka kerajinan dan barang
rumahan yang disuguhkan. Riversmith mengusung konsep restoran artisan yang
dirajut bersama arena pamer, ruang workshop dan wahana komunitas.
“Menu makanan di sini bahannya dari wilayah Margaret River dan sekitarnya.”
ungkap Karen Macdonald, sang pemilik yang mengusung idealisme pertanian lokal
yang berkelanjutan di Riversmith.
Menjajal suguhan menu makanannya, seperti Tasmanian smoked salmon, local
heidi chevre with seasonal Salad, saya bisa merasakan aura begitu istimewa
lokalnya yang dimasak dengan penuh renjana. Tak lupa, saya menjajal secangkir
kopi hasil roastery mandirinya yang seimbang dan elegan dalam soal rasa.
Margaret River memang masyhur dari susunan kedai-kedai panganan artisan
yang dijalankan dari tradisi keluarga. Bertandang di Bettenay’s Margaret River,
saya menyaksikan langsung proses pembuatan nougat bergaya Prancis secara
tradisional. Dengan dipandu pemiliknya, Greg Bettenay, pencampuran bahan nougat
yakni susu, madu, gula, kacang-kacangan (almond dan maccademia), serta bahan
lainnya, dipaparkan penuh enerjik. Sekali lagi, bahan-bahan ini diperoleh
diprioritaskan dari daerah Margaret River dan sekitarnya.
Ada lagi Olio Bello, produsen minyak zaitun premium di Margaret River. Tempat
ini membawa konsep perkebunan organik zaitun yang dilengkapi dengan pabrik
pengolahan minyak zaitun. Selanjutnya, minyak zaitun ini dijual atau bisa
dinikmati pada olahan makanan di kafe yang terintegrasi. Selain minyak zaitun, Olio
Bello juga memroduksi body lotion, minyak wangi dan sabun dari zaitun. Saya
sempat menjajal aneka rasa yang unik minyak zaitun seperti basil, rempah asia,
mandarin, cabai dan bawang, buah, dan lain-lain. Di masakan Barat, minyak
zaitun menjadi bumbu penyedap yang membuat semarak cita rasa khas.
Tak ada yang boleh mengesampingkan khasanah wine dan kebun anggur di
Margaret River. Karena wine inilah Margaret River kondang di dunia. Meski hanya
tiga persen produksi anggur Australia di region ini, 20 persen pasar wine
premium Australia berasal dari produksi Margaret River. Terdapat sekitar 215
kilang anggur yang sebagian besar memiliki perkebunan anggur sendiri yang digerakkan
secara keluarga dari generasi ke generasi.
Saya mampir di Cape Mentelle, salah satu pionir kilang anggur di Margaret
River yang berdiri sejak tahun 1970. Meski tak mencoba wine suguhannya, saya
tetap asyik menelusur Cape Mentelle yang dipandu oleh Julie Stade, pendidik
wine. Dengan pabrik yang dikelola modern, wine yang dihasilkan merupakan
kualitas premium. Cape Mentelle terletak anggun dinaungi pohon-pohon eukaliptus
yang rimbun. Di sekelilingnya, kebun anggur yang luas terhampar menjadi
penyuplai bahan wine terbaik sekaligus menyejukkan panorama. Pantas, saya lihat
pula ada pengunjung datang ke Cape Mentelle khusus bertamasya anggur bersama
anak-anaknya.
***
Margaret River memang romantis
untuk pejalan cerdik. Memadukan keindahan alam pesisir dengan cita rasa terbaik
makanan dari tangan penuh cinta adalah
daya pikat. Dari sehari kunjungan, saya tertarik dengan semangat penggunaan
bahan lokal untuk menyusun aneka kuliner di Margaret River. Kedai dan pabrik
pangan artisan sungguh menghargai kreasi pertanian, perkebunan, dan peternakan
yang berkembang melimpah di Margaret River. Karunia kesuburan salah satu
wilayah paling hijau di Australia ini pun tak sia-sia. Warganya sungguh mumpuni
mendayagunakannya sebagai sajian istimewa untuk memantrai para pengunjung agar kembali
lagi, termasuk saya.
Video perjalanan di Australia Barat dalam NG Travelmate
Perjalanan di Australia Barat ini terlaksana bersama NATIONAL GEOGRAPHIC INDONESIA - www.nationalgeographic.co.id dan TOURISM WESTERN AUSTRALIA BOARD - www.westernaustralia.com dalam tajuk acara NG TRAVELMATE. Selama 6 hari (5 - 10 April 2016), saya mengeksplorasi pesona Australia Barat. Ada 11 tulisan dalam rangkaian perjalanan ini dan sebelumnya merupakan 'assignment' dari National Geographic Indonesia. Beberapa tulisan sudah tayang di majalah NG TRAVELER dan laman www.nationalgeographic.co.id.
Berikut ini, sebelas tulisan tentang pengalaman saya merayakan pesona Australia Barat yang mengagumkan. Kamu harus membaca semuanya...
Selamat membaca dan menarik kisah perjalanan yang lebih bermakna...
4 komentar
liat makanannya jadi ngiler ni mas
BalasHapusmas ada tips gak buat blogger pemula tentang tata cara nulis yang asyik, tulisan mas iqbal kecee abiez.... hehehe
BalasHapusMargaret river ... namanya unik kedengarannya
BalasHapusTerima kasih untuk infonya, rasanya ingin pergi kesana bersama keluarga dan bercerita masa lalu bersama-sama,
BalasHapusPerjalanan kesana di temani kopi di pagi hari gimana yah rasanya hahahaha, yang pastinya hidup terasa belum terasa lengkap kalau tidak di nikmati dengan baik hahahaha. semoga semua makhluk berbahagia