Kopi Pujaan di Sentra Anggur Swan Valley - NG TRAVELMATE #5
Agustus 31, 2016Fiori Coffee, roastery terkemuka di Australia Barat |
Setengah jam ke utara berkendara dari jantung kota Perth, sudah disambut
permadani luas kebun anggur yang bersejarah. Perth memang tahu caranya memanjakan
warga dan wisatawan secara paripurna. Tersebutlah Swan Valley yang masyhur
menjadi sentra penghasil wine tertua di Australia Barat. Berkunjung ke sana,
saya memungut kejutan. Namun, ini bukan tentang kenikmatan wine, tapi segelas kopi
penuh cerita di tengah kebun anggur.
Kota tua Guildford menjadi gerbang memasuki kawasan Swan Valley. Kota yang
dirangkai James Stirling dalam pengembangan koloni Sungai Swan tahun 1829
bersama Perth dan Fremantle ini tampak tenang dengan aneka bangunan bersejarah
yang terjaga. Dari dalam mobil, saya melintas saja dan menyaksikan ragam
bangunan kolonial, toko antik, gereja tua, dan suasana desa yang berderetan ramah.
Guildford diklasifikasikan sebagai “Kota Bersejarah” oleh Badan Pelestarian
Australia. Kebun anggur dan wine turut menyusun sejarah perkembangan Gulidford.
***
Di Upper Reach lah saya berjumpa langsung dengan wine buatan Australia
Barat. Laura Pearse, sang pemilik, menyambut dan langsung menawari aneka wine
hasil produksi kilang anggurnya. Beberapa kawan NG Travelmate gandrung menyeruput
beberapa gelas suguhan wine. Saya memilih untuk mendengar Laura berkisah sekilas
usaha yang dikelola secara keluarga. Maklum, dalam keyakinan Muslim saya, wine
bukanlah minuman yang halal diteguk. Namun, saya tetap antusias di sini karena
menjemput pengetahuan baru seputar produksi wine dari hulunya.
Laura mengajak ke dalam gudang wine. Berkondisi pada suhu ruangan yang
sejuk, tong-tong anggur diletakkan secara rapi bertingkat-tingkat. Bukan
sembarang, bahan kayu tong ini berasal dari oak berkualitas sumurung yang didatangkan
dari Prancis. Saya menemukan anggur yang telah disimpan dan difermentasikan di dalam
tong sejak tahun 2011. Lainnya berasal dari aneka tahun yang tertera di
permukaan tong. Di ruang sebelahnya, terdapat instalasi pengolah anggur menjadi
wine. Setelah jangka waktu tertentu, wine di tong oak lalu dikemas dalam botol
dan dilabeli merek Upper Reach.
Seluruh wine Upper Reach berasal dari kebun anggur milik sendiri. Laura memperlihatkan
hamparan kebun anggur berhektar-hektar yang memeluk anggunnya bangunan restauran
dan butik wine-nya. Di kebunnya, ditanam anggur bahan baku terbaik wine seperti
Sparkling Chardonnay, Chardonnay, Verdelho, Merlot, Shiraz, Cabernet Shauvignon
dan raisin-ed Muscat.
Saya menelusur lajur-lajur kebun anggur yang tumbuh subur. Sayangnya, saat
itu adalah musim gugur. Buah anggur telah purna panen di puncak musim panas.
Sekarang, anggur sudah masuk kilang dan pohon anggur dibiarkan. Musim dingin telah
menanti sebagai jadwal untuk memangkas pohon. Lalu bunga anggur pun siap
bersemi dan berbuah kembali di awal musim semi.
Namun, tak semuanya serempak di Swan Valley. Beruntung, saya bisa
menjumpai sekelompok petani yang sedang memanen anggur di kebun tetangga Upper
Reach. Kebaikan hati perempuan pemetik mengantar saya untuk menjajal langsung
anggur yang baru dipetiknya. Sungguh rasanya berbeda daripada anggur yang
biasanya saya konsumsi di pasaran. Lebih manis dan berkadar alkohol.
Swan Valley tak semata-mata soal anggur dan wine. Saya menjajal ragam produk madu dari pohon khas Australia Barat di House of Honey. Ternyata rasa madu bisa bervariasi, tergantung dari pohon induk madu. Madu Jarrah yang langka adalah favorit saya. Saya juga menyambangi pabrik Mondo Nougat yang menawarkan nougat – sejenis permen empuk dari campuran madu, gula, susu, dan kacang-kacangan – terbaik dan Morish Nut.
Di lanskap pangan Australia Barat, Swan Valley memang kondang sebagai
sentra produk pangan artisan yang berkualitas dan unik semacam coklat, manisan,
es krim, keju, minyak zaitun dan kopi.
***
Untunglah ada Oakover Grounds di tengah kebun anggur yang membuat saya bisa
menikmati Swan Valley penuh renjana. Bukan soal wine-nya, tapi perihal kopinya.
Saya merupakan pecinta kopi yang tentu sangat berbahagia tatkala menjumpai
sebuah kedai kopi yang lengkap dengan roastery. Di Oakover Grounds, terdapat Fiori
Roastery yang namanya tersohor di jagat perkopian Australia, khusunya di bagian
barat.
Australia memang bukan penghasil kopi utama di dunia. Namun, gaya hidup
minum kopi di Australia menjadi barometer perkembangan kopi modern. Di
Australia, tumbuh banyak roastery dan kafe yang mampu menghidangkan kopi
bercita rasa jempolan. Menemukan Fiori Roastery, rasanya Perth bisa dibilang tak
kalah dibanding Melbourne yang populer sebagai salah satu ibu kota kopi dunia. Saat
melancong ke Melbourne, saya sampai agendakan khusus untuk berkunjung ke
kedai-kedai kopi uniknya di penjuru kota. Di Perth, saya berjumpa kedai kopi flamboyan
di tengah kebun anggur.
Megan membolehkan saya untuk melihat ruang roastery-nya. Seperangkat alat
roasting yang berkapasitas besar dan modern sedang dioperasikan oleh roaster
dengan cermat. Berkarung-karung grean beans coffee tertumpuk di gudang. Fiori
Coffee yang berdiri sejak 2006 ini terspesialisasi memroduksi biji kopi
berjenis arabica dari berbagai daerah di seluruh dunia. Saya menyimak ada biji
kopi ‘single origin’ dari Baba Budan – India, El Suyatal – Nikaragua, North
Kwanda – Burundi, Alto Palomar – Peru, Mexico Organic dan Panama. Nama-nama
region ini terpampang lugas pada area roastery.
“Kami berusaha untuk memunculkan karakter dan profil rasa kopi yang
berasal dari keunikan dari daerah asal kopi kami.” ungkap Dan Ainsley, roaster
Fiori Coffee.
Saya pesan cold brew – kopi yang diseduh dingin – dari biji kopi asal
Panama. Begitu disruput, cold brew Fiori menjejakkan cita aroma buah berry yang
nikmat. Kopi, ketika diolah dengan profesional dan diseduh dengan metode yang
ketat, bisa memunculkan aneka aroma. Rasa seputar buah-buahan, kacang dan rempah bisa terjejak di lidah kita. Bagi
saya, kopi ini layak jadi suguhan ala wine. Bagi sebagian masyarakat Arab, kopi
dikenal sebagai wine-nya orang muslim. Kata kopi berasal dari qahwa dari bahasa Arab yang secara
etimologi bisa berarti sebagai ‘jenis dari wine’.
Kopi saya tak butuh lama untuk menulis riwayatnya di tengah kebun anggur. Ia
tandas dalam beberapa sruput. Segelas kopi ini cukup untuk merayakan kenikmatan
bertamasya minuman di Swan Valley, meski bukan segelas wine. Namun, tentu saja segelas
kopi masih kurang untuk mengesankan dinamika kopi Australia Barat. Saya pun
membungkus 250 gram Fiori Coffee El Suyatal – Nikaragua untuk diseduh bersama
sahabat saya yang menggandrungi kopi di tanah air. Ihwalnya, agar mereka mafhum
bahwa Australia Barat juga punya kopi pujaan.
Catatan:
Tulisan "Kopi Pujaan di Sentra Anggur Swan Valley" telah tayang di Majalah National Geographic Indonesia Traveler edisi Bulan Juli 2016. Tulisan di blog saya ini sedikit berbeda dengan versi yang ditayangkan di majalah NG Traveler.
Video perjalanan di Australia Barat dalam NG Travelmate
Perjalanan di Australia Barat ini terlaksana bersama NATIONAL GEOGRAPHIC INDONESIA - www.nationalgeographic.co.id dan TOURISM WESTERN AUSTRALIA BOARD - www.westernaustralia.com dalam tajuk acara NG TRAVELMATE. Selama 6 hari (5 - 10 April 2016), saya mengeksplorasi pesona Australia Barat. Ada 11 tulisan dalam rangkaian perjalanan ini dan sebelumnya merupakan 'assignment' dari National Geographic Indonesia. Beberapa tulisan sudah tayang di majalah NG TRAVELER dan laman www.nationalgeographic.co.id.
Berikut ini, sebelas tulisan tentang pengalaman saya merayakan pesona Australia Barat yang mengagumkan. Kamu harus membaca semuanya...
Selamat membaca dan menarik kisah perjalanan yang lebih bermakna...
2 komentar
Beberapa temanku malah aneh mas, minum kopi dicampur minuman alkohol :-(
BalasHapusTapi seru juga sih itu, di antara kebuh anggur ada juga tempat buat ngopi hehhhehhe
waaah iku bikin nggliyeng pasti mas.. kopi campur alkohol.. padahal enak2 ngopi kok isih dicampur.. :D
Hapus