Dendang Harmoni Labuhan Merapi
Mei 12, 2016
Pagi (9/5), lereng selatan Merapi masih semerbak basah sisa hujan deras
semalaman. Di mantan kediaman Almarhum Mbah Maridjan, Kinahrejo, puluhan abdi
dalem Kraton Yogyakarta telah berhimpun bersama ratusan masyarakat yang
antusias. Sinar emas mentari yang baru saja lolos dari celah bukit dan
pepohonan mengiringi prosesi doa upacara keberangkatan Labuhan Merapi. Juru
kunci Merapi, Mas Kliwon Suraksohargo yang akrab disapa Mas Asih, akan mengimami
prosesi Labuhan Merapi ini.
Sungguh pada kesempatan ritual Labuhan Merapi kali ini, saya tak mau melewatkan
lagi. Sudah lama saya memendam hasrat untuk turut dalam prosesi agung Keraton
Ngayogyakarto Hadiningrat, semenjak saya tinggal 8 tahun di Yogyakarta. Untunglah
travel blogger legendaris Jogja, mas
Anno Soekarno www.teamtouring.net,
menyanggupi ajakan saya untuk berangkat sebelum bahana adzan shubuh. Meski
dikhawatirkan hujan di kota Jogja, kendara kami pun melaju penuh gairah
menembus jalanan sepi yang sempat jua berkabut hebat.
Jalanan yang terus menanjak tak jadi soal bagi beberapa hadirin yang sudah
sepuh. Saya pun tak mau kalah, tetap bertekad kuat melangkah demi langkah. Begitu
masuk kawasan Taman Nasional Merapi, jalanan kian menyempit dan rimbun
pepohonan makin mengayomi. Suara nafas tersengal mulai terdengar dari hidung
saya dan beberapa rombongan. Ya, saya
pun harus kuat bertahan.
Bagi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Labuhan Merapi adalah tradisi
tahunan yang sakral dan bagian dari Labuhan Alit. Prosesi ini menjadi wujud
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia keselamatan kepada Sultan
Hamengkubuwono X dan masyarakat Yogyakarta. Dilakukan setiap akhir bulan Rajab,
tradisi Labuan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat juga dihelat di Pantai
Parangkusumo dan Gunung Lawu. Untuk Merapi, selepas didoakan di Keraton, ubo
rampe diinapkan semalam dulu di bekas kediaman Mbah Maridjan sebelum dilabuh.
***
Satu setengah jam menembus hutan Taman Nasional Gunung Merapi, tibalah
rombongan arak-arakan di Srimanganti. Sepuluh menit sebelumnya, saya sudah menjejak
lokasi labuhan mendahului arak-arakan. Saya harus persiapkan sudut terbaik
untuk mengabadikan prosesi yang sangat sedap dipotret. Tampak ratusan warga
sudah memadati lokasi untuk ‘ngalap berkah’ atau sekedar meramaikan.
Di Srimanganti, tempat yang asri dikerubungi rimbun pepohonan, Labuan
Merapi diselenggarakan selama ratusan tahun melintas generasi sejak berdirinya Kesultanan
Mataram Islam. Di sinilah, Panembahan
Senopati mengadakan perjanjian dengan Kyai Sapu Jagad, penunggu Gunung Merapi
sebelum mendirikan kesultanan. Labuhan Merapi pun menjadi napak tilas untuk
merawat hubungan Keraton Ngayogyakarto, pewaris Mataram dengan Gunung Merapi. Sumbu
imajiner Yogyakarta yang menghubungkan Laut Selatan, Parangkusumo, Panggung
Krapyak, Keraton, Tugu Pal Putih, dan Gunung Merapi pun tetap terjaga.
Sekarang, aneka ubo rampe sesaji
telah diletakkan pada pelataran di antara bebatuan Srimanganti. Puluhan abdi
dalem duduk bersila, berkumpul menghadap ke sang Merapi. Hadirin masyarakat lalu
mengikuti dengan mengelilinginya. Khidmat upacara Labuhan Merapi pun dimulai.
Beruntung saya berada di deretan depan sehingga bisa menyimak sebegitu dekat.
Ubo Rampe Labuhan Merapi satu per satu dilabuh. Abdi dalem menunjukan semekan gadhung melati, sinjang limar,
semekan gadhung melati, sinjang cangkring serta paningset udaraga, masing-masing satu lembar. Turut juga dilabuh seloratus lisah konyoh [minyak], kelapa
satu buah, uang dalam dua amplop, selembar destar
doromuluk dan 10 biji seswangen.
Labuhan Merapi juga dilengkapi beberapa makanan sesaji seperti nasi tumpeng,
srundeng dan lauk ingkung ayam yang diberikan kembang setaman.
Kemenyan dibakar. Lantunan doa-doa lantas dirapal oleh abdi dalem penuh
khusyuk pada setiap prosesi labuhan ubo rampe. Wasiat Sultan Hamengkubuwono X dibacakan
oleh Mas Asih sebagai bagian penting prosesi. Doa pun kembali didengungkan
sebagai penyempurna berkat labuhan. Selepas doa, para abdi dalem baik pria dan
wanita, menyiapkan berkat yang akan dibagikan. Berkat ini berisikan nasi, serundeng
dan suwiran ayam yang dikemas dalam plastik kecil yang bening.
Penghujung Labuhan Merapi adalah momen yang dinanti para pemirsa setelah
satu jam prosesi. Pembagian nasi berkat adalah harapan bagi pengalap berkah.
Juga, dambaan bagi pengunjung biasa yang lapar setelah menunggu sedari sehabis
shubuh. Saya pun mendapatkan sebungkus berkat dan langsung menyantapnya lahap –
maklum saya lapar. Tak ada keriuhan yang berlebihan karena semua hadirin sangat
menghormati jalan sakral prosesi. Masing-masing pun mendapatkan nasi berkat
Labuhan Merapi, tak terkecuali.
Rasanya semua bahagia di Labuhan Merapi! Saya sendiri baru kali ini
menyaksikan tradisi yang disertai pembagian berkat bisa berlangsung dengan tertib.
***
Bagi masyarakat pinggang Merapi, Labuhan Merapi adalah wujud berharmoni
dan bersyukur atas lingkungan yang memberi kehidupan walaupun penuh risiko.
Hidup menjadi bagian salah satu gunung paling aktif di dunia, bencana mungkin
akan ada di depan mata. Tapi anugerah kesuburan luar biasa, pasir melimpah dan
lanskap wisata yang memesona, lebih dimaknai positif dan didayagunakan warga
Merapi untuk melanjutkan makmur kehidupan.
“Ya karena saya lahir di Merapi, berdamai dan bersahabat dengan Merapi
sudah jadi semestinya. Labuhan ini jadi satu wujudnya.” ungkap Sismadi, abdi
dalem asal pinggang Merapi yang sudah 20 tahun membantu Labuhan Merapi.
Hidup selalu terus berjalan di Merapi! Rupa kesedihan sama sekali tak
nampak pada warga Merapi meski hampir 6 tahun dihantam letusan hebat Merapi.
Menghancurkan hunian, ladang, dan kerabat, bukan berarti meninggalkan Merapi. Mereka
tetap mencintai Merapi, tetap merayakan kehidupan bersama Merapi sampai mati.
Catatan
Tulisan ini sebagian bahannya berasal dari tulisan saya di laman National Geographic Indonesia, yakni Senandung Harmoni Labuhan Merapi -> http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/05/senandung-harmoni-labuhan-merapi Tulisan blog ini telah diperluas oleh penulis.
9 komentar
capek sih..tapi ya puas..
BalasHapusmoga tahun depan bisa ikut lagi acara ini :D
waah mas Anno taun depan dateng lagi ya.. nah tuh sama mas Sitam..
HapusTerima kasih kemarin udah ngancani.. :D
Sayangnya tahun depan aku yg g bisa e mas..
Wah duet ini ceritanya ehhehehehe, semoga tahun depa aku bias mengikuti acara ini :-D
BalasHapusmas Sitam.. tuh Mas Anno taun depan nonton lagi. Syukur udah mulai dari yg keraton, lalu parangtritis lalu yg labuhan merapi..
HapusWah aku pengen banget nih ikut acara seperti ini soalnya seru banget rasanya kalau bisa ikut acara ini sampai selesai.
BalasHapusMonggo mbak Sri rawuh tahun depan..
HapusMulai dari awalnya juga pas di Kraton.. :D
kapan bisa ikutan acara itu
BalasHapustaun depan bisa dong.. ayook setiap akhr bulan Rajab kudu datenng di Labuhan Merapi..
Hapusramai sekali ya yang ikut acaranya, tradisi" yang ada di berbagai tempat memang selalu dilakukan, dan acaranya menarik untuk dikunjungi..
BalasHapus