Merayakan #WonderfulEclipse Jogja (Sebagai Suami Siaga)
Maret 09, 2016Tetap bersyukur sekali bisa menikmati Gerhana Matahari Sebagian yang sangat cantik. |
Kabar Gerhana Matahari Total (GMT) yang melintas di Indonesia tanggal 9 Maret 2016, sejatinya sudah saya dengar sejak setahun lalu. Tergambarlah
rencana untuk menyambangi salah satu daerah yang akan dilintasi perjumpaan
sejenak sang mentari dengan si rembulan pada satu titik yang berdampak gelap pada
sebagian area Bumi. Pada momen langka yang
akan terjadi 33 tahun kemudian itu pun kami - saya dan istri - dambakan bisa berada di Ternate atau Palu.
Itu kan gagasan. Bulan Maret 2016 ternyata ada kehendak lain yang jauh lebih dinanti sejak satu tahun lebih pernikahan kami. Bulan Maret ini adalah bulan
istimewa karena pada bulan inilah putra kami yang pertama akan lahir. Artinya, bagi
saya pribadi, Maret adalah bulan menjadi suami siaga. Jadilah keistimewaan Gerhana
Matahari Total yang langka pun harus mengalah dibandingkan
keistimewaan anugerah terindah teruntuk keluarga kami. Meski demikian, kami tetap merayakan pesona gerhana dengan menikmatinya dari
depan rumah saja, di sekotak ruang asri di
lingkar Jogja.
***
Pagi 9 Maret 2016 dibuka dengan cerah bergembira menghiasi langit Jogja. Udara segar pasca hujan tadi malam masih bersisa. Tampaknya keceriaan menikmati Gerhana Matahari Sebagian (GMS) akan benar-benar terjadi secara utuh. Sesuai prediksi, Jogja akan mengalami GMS dengan persentase 81,7%. Dengan kondisi demikian, tampaknya keindahan gerhana matahari 9 Maret 2016 akan ditampilkan tak kalah memesonanya dibandingkan yang mengalami 100 persen total.
Sayup-sayup di berbagai
penjuru kampung, suara pengumuman Sholat Gerhana berkumandang bersahut-sahutan.
Antusiasme masyarakat Jogja untuk merayakan Gerhana Matahari dengan beribadah sungguh menggembirakan. Rasanya tak kalah
dengan yang merayakannya di ruang publik atau dengan yang cuek tak merayakan
karena memilih tidur di hari libur ini. Bagaimana
dengan saya? Saya tak ingin melewatkan momen GMS dan juga
tak ingin melalaikan Sholat Gerhana. Saya pun memilih menikmati momen Gerhana
lalu dilanjutkan
Sholat Gerhana di rumah saja.
Gerhana Matahari pukul 06.51 WIB |
Gerhana Matahari pukul 07.11 WIB |
Gerhana Matahari pukul 07.20 WIB |
Inilah puncak Gerhana Matahari di Jogja. Pukul 07.23 WIB |
Gerhana Matahari pukul 07.38 WIB |
Gerhana Matahari pukul 08.00 WIB |
Gerhana Matahari pukul 08.15 WIB |
Tuntas pukul 08.35 WIB |
Dimulai pukul 06.20, hitam rembulan mulai mendekat dan menutupi tepian surya. GMS
Jogja pun mulai bersemarak. Sayangnya,
saya telat bersiap. Baru 15 menit kemudian, saya menyusul
untuk menyantap sang lanskap. Lantas, dengan seksama saya
abadikan pergerakan GMS pada tempat yang tinggi, dari beranda lantai dua rumah. Beruntunglah saya, mentari sudah agak meninggi sehingga tak terhalangi oleh pepohonan yang
mewarnai beranda rumah.
Mentari perlahan tapi
pasti, mewujud “kroak” dilahap bulan. Bagian surya yang terang pun makin menggelap sampai pada momen puncak yang mencipta penampang Mentari Sabit pada pukul 07.23 WIB.
Selanjutnya, secara tahu diri, rembulan membuka selubungnya. Mentari lalu berangsur-angsur berwujud bulat kembali hingga tuntas pada pukul 08.35 WIB. Sang
hari yang telah ditemarami sejenak oleh gerhana, pun melanjutkan putaran
seperti biasanya, seakan gerhana sudah tinggal lalu saja.
Dalam perhelatan gerhana matahari, ada mitos-mitos yang melingkupinya. Kebetulan gerhana matahari kali ini tepat bersamaan dengan momen istri saya hamil tua. Sebagian masyarakat Jawa meyakini bahwa perempuan hamil tidak
boleh menyaksikan gerhana matahari dan harus masuk ke dalam rumah. Malah ada saran kuat kalau perempuan hamil harus bersembunyi di kolong tempat tidur. Konon, hal ini dilakukan untuk menghindari murka Batara Kala. Momen gerhana bagi orang dulu pokoknya dipandang sebagai peristiwa yang mencekam.
Bukannya takut pada gerhana matahari, istri saya tetap saja keluar menemani 'perburuan' saya pada GMS Jogja. Beberapa kali, dia malah memberanikan diri untuk mengintip sang gerhana dengan filter ND saya. Selain karena penasaran, momen gerhana ini dimaknainya semacam momen piknik di kala tanda-tanda kelahiran yang makin kentara. Tentunya sayang, jikalau momen langka semacam ini harus diabaikan karena terhalangi oleh kepercayaan pada mitos yang tak jelas kebenarannya. Maka, pilih yang rasional yang sudah barang tentu jelas, yakni pesonanya. Momen gerhana yang memesona juga harus disambut dan dinikmati keindahannya, kan?
Bukannya takut pada gerhana matahari, istri saya tetap saja keluar menemani 'perburuan' saya pada GMS Jogja. Beberapa kali, dia malah memberanikan diri untuk mengintip sang gerhana dengan filter ND saya. Selain karena penasaran, momen gerhana ini dimaknainya semacam momen piknik di kala tanda-tanda kelahiran yang makin kentara. Tentunya sayang, jikalau momen langka semacam ini harus diabaikan karena terhalangi oleh kepercayaan pada mitos yang tak jelas kebenarannya. Maka, pilih yang rasional yang sudah barang tentu jelas, yakni pesonanya. Momen gerhana yang memesona juga harus disambut dan dinikmati keindahannya, kan?
Jujur, saya sangat bersyukur masih bisa menikmati momen istimewa Gerhana Matahari di kala hari-hari terpenting dalam hidup saya. Dengan hanya berdiri di depan beranda lantai 2, saya tetap bisa
mengabadikan Gerhana Matahari Sebagian di Jogja meski harus sambil menjadi suami siaga. Kebahagiaan menikmati GMS secara bersama istri tercinta bisa saya rengkuh tanpa perlu mengorbankan momen istimewa ini.
Langit fajar Jogja di hari istimewa Gerhana Matahari Sebagian. |
Pesawat yang melintas di saat mulai mendekati akhir GMS Jogja. |
Di puncak imaji. |
Post Scriptum
Sehari setelah momen Gerhana Matahari 9 Maret 2016, lahirlah putra pertama saya. Ketakjuban pada gerhana matahari berlanjut pada kebahagiaan kelahiran buah hati. Kami beri nama Daffa Abhimata Khatulistiwa. Kami sengaja menambahkan kata "Khatulistiwa" sekalian sebagai pengingat bahwa putra kami lahir berdekatan dengan momen Gerhana Matahari yang melintasi garis Khatulistiwa. Kelahiran berlangsung alamiah, normal, dan tak ada kaitannya dengan mitos lain tentang gerhana, yakni menghindari kelahiran pada saat gerhana.
Alhamdulillah, hingga kini Daffa sehat dan menjadi bayi yang aktif ceria.
Daffa, sang buah hati tercinta. Lahir 10 Maret 2016 |
Catatan
Tulisan ini diikutsertakan pada Wonderful Eclipse 2016 Blog Competition. Informasi selengkapnya di www.wonderfuleclipse.com
22 komentar
Cakeeeeppp Mas Iqbal. Aku selalu suka foto-fotomu :) Bulan Maret tahun ini pasti berkesan banget buat keluarga kecilmu ya Mas :)
BalasHapusTerima kasih mbk Satya, semoga foto2ku bisa selalu menghiburmu, ehehe
HapusYuups betul sekali ni Maret sangat spesial.. Mohon doannya ya semoga semuanya lancar..
Sukses terus kelananya.. :D
Heeee yang penting udah mengabadikahn, mas. Siapa tahu gerhana 33 tahun ke depan bisa menyaksikan lagi :-D
BalasHapusALhamdulillah banget mas, tetap berkesempatan mengabadikan proses gerhana.. Amiiiin semoga berkesempatan di GMT selanjutnya.
Hapus:D
Aku dan anak2 menikmatinya sambil staycation di Tangerang. Sempat terucap, "harusnya bunda menikmati di Palembang atau Babel kalik ya?", dan you know my gurls jawab apa? Tapi bunda nggak menikmatinya bersama kami lho! #MakJleb hahaha.
BalasHapusYa ya ya... family is numero uno. Dan alhamdulillah kami menikmati temaram gerhana di rooftop hotel dengan syahdu. Alhamdulillah
Cerita Bunda Donna ini makin memperkaya saya soal betapa pentingnya keluarga ya.. Wah perlu banyak berguru juga sama bunda..
HapusALhamdulillah menikimati gerhana yg istimewa bareng keluarga itu sangat spesial..
Terima kasih Bunda kunjungannya...
Cakep banget Bal foto2nya *_*
BalasHapusSemoga lancar kelahiran jagoan, sehat2 semua
terima kasih Budhe Monik.. Yups ikhtiar mengabadikan gerhana yg spesial banget,,
HapusTerima kasih doa untuk kelahiran Daffa,,,
Bulan Maret yang begitu istimewa ya Mas Iqbal. Selamat untuk kelahiran anaknya...Foto2nya indah sekali :)
BalasHapusIyhaa mas Inggit.. Maret ini sangat istimewa sepanjang hidup ini..
Hapusterima kasih ya mas atas kunjungannya.. :D
subhanallah.... itu gelap gk waktu pas gerhana matahari sempurna mas.....?
BalasHapusALhamdulillah mas Miqdad.. di jogja saya g mengalamai sampai gerhana matahari sempurna, tapi gerhana sebagian.. Ya g sampai gelap total mas
HapusTerima kasih udah berkunjung ya..
Wahh emang pasti oke lah kalo Mz Iqbal yg foto2 ... ini pake sony mu Mz?
BalasHapusMesti cari rejeki utk beli lensa sama filter nih haha!
haha.. masih banyak belajaran juga mas Timo.. yuups pake sony n lensa tele.. :D
Hapuspulang2 dari Riau ni langsung dapet lensa nni..hahaha
Pasti lagi repotnya urus si baby :p
BalasHapusAwalnya memang repot kak, maklum anak pertama. Tapi setelah beberapa hari udah terbiasa.. Apalagi senangnya bisa mengalahkan perasaaan rempong..
HapusTerima kasih kunjungannya..
Selamat Mas! :D
BalasHapusterima kasih mas Ariev, blogger idola atas ucapannya.. Semoga bisa keren kayak mas Ariev..
Hapusterima kasih kunjungannya.. :D
Selamat atas kelahiran Daffa, si 'putra khatulistiwa'. Spesial sekali moment jelang kelahirannya. Semoga kelak si Daffa punya prestasi yang sefenomenal gerhana matahari 2016.
BalasHapusSalam kenal.. :)
Amiiin amiiin terima kasih kak Vifick.. Salam kenal.. Terima kasih kunjungannya ya,,
HapusTernyata ada kisah di balik kisah ya. :)
BalasHapusAlhamdulillah iya ni mas Efenerr.. :D
HapusTerima kasih