Harapan Bersemi Rumput Laut Kertasari
Maret 07, 2016Agus sehabis memanen rumput laut. Harapan kehidupan Kertasari |
Dari perahu mungilnya yang sarat muatan, dengan bersemangat Agus memikul hasil panen rumput laut hari itu. Dia telah memboyong berulang kali si ‘permata’ hijau ini, hendak menepikan ke daratan lebih dalam. Rumput laut ini lantas digeletakkan dulu di atas pasir beralas jaring, yang lalu dipaparkan pada tempat penjemuran. Rupanya ia sedang bergegas, mendung gelap telah merambah Pantai Kertasari. Sebelum hujan turun, ia harus paripurna pekerjaan dan bisa lekas pulang ke rumah demi bercengkerama hangat dengan istri dan dua anaknya.
Di sisi lain Pantai Kertasari, tak jauh dari lokasi Agus, Rusmiyati dengan
cekatan memisahkan rumput laut berjenis Eucheuma Cottoni dari ris-ris (tali)
yang mengikatnya. Ibu satu putri ini saban hari menjalankan pekerjaan demikian,
setelah mendapatkan pasokan panen rumput laut yang lazim dijalankan kaum lelaki.
Di bailk tempat Rusmiyati berkerja, berdiri gubug sederhana tempat penyimpanan rumput laut
yang sudah mengering. Nusi duduk di muka gubug itu sambil memilah santai rumput
laut mana yang benar-benar kering dan mana yang masih kurang kering. Tampaknya
dia sambil mengaso setelah sesiangan memanen rumput laut di perairan Kertasari.
Patut diapresiasi, PT NNT sudah sejak beberapa tahun silam mengembangkan
dan menjalankan pendampingan terhadap masyarakat Kertasari dalam budi daya
rumput laut. Tak sekedar sendiri, PT NNT secara apik berkolaborasi dengan
Pemkab Sumbawa Barat, swasta, perguruan tinggi dan organisasi swadaya. Pendampingan
dilakukan dalam wujud, seperti penyuluhan, penyediaan benih, fasilitasi dalam
penyimpanan, pengangkutan hingga penjualan hasil panen. Hasilnya, ribuan
masyarakat di Kertasari sanggup berdaya menjadi petani rumput laut yang mandiri.
Di tahun 2015 lalu, rumput laut Kertasari makin cerah setelah dibangun
pabrik pengolahan carrageenan. Hasil produk carrageenan ini diserap oleh PT
Ocean Fresh untuk diolah menjadi produk kosmetik dan kesehatan. Produk yang akan dihasilkan antara lain sabun,
body lotion, shampoo, pasta gigi, sun block, scrub, dan facial wash. Sementara
ini, produksi sudah diekspor ke berbagai negara. Ke depan hasil olahan dari
Kertasari ini juga akan menghiasi hotel, spa, salon kecantikan di Nusa Tenggara
Barat yang kini terus naik daun berkembang
sektor pariwisata.
Rusmiyati tekun melepas rumput laut dari ris yang mengikatnya. |
Perahu sarat muatan rumput laut tertambat di Kertasari. |
Koperasi Depo Rumput Laut di Kertasari |
Menariknya, warga Kertasari juga sudah mafhum tentang pentingnya kelembagaan
ekonomi untuk pengelolaan rumput laut. Maklum, bisnis manis rumput laut pasti dilirik
licik para tengkulak yang ingin masuk memainkan harga. Berdirilah koperasi Depo
Rumput Laut “Pasir Putih” yang menjadi pengayom rumput laut Desa Kertasari.
Memiliki gedung yang komplit dikelilingi papan penjemuran dan gudang berhadapan
langsung dengan perairan Kertasari, Koperasi ini seakan jadi mercusuar penerang
masyarakat.
“Setiap kali panen, kami bisa menyerap 90 ton rumput laut kering dari
masyarakat. Lalu, kami pasok ke Ocean Fresh” ungkap Leo, Ketua Koperasi yang
mengajak saya untuk melihat lebih dekat gedungnya.
Sore itu, Desa Kertasari tidak sedang merayakan musim panen besar. Namun,
tiap harinya pasti ada sebagian petani yang menjalankan laku panen. Hal ini
memang dikondisikan agar tetap ada warga yang mendapatkan rejeki dan
mengamankan pasokan agar selalu tersedia. Rata-rata rumput laut memerlukan masa
produksi dari penanaman hingga panen selama 45 hari. Dalam setahun, para petani
Kertasari bisa melakukan panen hingga 5 kali.
Namun, ada masa dimana petani istirahat tak bertanam rumput laut, yakni saat pancaroba yang
biasanya jatuh pada bulan April saat peralihan menuju angin timur atau bulan
Oktober saat peralihan menuju angin barat. Musim Pancaroba menjadikan arus laut
terlalu lemah yang membuat batang rumput laut tak bergerak lalu tertutup pasir
sehingga rumput laut gampang mati. Secara lokasi, kawasan Pantai Kertasari
memang sangat cocok menjadi tempat budi daya rumput laut. Lanskap pantai yang
landai dengan kondisi arus laut yang tetap terjaga membuat rumput laut bisa
semarak dalam sistem patok yang digaungkan di Kertasari.
Sudah sekitar tiga puluh tahun, begitu Leo mengingat, budi daya rumput
laut bercokol mesra di Kertasari. Awalnya memang masih sedikit – termasuk orang
tuanya yang pertama menjadi petani rumput laut, karena warga seperti biasa, menanti
bukti nyata. Perlahan tapi pasti masyarakat yang aslinya menjadi nelayan pencari
ikan pengarung lautan luas, beralih profesi sebagai petani rumput laut.
Ternyata bertani di lautan muka kampungnya sungguh menggiurkan. Berkah rumput
laut pun bisa dinikmati dalam skala lebih luas. Ibu-ibu dan anak-anak bisa
turut terlibat dalam siklus pertanian rumput laut.
Canda awan cendawan Pantai Kertasari yang memesona. |
Rumput laut yang sedang dijemur di papan penjemuran. |
Gubug penyimpanan rumput laut warga |
Setiap keluarga di Kertasari rata-rata punya 200-300 ris tali rumput laut.
Setiap ris memiliki panjang antara 10-12 meter. Ris-ris ini akan ditanam di
ladang milik keluarga yang perolehannya berdasarkan inisiatif tanam dan
kesepakatan. Rusmiyati punya 500 ris yang memroduksi setiap panen sebanyak 100
kuintal rumput laut kering. Nusi memiliki 100 ris yang menghasilkan 20 kuintal
setiap panen. Agus punya 350 ris yang mencipta 90 kuintal.
Dari rumput laut, putri semata wayang Rusmiyati sanggup disekolahkan
hingga perguruan tinggi di Mataram. Dua putra Agus kini sedang mengenyam pendidikan
kelas 2 SMK dan 3 SMP. Sebagian lainnya, berkat rumput laut warga Kertasari
bisa memoles rumah beserta seisinya. Ada pula yang sanggup pergi haji dari
hasil budidaya rumput laut. Rumput laut terbukti memeriahkan kesejahteraan
ekonomi kampung yang menyepi di pesisir Taliwang ini.
Sayangnya, Agus, Rusmiyati, Nusi, juga Leo sedang tak cukup bahagia
beberapa pekan ini. Biasanya satu
kilogram dihargai Rp 10.000, kini harga sedang jatuh mencapai Rp 7.000. Dengan
harga sejumlah itu, mereka harap-harap cemas dengan keuntungan yang akan
diperoleh. Sanggupkah harga jual itu melampaui biaya produksi seperti pemanenan,
penjemuran, pemasangan bibit, pencucian tali (ris) hingga pengangkutan? Nah ada
tanya yang tak terjawab, kenapa bisa harga turun segitu? Agus, Rusmiyati dan
Nusi pun tak tahu apa sebabnya. Pastinya, orang Ekonomi akan seperti biasa
menjawab, bahwa ini terkait hukum permintaan dan penawaran.
Sedapnya Kuliner Rumput Laut
dari Ibu-ibu Kertasari
Sebelum melihat geliat budidaya rumput laut rakyat di sepanjang pantai,
Bootcampers bersilaturahmi dulu lebih akrab ke segenap masyarakat Desa Kertasari.
Sambutan Desa Kertasari pertama kali adalah tentang ciri khas pemukiman berupa rumah-rumah
panggung bertiang tinggi yang berjajar manis seakan jalan kampung. Selintas, saya ingat suasana
kampung ini dengan yang ada di tlatah Bugis dan Makassar. Memang, sebagian
besar penduduk Kertasari berasal dari Bugis dan Selayar.
Panggung perhatian kini tertuju pada kolong salah satu rumah panggung yang
tampak ada aktivitas yang beda dari kebanyakan. Saya menjumpai beberapa warga
yang sedang melakukan aktivitas menenun. Ibu Tek Neh cermat memintal benang
yang disebut Roeng. Ibu Lamkeh sedang melakukan Nganeh, yakni menyusun pintalan
benang untuk menjadi pola. Satunya, Ibu Nawaliah asyik menenun benang
warna-warni untuk disusun menjadi kain.
Ibu Nawaliah tekun menenun. Mewarisi tradisi tanah leluhur asal Selayar |
Dengan cermat Ibu Lamkeh menyusun benang untuk membuat pola. |
Bocah Kertasari biasanya bermain di kolong rumah panggung. |
Kain tenun yang sedang diselesaikan ini berpola khas Selayar, tanah
leluhur mereka. Biasanya, perlu 3 hari untuk menyelesaikan kain sejenis ini
dengan kerja intensif sepanjang hari. Jika pola lebih rumit, paling tidak perlu
waktu satu minggu. Sayangnya, aktivitas menenun di Kertasari sudah tak sesemarak
dulu ketika kisah manis rumput laut belum hadir. Dulunya, menenun adalah
kegiatan lazim para perempuan Kertasari di saat menunggui rumah dan suami yang
mencari ikan di lautan lepas.
Padahal, membayangkan penghasilan dari menenun juga lumayan. Satu kain
yang berpola biasa dihargai Rp 400 ribu. Jika rumit bisa berharga Rp 750 ribu
per kain. Biasanya ada pengumpul yang datang untuk menjualkan, tapi
mekanismenya uang baru dibayarkan setelah laku terjual. Beruntung, kini PT NNT
juga turut bantu menjualkan di koperasi PT NNT yang bisa menjadi cinderamata
karyawan.
Tetiba, saya diajak Bunda Intan Rosmadewi (www.intanrosmadewi.blogspot.com) untuk menerobos ke dapur rumah
warga yang sibuk menyiapkan suguhan santap siang untuk para Bootcampers. Olala…
Ternyata sajian desa rumput laut juga
tak jauh-jauh dari olahan rumput laut. Para ibu Kertasari sedang sibuk meracik
es rumput laut dan urapan rumput laut. Selain itu, ibu-ibu ini juga menyiapkan
kuliner asal Kertasari dan Sumbawa seperti Sate Abalon (Mata Tujuh), Sayur
Sepat, dan Sambal Cabe. Tak cuma bahagia karena ada menu makanan baru yang bisa
dipelajari, Bunda Intan tampak sumringah setelah tahu bahwa mereka berasal dari
Selayar, kampung asal orang tua Bunda.
Ibu Dalifah dan Andi Hani tampak cekatan membuat Urap Rumput Laut. Mereka
sedang mencampurkan rumput laut yang sudah bersih dan tidak amis dengan bumbu
urap yang berbahan kelapa parut, garam, cabe merah, lombok rawit, tomat, bawang
putih, bawang merah dan jeruk nipis. Tak lupa, ditambahkan pula campuran toge
untuk membuat Urap Rumput Laut makin menggugah selera. Uniknya, ibu-ibu ini
cukup higienis, sudah paham dengan menggunakan sarung plastik tangan saat mencampurkan
rumput laut.
Menengok pembuatan Es Rumput Laut bersama Bunda Intan. |
Ibu-ibu sedang membuat urap rumput laut khas Kertasari juga. |
Sedari kecil, kebanggaan terhadap rumput laut sudah ditanamkan pada bocah-bocah Kertasari. |
Di ruang lebih belakang, kesibukan meracik es campur laut juga tak kalah
seru. Rumput laut yang sudah tak amis ini terlebih dulu dibuat semacam lapis
yang berwujud seperti agar-agar kenyal. Kemudian, dipotong-potong seperti dadu
dan dicampurkan bersama campuran nanas, kelapa muda dan es batu. Tinggalah
disiram dengan kesegaran air santan kelapa dan manisnya gula merah yang kental.
Jadilah Es Rumput Laut yang menggiurkan khas Kertasari.
Sajian sate abalon juga menarik untuk dikulik. Masyarakat Kertasari
gampang menjumpai abalon di perairan sekitarnya sehingga kuliner ini sangat
umum bagi warga sini. Abalon direbus hingga empuk lalu dipotong, ditusuk dan
dibakar. Lumurilah dengan bumbunya yang menggoda dengan berbahankan garam,
kacang tanah, merica, cabe, bawang putih, bawang merah, kecap dan jeruk.
Patutnya, sate abalon enak disandingkan dengan sambal cabe hitam ala
Kertasari yang sangat unik. Sambal Cabe Hitam dibuat dengan terasi, bawang
merah, bawang putih yang dibakar dalam bara api. Sedangkan cabe merah digoreng sekejap untuk
menghilangkan aroma cabe yang pahang dan keras. Selanjutnya, semua bahan diulek
halus lalu ditambah sedikit gula dan daun jeruk. Terakhir, keseluruhan racikan
ini digoreng dengan api kecil hingga menghitam. Nah, mau tahu lebih lengkap
resep-resep spesial kuliner Kertasari silakan berkunjung ke tulisan lengkap
Bunda Intan di -> Menikmati HidanganSea Food dari Penduduk Asli Selayar di Kecamatan Taliwang
Momen paling membahagiakan akhirnya tiba! Saatnya menyantap kuliner sedap
ciptaan ibu-ibu Kertasari. Saya paling favorit dengan es campur laut. Maklum,
panasnya tlatah Sumbawa ditambah dengan letak langsung di pinggir laut menjadikan
es campur laut jadi semacam oase surgawi. Manis alami gula merah yang berpadu
dengan segarnya rumput laut yang harum bersama campuran lainnya adalah juara
Mau? Urap rumput laut, Sate Abalon, Sayur sepat, dll. Buatan penuh cinta dari Ibu-ibu Kertasari. |
Urap rumput laut, salah satu kuliner olahan rumput laut yang masih sederhana. |
Bootcampers tak sabar menyantap kuliner Kertasari. Mesti pada lapar banget kan? |
Es Rumput Laut sanggup memberantas pedas yang semulanya saya makan Urap
Rumput Laut begitu antusias. Es Rumput Laut juga bisa menetralisasi pedas dan
kolesterol Sate Abalon yang tak bisa
saya berhenti makan meski sudah 14 tusuk. Sayur Sepat yang ‘berhiaskan’ ikan
segar juga jadi pas gurihnya tatkala bisa merasakan manisnya es rumput laut.
Siang itu, kawan-kawan Bootcampers sungguh berpesta menyantap aneka kuliner
yang rasanya dibuat penuh cinta oleh ibu-ibu Kertasari. Spesial untuk Es Rumput
Laut lah yang pertama berhasil tandas.
***
Perlu diakui, berlimpahnya rumput laut di Kertasari bukan berarti bisa
mudah dibawa pergi ke luar daerah. Biasanya hasil rumput laut yang mentah, lebih
baik warga menunggu untuk diserap oleh industri atau dibeli pengepul. Bagaimana
dengan olahan rumput laut yang bisa langsung dikonsumsi secara nikmat? Perkara
itulah yang kini telah diatasi oleh Adi Putra Maulana. Beruntung Kertasari
punya pemuda visioner nan progresif ini yang berani mendobrak kebiasaan lama
nan lembam yang biasa menyergap suatu sentra produksi bahan mentah.
Selepas kuliah, lulusan Jurusan Bahasa Indonesia Universitas Mataram ini
lebih memilih pulang kampung dan
merintis usaha dodol rumput laut. Dengan mengusung merk Maulana, baru tiga
bulan usahanya telah sanggup mendiversifikasi produk olahan rumput laut seperti
cheese steak rumput laut. Sehari usaha Maulana bisa memproduksi 60 kotak kecil
dodol rumput laut dengan dua tenaga kerja. Satu kotak dodol rumput dihargai Rp
5000. Pemasaran masih terbatas di daerah-daerah sekitar Taliwang.
Dodol rumput laut produk pemuda progresif Kertasari, Adi Putra Maulana. |
Manisnya Pantai Kertasari bisa menjadi destinasi wisata Sumbawa Barat yang bisa dikolaborasi dengan hasil rumput laut. |
Rumput laut di Kertasari perlu didiversifikasi produk dan ditingkatkan nilai tambah. |
Memang saat ini usaha Adi masih kecil, tapi ia punya mimpi besar untuk membuat
ekonomi Kertasari lebih ramai. Dia yang terlahir dari orang tua petani rumput
laut, gelisah kalau selama ini banyak rumput laut dihasilkan di desanya, tapi
kurang bisa diolah dan bernilai tambah. Mengolah rumput laut jadi dodol bisa
menghasilkan nilai yang tak sekedar Rp7000 per kg, tapi bisa melipatgandakan
pendapatan. Tidakkah ini menarik bagi Agus, Rusmiyati dan ribuan lain
masyarakat Kertasari yang seharusnya tak perlu terlalu cemas dengan jatuhnya
harga rumput laut?
Satu lagi, jika semarak wisata Sumbawa Barat terus tumbuh, pasti akan
timbul kebutuhan tentang oleh-oleh khas daerah. Di sinilah visi besar Adi
Maulana berjumpa dengan kesempatan besar untuk menggairahkan produksi olahan
rumput laut Kertasari. Saat saya diminta istri oleh-oleh khas Sumbawa Barat,
jujur saya bingung mau membelikan jajan apa. Ide lantas timbul ketika menyimak
suguhan dodol rumput laut dari Adi
Maulana. Saya ingin pesan, ah sayangnya siang itu saya tak beruntung. Dodol
rumput Maulana sudah habis dipesan. Laris manis!
Bunda Intan bahagia sekali di Kertasari, bertemu dengan saudara setanah leluhur asal Selayar. Sangat giat berburu menu masakan baru. Saya beruntung selalu dompleng beliau. :D |
Leo, ketua koperasi Depo Rumput Laut Kertasari yang gemar bercerita tentang potensi daerahnya. |
Nusi memilah rumput laut kering. |
Sate Abalon atau Mata Tujuh yang nikmatnya menggelora. Saya habis 14 tusuk euuy.. |
Bocah di Taliwang asyik bermain Pake, permainan gasing ala Sumbawa Barat. |
Yeaaay tendangan Kertasari. Pantai yang sangat manis untuk loncat-loncat. |
24 komentar
Semoga bantuan dari Newmont memandirikan warga setempat.
BalasHapusAmiiiin Kang Didik..
Hapussemoga bisa memandirikan warga semua..
terima kasih yaa
ceritanya tuntas!
BalasHapusTas tas tas tuntas ya mas Hendra..
HapusKertasari memang memberi kesan mendalam trkait semngat warganya.
Urap lain dari laut itu namanya Lato, etahlah kalau bahasa Indonesianya apa hahahahah
BalasHapusUrap Lato itu bahannya apa mas?
HapusWaah kyknya aku harus mencoba Lato
Yang paling spesial dari kertasari, ya urap rumput launtq itu. Kriuk-kriuk saat dikunyah. Gak ada bau anyirnya :)
BalasHapusMauuuu lagi rumput lautnya ya Bu Evi. Harus dikirim lagi ni ke Kertasari.. :D
HapusSalah seorang kompasianers Lombok mengatakan urab rumput laut itu namanya "Bebiru"
BalasHapusReviewnya Romantis abisan - abisan
Picturenya keren cekali Mas Iqbal. Salam Rerumputan
terima kasih Bunda..
HapusOh iya, namanya Bebiru ya, sama-sama nikmat ya Bunda..
Terima kasih sekali lagi Bunda..
Makan siang di Kertasari itu jadi puncak pengalaman makan selama di Sumbawa Barat. Berbagai menu yg baru pertama kali dicicip menjadi santapan paling lezat siang itu. Urap rumput laut, amboiiii krenyes2
BalasHapusBenar-benar puas saat makan di Kertasari. Makan yg rasanya benar2 jooss ya Bunda, bikinan penuh cinta ibu-ibu Kertasari..
Hapus:D
Terima kasih Bunda Dosen..
wah boleh nih mas kesana.... kapan kesana lagi mas....? biar saya sekalian ikut... hehe...
BalasHapusaku juga pingin ke sana lagi.. nunggu sponsor dulu lah.. :D
HapusKeren mas Iqbal tulisannya, dari pertama baca judul aja udah bikin tertarik.
BalasHapusKertasari emang selalu punca cerita tersendiri
Salam hangat Blogger
terima kasih tanggapannya mbak endang.. Salam kenal ya..
HapusKertasari memang berkesan ttg alam dan kehidupan masayarakatnya.. :D
saya termasuk penggemar es rumput laut (walau sekarang sudah jarang menemukan yang jual), ternyata dibalik panganan yang lezat tersimpan sebuah pengorbanan
BalasHapuswaah kak, es rumput laut di jogja banyak.. :D
Hapusterima kasih berkunjung
banyak sekali ya macam-macam olahan rumput laut yang bisa kita buat..
BalasHapuspantainya sangat indah, dan disana pun menghasil berbagai jenis makanan dari rumput laut, bahkan dibuat dodol, es sama urab, banyak sekali ya yang bisa kita buat dari bahan dasar rumput laut..
BalasHapuswqah luar biasa pemandanganya,,
BalasHapusindah sekali mas,,
Rasa rumput bagus untuk kesahatan mata . biasanya diolah dicampur dengan sirup dan Es segarr .
BalasHapusTapi kalau untuk di jadikan Snack juga enak banget rasanya
Pantainya seger banget lihat.nya ?
BalasHapusHow to cope with fever and body ache with herbal medicine QNC gamat jelly can help heal or cope with chills and body aches naturally and quickly.
BalasHapus