Kedungdawa yang Menawan
Maret 05, 2015Sebuah cekungan tempat bersemayam air terjun mini di Kedungdawa. |
Jika tlaten dieksplorasi,
alam Kebumen itu sungguh menyuguhkan kejutan-kejutan yang menyenangkan. Semisal
Curug Kedungdawa. Sepetak ruang yang tak jauh dari Kota Kebumen ini menghampar
begitu
menawan yang ternyata belum banyak yang mengenal. Khasanah alam demikian membuktikan Kebumen nyatanya
itu pantas jadi destinasi pilihan untuk merelaksasi kehidupan.
Adalah berkat mas Wiwid Widya A @wiwidwa, landscape fotografer Kebumen yang
membuat keindahan Kedungdawa santer ke
seantero lokal Kebumen. Jepret keindahannya diunggah di media sosial dan
dipampang pada pameran fotografi lokal di Kebumen. Dari situ, Curug
Kedungdawa mulai diketahui di kalangan
masyarakat penikmat keindahan. Saya pun salah satunya. Saat kepulangan ke
Kebumen, saya sempatkan untuk bertetirah kepada keindahan Kedungdawa.
Terletak di Desa Seliling, Kec. Alian, Kebumen, membuat saya tak perlu
menempuh perjalanan jauh. Maklum, biasanya keindahan Kebumen itu berada pada
lokasi yang cukup jauh, di tepi-tepi wilayah atau di pedalaman kabupaten. Cukup
20 menit dari rumah yang dilanjutkan jalan kaki 10 menit menyusuri sungai, saya tiba di
kawasan Kedungdawa. Alam perbukitan Pagergeong yang begitu asri membuat cuaca yang
terik saat itu pun terasa sejuk di Kedungdawa. Namun begitu, saya tidak datang
pada kondisi paling bagus. Debit air sedang minim yang membuat keindahan
bermacam-macam curug ‘mini’ di Kedungdawa ini tidak tampil maksimal.
Kedungdawa sesungguhnya terdiri dari aneka air terjun pada tingkat-tingkat
yang beragam rupa wujudnya. Ada satu petak yang mengucur di dalam cekungan yang melemparkan pada
suasana Green Canyon atau Cukang
Taneuh di Ciamis tapi dalam versi mininya. Ada air terjun yang mengucur pada
beberapa kubangan layaknya lesung yang jika melihatnya pada satu lanskap akan
tampak cantik bertingkat-tingkat. Ada juga sebuah air terjun yang meningkahi
manis bebatuan bergurat-gurat setinggi 5 meter.
Pada lokasi di dekat bermula saya berjalan, saya juga jumpai air terjun
(tapi tidak tahu namanya) yang lebih tinggi dan bertingkat tiga yang
memperlihatkan lapis-lapis struktur batuan. Masyarakat setempat biasa
memanfaatkan Kedungdawa untuk sarana rekreasi lokal. Bisa untuk mandi di aliran
sungainya, bisa untuk sekedar menyesap sejuknya suasana Kedungdawa. Saya jumpai
beberapa warga yang sedang menggunakan Kedungdawa sebagai tempat melepas penat
setelah seharian bekerja di ladang.
“Bagusnya kesini pas hari sebelumnya itu hujan. Ada airnya banyak, bagus
air terjunnya kelihatan.” tutur seorang
warga yang tampak sedang mencari ikan di antara kubangan-kubangan sepanjang
sungai.
Catatan:
- Kedungdawa belum dikembangkan menjadi tempat wisata. Tetapi sudah ramai
dikunjungi, terutama pada hari Minggu. Biasanya ada warga yang menjaga parkir
motor dan menarik biaya parkir seikhlasnya.
- Jaga kebersihan, moral dan kesopanan. Sangat disayangkan terlihat beberapa
sampah pengunjung di lokasi. Pengunjung jenis ini kurang sadar terhadap
keindahan lingkungan. Selain itu, lokasi ini tidak sembarangan kita berkata dan
berbuat terutama yang kotor dan asusila. Menurut keterangan warga ada
penunggunya.
- Petunjuk arah Kedungdawa adalah datangi dulu Desa Seliling, Alian, yakni
dari Kebumen ke arah Pemandian Air Panas Krakal. Nanti ada jembatan pada jalan
yang agak menikung masuklah ke kiri, ke jalan kampung. Ikuti terus jalan itu
sampai mentok.
Air terjun 5 meter yang kalau sedang ada airnya sangat indah diabadikan long exposure. |
Kubangan-kubangan yang bertingkat-tingkat. |
Cekungannya membentuk lingkaran yang secara alami terbentuk ribuan tahun. |
Guratan dinding pada cekungan Kedungdawa. Sayang vandalisme kebangetan sekali. |
Air terjun yang bertingkat empat. Tapi sedang minim air. |
Keindahan yang memanjakan jiwa raga. Kedungdawa belum banyak dikenal |
Perjalanan ditemani sepupu saya, Saad Abdullah untuk menelusur Kedungdawa. |
Sayangnya tidak sedang ada air. Kalau ada air pasti lebih indah. |
1 komentar
lagi musim kemarau apa mas, soalnya gak ada airnya..
BalasHapus