Kado Senja Laut Bekah
Oktober 27, 2014Jika biasanya saya hanya menghadiahi bingkai sepotong senja kepada “Kamu” kesayangan saya, di hari istimewa “Kamu” ini saya mengajak “Kamu” langsung menikmati senja, langsung menunaikan ibadah senja. Ke Laut Bekah, sore itu, saya membawa “Kamu” merayakan hari jadi hidupmu di dunia untuk yang keduapuluhsembilan kalinya.
Saya tahu “Kamu” adalah pemakna senja garis keras. Makanya, saya pikir
akan sangat membahagiakan sekali jika “Kamu” dihadiahi senja. Saya pun menyuguhkan
“Kamu” sebuah senja di sebuah tempat yang langsung berbatas samudera, di atas
ketinggian tebing, di ujung selatan Jawa, di pesisir istimewa Yogyakarta, di
pelosok Gunungkidul, di Kecamatan Purwosari, di Desa Giripurwo, di Dusun Temon,
di tempat biasa para maniak pemancing mengadu peruntungan untuk memancing ikan
dan lobster pada tebing karang yang tinggi, terjal nan menantang.
Jujur, saya tidak bisa memberi “Kamu” sebuah kado layaknya yang rekan-rekan “Kamu” berikan kepada kekasihnya, atau yang kawan-kawan saya berikan kepada sang tercintanya. Semisal, rumah yang mewah atau mobil yang meriah atau cincin emas permata atau paket umroh ke Mekkah-Madinah atau paket perjalanan ke Eropa atau bahkan sebait puisi romantis bercita rasa gombalan yang mengikat mesra. Saya tak sanggup untuk menyediakannya.
Maklum, saya hanya seonggok makhluk “Bukan Siapa-siapa”, seorang mahasiswa
tingkat semester kadaluarsa yang hidup dari belas kasihan subsidi negara yang senantiasa
mendapat keberuntungan dan kemurahan hati Tuhan dan para makhluk-Nya. Jelas saya
pun merasa menjadi orang paling beruntung di dunia ketika hampir tiga tahun ini
dianugerahi cinta oleh sesosok “Kamu” yang digdaya dan sebentar lagi studi di
negeri OZ pada salah satu universitas terbaik di dunia.
Iya, mohon maklum, saya sekedar sanggup memberi “Kamu” kado senja Laut
Bekah.
Untunglah senja tak bermuram durjana. Untunglah senja menampakkan bulat
memerahnya secara sempurna di ufuk barat yang membuat “Kamu” tampaknya
bahagia - setidaknya dari tingkah “Kamu”
yang syahdu menikmati senja. Sehingga, saya tidak perlu berdiri di pinggir
tebing berketinggian 80 meter yang didasarnya bergulung ombak-ombak Samudera
Selatan yang kejam menghajar kaki tebing, lalu saya terjun bebas menghujam ke
bawah.
Semuanya serba tebing yang tinggi. |
Tangga 'maut' untuk turun pemancing lobster. |
“Maksudnya Kamu mau bunuh diri kalau sore ini gagal membuatku bahagia?”
Ungkap “Kamu” sambil menatap tajam saya.
Oh, tidak.. Jelas tidak.. Tidak mungkin.. Saya paling mengecam tindakan bunuh
diri. Saya tak ingin mati dan meninggalkan “Kamu” sendiri. Saya hanya ingin
terjun untuk lepas landas demi terbang bebas ke angkasa. Andaikan sore itu tak
ada senja yang indah, saya rela berubah menjadi burung Walet. Lalu, saya
mengajak sekawanan burung Walet lain yang sore itu beterbangan meriuhkan
angkasa Laut Bekah untuk menuliskan untaian kata di kanvas senja:
“SELAMAT ULANG TAHUN “KAMU”. SEMOGA TETAP DISAYANG ALLAH DAN TETAP SAYANG
KEPADAKU”
Untunglah baskara merah yang indah membuat saya ‘selamat’, tak perlu bertindak gila. Saya pun bisa nyaman duduk
manis di samping “Kamu”. Pada haribaan senja yang merona, tepat di ujung tebing,
saya dan “Kamu” pun bersama terduduk syahdu berdampingan menatap cakrawala
barat yang berbatas samudera raya, sambil diterpa ramah semilir angin yang
menentramkan. Tetiba, jemari “Kamu” mengajak jemari saya untuk saling bertautan
dan bibir “Kamu” dengan lirih mengajak telinga saya untuk mendengar perkataan:
“Terima kasih sayang untuk senjanya yang indah. Semoga tahun depan, tepat
di hari istimewa ini, kita bisa menikmati senja sebagai sepasang suami istri”
Senja pun melengos pergi, bebarengan kami meninggalkan Laut Bekah yang
sunyi.
Catatan
- Senja di Laut Bekah disaksikan secara syahdu pada tanggal 25 Oktober 2014 lalu, bersamaan hari milad "Kamu"
Ladang di sekitar Laut Bekah |
4 komentar
senjanya bagus bangett. Ciptaan Tuhan emang keerenn
BalasHapusbung iqbal romantis kaleee.... *sembah sujud
BalasHapuslaut memang paling indah untuk melihat sunset..
BalasHapusPas ada perahu nelayan yang lewat ya..
BalasHapusKemaren saia pas ke sana g ada...
Salam dari menggapaiangkasa.com