Gudeg Manggar yang Langka nan Istimewa
Agustus 30, 2014Gudeg Manggar. Istimewa nan langka. |
Yogyakarta identik dengan
gudeg. Yogyakarta adalah kota gudeg. Kecuali yang tidak suka, setiap orang yang
datang
ke Yogya akan dengan senang hati
merelakan lidahnya untuk mengecap gurih
manisnya olahan gori atau nangka muda yang berpadu dengan pedasnya sayur krecek dan nikmatnya lauk telor bebek, ayam suwir atau
tahu tempe bacem. Siang malam, 24 jam, gudeg senantiasa tersedia di tiap
penjuru Yogyakarta. Gudeg telah menjadi bagian denyut nadi kehidupan
Yogyakarta.
Tapi, belum banyak yang tahu
bahwa gudeg tidak melulu tentang olahan nangka muda. Pernah tahu ada gudeg dari
bunga kelapa? Gudeg ini lazim disebut
sebagai gudeg manggar. Begitu langka yang menjual sehingga gudeg manggar
tidaklah sepopuler gudeg nangka muda. Namun, bukankah yang langka itu selalu menggelitik rasa?
***
Pagi belum juga luluh dihalau
ke siang saat saya tiba di rumah Bu Dullah yang sepi. Kenapa saya sebut rumah?
Karena tempat yang terletak di Jebugan, Serayu, RT05, Desa Bantul, Bantul,
Yogyakarta lebih mirip sebagai rumah dibandingkan sebagai warung gudeg Manggar.
Sampai-sampai jika tidak ada orang yang duduk di beranda rumah, saya akan
keliru menemukan lokasi gudeg manggar. Rumah Bu
Dullah ini berhalaman asri dengan panorama sawah yang memanjakan jiwa.
Tepat juga rumah Bu Dullah terletak di
samping Kompleks Makam Bupati Bantul.
Saya diminta langsung ke
dapur untuk memesan gudeg. Saat itu, hanya ada dua orang yang tampaknya sedang sibuk mempersiapkan pesanan gudeg Manggar dari
pelanggan. Seorang memperkenalkan diri sebagai Uminah sembari memperkenalkan
seorang satunya yang sudah sepuh, yakni Bu
Dullah, sang tuan rumah dan pemilik usaha gudeg manggar.
“Kalau di rumah ya begini sepi. Karena memang pembeli
lebih banyak memesan gudeg manggar untuk acara di luar atau dijadikan sebagai
oleh-oleh daripada menyantap di sini.”
ungkap Uminah.
Saya memesan sepiring gudeg
manggar dengan berlauk ayam suwir dan telur bacem. Sungguh saya begitu memendam penasaran, ingin tahu apa istimewanya gudeg manggar dan apa rasa yang membedakan gudeg olahan gori dengan olahan manggar.
Gudeg manggar dengan aneka lauk di warung Bu Dullah, Bantul |
Gudeg manggar pesanan saya. Siap santap. Maknyussss.. |
Voila, hidangan gudeg manggar datang. Tentu saja, saya memulai menyantap hidangan
dengan mencicipi manggar karena ia lah sang daya tarik utamanya. Begitu mencicip manggar, saya mengamati dengan sangat seksama. Hasilnya, gudeg manggar lebih kaya rasa. Kenapa lebih kaya? Lidah saya mengecap tidak sekedar manis yang dominan, tetapi rasa gurih
yang kuat bisa begitu elegen menyeimbangkan manis khas gudeg.
Namun, keterpesonaan saya
paling mendalam pada cita rasa gudeg
manggar adalah timbulnya kesan ‘krenyes-krenyes’ yang renyah ketika melekat di lidah. Kesan ‘crunchy’ tersebut muncul karena rupa manggar yang terdiri dari bebijian yang dilunakkan. Tatkala
mencoba lauknya, saya rasa tidaklah ada perbedaan signifikan yang pantas dicap istimewa dibandingkan lauk yang disuguhkan gudeg nangka muda. Tetap saja yang paling istimewa adalah pada krenyes-krenyes gudeg
manggar.
Semilir angin pedesaan khas
Bantul membisiki saya untuk tak tergesa-gesa menyantap Gudeg Manggar.
Betul-betul setiap suapan yang tersusun dari nasi, gudeg manggar dan telur atau
ayam suwir, saya nikmati penuh penghayatan. Sesekali teh manis sepet yang
mewangi melati saya teguk untuk menjeda buaian nikmat gudeg. Ah, romantika
menyantap gudeg manggar yang lezat dan jauh dari hiruk pikuk kota membuat
suguhan ini pantas dinilai sempurna.
***
Gudeg manggar telah ada sejak
500 tahun lalu. Sejarah Gudeg Manggar bermula dari racikan Puteri Pembayun yang
merupakan istri dari Ki Ageng Mangir, pemimpin perdikan Mangir. Puteri Pembayun
merupakan putri Panembahan
Senopati, pendiri sekaligus sultan Mataram
Islam
pertama. Puteri Pembayun dinikahkan ayahandanya sebagai strategi ‘penaklukan’
Perdikan Mangir yang saat itu selalu berseberangan dengan Kesultanan Mataram
Islam yang baru berdiri.
Melihat di daerah Mangir
pohon kelapa banyak tumbuh dan sebagai lahan penghidupan utama, Puteri Pembayun
memiliki ide untuk menciptakan gudeg manggar. Mulanya gudeg manggar
hanya bisa ditemui di daerah Mangir saja. Gudeg manggar juga mulanya disajikan hanya dalam acara-acara tertentu seperti
perayaan hari raya agama, pesta keluarga dan acara khusus lainnya.
Seiring berjalannya waktu,
gudeg manggar kemudian menyebar ke
seluruh daerah Bantul dan menjadi suguhan sehari-hari masyarakat Bantul. Terlebih
saat musim paceklik di zaman penjajahan, gudeg manggar menjadi makanan
penyelamat masyarakat Bantul. Meski begitu, sejalan dengan makin membaiknya
kondisi dan makin sedikitnya bunga kelapa yang tersedia, gudeg manggar
ditinggalkan oleh masyarakat. Ada masa ketika gudeg manggar hampir punah.
Sudah dua puluh tahun ini Bu Dullah berjualan gudeg manggar dari rumahnya,
yang bagi saya tidaklah mudah untuk menemukan rumahnya kalau tidak suka
‘blushukan’. Bu Dullah bisa jadi adalah salah satu orang yang mulai menggiatkan
lagi gudeg manggar sebagai kuliner ‘ndeso’
yang pantang untuk ditelan oleh modernitas zaman.
Selain Bu Dullah, terdapat juga beberapa penjual gudeg manggar yakni di
daerah Mangir dan daerah Srandakan yang juga masih merupakan wilayah Bantul.
Kopitiam Oey milik Pak Bondan di kota Yogyakarta juga menyuguhkan gudeg manggar
pada pilihan menunya setiap Sabtu dan Minggu.
Rumah Bu Dullah yang sepi. Sepintas tak terlihat warung gudeg. |
Suasana dapur Gudeg Bu Dullah. Bu Uminah sedang mengaduk-aduk bumbu di wajan lauk telur |
Selesai menyantap gudeg manggar, saya tertarik untuk menelusuri lebih
dalam dapur Bu Dullah yang saat itu sedang semarak mengebul. Untunglah Bu
Dullah begitu ramah dan terbuka sehingga saya dipersilakan untuk melihat seisi
dapurnya sekaligus bertanya-tanya.
Sewajan besar manggar atau yang dikenal juga dengan mayang (bunga kelapa)
sedang direbus di atas tungku perapian. Karena hari masih pagi, saya lihat rebusan
manggar masih tampak rupa aslinya, masih putih agak kekuningan. Terlihat belum
diresapkan dengan bumbu baceman. Di tungku lain sedang dimasak sewajan ayam dan telur yang akan dipersiapkan sebagai
lauk untuk esok harinya. Satu wajan lagi sebagai tempat membuat sambal.
“Sehari semalaman mas untuk memasak
manggar hingga bisa jadi gudeg. Baru nanti maghrib diberi bumbu baceman“ ungkap
Uminah yang sesekali menuangkan air berbumbu ke dalam rebusan manggar agar
tidak kering.
Dalam sehari Bu Dullah paling tidak membutuhkan 20 kg manggar pilihan
untuk dimasak menjadi gudeg. Jika saat lebaran jumlahnya bisa membengkak dua
kali lipatnya. Pengolahan gudeg manggar punya tingkat kerumitan yang tinggi karena dalam memilih
bunga kelapa tidak boleh sembarangan. Hanya pohon kelapa yang kurang produktif
yang manggarnya boleh diambil dan berada di daerah kurang subur. Dengan manggar
yang diambil, pohon kelapa akan kembali rajin berbuah dengan daun yang semakin
lebar.
Ketersediaan manggar sebagai bahan baku utama adalah tantangan yang paling
besar untuk membuat dapur Bu Dullah selalu mengepul. Tidak setiap hari bisa
dijumpai manggar di pasaran tergantung penjual yang menyetor ke Bu Dullah.
Uminah mengatakan si pemasok bahkan harus mencari ke seluruh pelosok Bantul
untuk bisa mendapatkan manggar pilihan.
Manggar yang sedang direbus. Dilunakkan agar nikmat diolah menjadi gudeg. Sehari semalam. |
Masakan ayam untuk lauk gudeg manggar. |
Bagi saya, keterbatasan jumlah manggar ini juga ada daya tariknya. Paling
tidak bisa menjadikan gudeg manggar menjadi kuliner langka paling istimewa yang
pantas diburu dan ketika didapatkan gudeg manggar merupakan sesuatu yang sangat
berharga. Tidakkah yang langka biasanya membuat suatu makanan makin istimewa?
Bondan Winarno, pakar kuliner Indonesia ini yang terkenal dengan sabda kuliner
“Mak Nyuss dan Top Markotop” sangat menggemari gudeg manggar. Gudeg manggar ini
ditahbiskan masuk dalam buku daftar “100 Makanan Tradisional Indonesia Maknyus ala
Pak Bondan sebagai kuliner yang mewakili Yogyakarta. Dan, Gudeg Manggar Bu
Dullah adalah favorit Pak Bondan.
Keistimewaan gudeg manggar juga diakui oleh pakar kecantikan tradisional
Indonesia, Mooryati Sudibyo. Tokoh yang juga kerabat kraton Yogyakarta ini mengatakan
menu masakan gudeg manggar bisa menimbulkan kecantikan luar dan dalam. Wajah si
penyantap akan bercahaya dan klimis dalam bahasa Jawanya. Mooryati saat ini
rajin mempromosikan gudeg Manggar ke seluruh dunia.
“Orang-orang dari kraton sangat suka dengan gudeg manggar. Biasanya kami
melayani pesanan kraton. Atau rombongan kraton biasanya langsung datang ke
sini. Biasanya kalau datang bisa seratusan orang” ungkap Bu Dullah tetap tampil
sederhana meski telah menjadi langganan keraton.
***
Cita rasa gudeg manggar telah melegenda seusia 500 tahun lebih, hampir
seusia Kesultanan Mataram yang kini terwarisi ke Kesultanan Yogyakarta.
Kelezatan dan keistimewaannya telah diakui oleh kalangan kraton hingga pakar
kuliner nasional dan mulai digaungkan ke pentas internasional. Gudeg manggar
juga akrab dengan kalangan jelata karena para pemasak dan penikmatnya adalah
masyarakat biasa, termasuk saya.
Namun, saya yakin belum banyak orang yang melirik gudeg manggar sebagai
tujuan kulinernya saat berkunjung ke Yogyakarta. Jadi, tertarikkah Anda untuk
mencoba gudeg manggar?
Sajian istimewa gudeg manggar. |
Gudeg manggar yang telah jadi. Rasa krenyes-krenyes menjadi sensasi paling lezat dari gudeg ini. |
Ayam kampung teman gudeg manggar menurut saya empuk. |
Saya suka dengan kreceknya karena rasanya pedas menyeimbangkan manis dan gurih. |
Manggar yang direbus di atas tungku. Sehari semalam untuk menciptakan rasa terbaik. |
10 komentar
selamat menikmati hidangan lezat ini.
BalasHapusIni juga merupakan menu wajib lebaran di keluarga saya.
Tanpa gudeg manggar, suasana lebaran seperti kurang lengkap.
makasih bang Alfa Thani sudah berkunjung dan komentar di tulisan saya. :D
HapusSalam kenal..
Setelah merasakan gudeg manggar, kini gudeg paling favorit bagi saya adalah gudeg manggar, hehe
paling enak gudeg manggar buatan ibu sendiri hehehe... Menu wajib lebaran :D
BalasHapusBlognya bagus. Ajarin nulis sama fotografi mas iqbal :)
mbk Rasa Wulan.. apapun paling enak itu adalah masakan ibu.. :D kapan2 bisa deh cobain gudeg manggarnya ciptaan ibunya mbak Wulan.. :D
HapusMakasih sudah berkunjung.. Sering2 baca, nulis n motret nanti kan terbiasa nulis blog.. Saya dengan senang hati bisa turut membantu..
Kemarin saya habis berkunjung mencicipi wenaknya gudeg manggar, eh lumayan dapet inspirasi buat cerita yang bisa di bawa pulang.. anyway artikelnya ini oke ..
BalasHapusTerima kasih mas Rachmad sudah berkunjung dan komen blog saya.. :D Salam kenal..
HapusSekarang kuliner gudeg ini jadi favorit saya. Rela jauh2 ke Bantul yg penting bisa makan Gudeg Manggar.. :D Semoga artikelnya bermanfaat..
makasih indonya
BalasHapusmakasih infonya
BalasHapustrimakasih buat infonya,,
BalasHapussangat bermanfaat sekali,,
mantap,,
tergelitik ingin mengetahui lebih jauh tentang gudeg manggar ini setelah membaca cerpen tulisan seorang teman. sedikit bisa membayangkan rasa krenyes-krenyes dari si tekstur manggar, tapi tetap tidak bisa membayangkan rasa yang katanya cenderung gurih dibandingkan dengan gudeg nangka. terima kasih tulisannya. semoga suatu saat nanti bisa mencoba langsung ke Bantul. salam
BalasHapus