Megah Senja Masjid Agung Jawa Tengah
Juli 03, 2014Sunset Masjid Agung Jawa Tengah |
Terduduk termangu menunggu. Mungkin bagi sebagian besar orang, menunggu itu menyebalkan. Namun, bagaimana menunggu berbuka puasa sambil menunggu senja yang sempurna? Saya rasa kita tidak akan mengeluh jika menunggu buka pada haribaan sebuah senja di Masjid Agung Jawa Tengah. Di masjid kebanggaan masyarakat Jawa Tengah ini saya terduduk menunggu. Menunggu berbuka berhadiah senja luar biasa.
Saya tidak perlu menikmati senja dalam sunyi. Senja tidak harus berkawan dengan sepi. Tatkala Ramadhan, sebuah sore di Masjid Agung Jawa Tengah hadir begitu gempita. Masyarakat Semarang dan sekitarnya akan menjadikan ruang publik yang berlokasi di Gayamsari, Semarang sebagai tempat favorit ngabuburit. Tumpah ruah bergabung bersama menyongsong momen berbuka puasa. Dan, saya ada di sana menjadi sesosok manusia di antara ribuan orang yang penuh harap.
Biarlah harapan itu membumbung apa adanya. Saksikan saja mentari turun perlahan ke ufuk barat. Membulat makin besar nan cantik, walau toh akhirnya dia akan ditelan cakrawala. Biarlah apa adanya. Saya hanya merasakan yang megah adalah arsitektur masjid seluas 7.669 m2 untuk bangunan utama dan 7.500 m2 untuk halamannya. Harmonisasi arsitektur Jawa, Islam dan Romawi karya Ir. H. Ahmad Fanani berhasil membuat Masjid Agung Jawa Tengah tampak indah sekaligus khusyuk beribadah.
Nikmati saja bangunan utama masjid yang beratap tumpang ala Jawa dengan kubah raksasa di tengahnya. Di dalam masjid terdapat tiang-tiang yang berhias motif batik seperti tumpal, untu walang, kawung, dan parang-parangan. Di muka masjid terdapat arsitektur ala Romawi berupa pilar-pilar yang membentuk lengkungan setengah lingkaran. Saya teringat pada romantika bangunan Colosseum di Roma, Italia. Di halaman tengahnya, terdapat enam tiang hidrolik sebagai payung raksasa, yang melemparkan saya pada nuansa Masjid Nabawi di Madinah.
Saya bayangkan andai masjid ini penuh, semisal saat sholat Ied Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, 10 ribu orang bisa memenuhi segala ruang Masjid Agung Jawa Tengah. Luar biasa. Namun, saya paham jika pada hari-hari biasa, paling hanya ruangan utama masjid yang berisikan para jamaah. Dan, belum tentu juga itu penuh. Bukankah kemegahan kadang itu terlalu berlebihan dan rapuh. Megah tak berhubung lurus pada meriahnya jamaah.
Baiklah. Mari lanjut memuji masjid yang baru berdiri pada 6 September 2002. Terdapat satu lagi tengara yang kian memegahkan Masjid Agung Jawa Tengah. Sebuah menara masjid yang menjulang setinggi 99 meter. Menara Asmaul Husna begitu namanya, hendak mengagungkan kemuliaan nama Allah yang berjumlah 99. Sore itu, menara yang bisa dinaiki dan dilengkapi ruangan bisa berputar itu tampak gagah menjulang, seperti ia coba ingin mencakar langit Semarang yang sedang cerah gembira.
Dari Menara Asmaul Husna, berkumandanglah suara adzan yang menggempitakan angkasa. Saat berbuka pun telah tiba. Saat menunggu itu telah berlalu. Sembari menenggak minum untuk berbuka, saya pun menikmati langit yang berubah warna: merah lalu menggelap. Terang berlalu, berganti pada cahaya temaram lampu-lampu masjid yang berwarna-warni. Masjid Agung Jawa Tengah kini tampak elegan menyongsong malam.
Dan, saya menyempurnakannya dengan menunaikan sholat maghrib dan juga shalat tarawih di Masjid Agung Jawa Tengah. Tak sekedar mengharap senja dan berbuka. Bukankah baiknya begitu?
Catatan:
Kunjungan saya ke Masjid Agung Jawa Tengah dilaksanakan setahun lalu saat Bulan Ramadhan. Saya beruntung bisa mendapatkan cuaca Semarang yang cerah hingga momen terbenam matahari.
2 komentar
Dulu waktu main ke Semarang juga kaget sore-sore mataharinya nongol di Belakang Masjid, keren ka :D
BalasHapusYuuhuuy mas Riski.. Salah satu spot menikmati senja terbaik di Semarang menurutku salah satunya di MAJT ni.. :D
HapusSalam kenal mas.. Trims udah berkunjung.,