Membuktikan Imajinasi Pink Beach Komodo
Juni 08, 2014Pantai Merah di Pulau Komodo. Sangat cantik luar biasa. Saya selalu terpesona. |
Yang terbayang di imajinasi saya, Pantai Merah – orang lokal lebih suka
menyebutnya begitu – atau Pink Beach – turis asing lebih familiar dengan nama ini – dapat terlihat mencolok warna
merah mudanya begitu saya pertama kali memandangnya. Meski dari kejauhan.
Tapi, saat kapal kami menuju Pantai Merah, saya sempat meragu. “Mana
warna pink-nya?” Ari Surya, nakhoda
perahu kami menjelaskan, “Nanti kalau didekati warna merahnya akan
kelihatan.” Baiklah, saya pun tak sabar
membuktikan apa yang dikatakan oleh Bang
Ari.
Perahu kecil bermotor milik
Abdullah (47) menghampiri kami. Kapal Surya
yang kami gunakan untuk ‘island hopping’ di kawasan Pulau Komodo harus
membuang jangkar di tengah laut. Kapal
berukuran sedang ini bisa merusak terumbu karang apabila merapat hingga Pantai Pink. Maka, perahu
kecil milik penduduk Kampung Komodo biasanya akan menjemput wisatawan di kapal. Kemudian, mengantarkannya mendarat di Pantai Merah ini. Atau
bisa juga, wisatawan langsung berenang sembari snorkeling di perairan Pantai Pink yang kaya keindahan bawah laut.
Cara pertama lebih saya
pilih. Saat itu badan saya sedang tidak prima gegara alergi kulit. Jika bersentuhan air laut maka jadi perih. Sial. Sayang sekali. Saya pun akhirnya memilih mengeksplorasi daratan Pantai Pink. Rekan
saya A. Mei ber-snorkeling ria di
perairan Pantai Pink. Begitu juga, kawan-kawan lain tim Adira Faces of
Indonesia. Saya ditemani Luthfi memilih menikmati sekedar daratan Pantai Pink
saja.
“Betul. Pasir pantai ada
warna merah mudanya. Walau tetap saja dominan putih” seketika kesan saya tatkala mendarat
di pasir Pantai Pink.
Pak Abdullah di Pantai Pink. Lautnya sangat jernih. Perahu seakan 'terbang' mengambang. Foto: A. Mei Harmawansah |
Lanskap luas Pantai Merah dari bukit savana. Warna pink nya kontras dengan hijau dan biru. Surgawi. Foto: Toliq Anshari |
Cuaca cerah dengan sinar
mentari terik membuat Pantai Merah tetap saja saya
anggap mewah karena warna pink-nya.
Langit biru pun begitu mendukung sehingga nuansa semarak dari pantai andalan Pulau Komodo ini begitu terasa. Warna
merah ini berasal dari pecahan karang berwarna merah yang sudah mati. Di sekitar Pantai
Merah memang banyak ditemui karang jenis merah ini. Ada juga yang mengatakan
bahwa warna merah berasal hewan mikroskopis foraminifera
yang memproduksi warna merah pada terumbu karang.
Saya kini berjalan menuju puncak sebuah bukit di sebelah kiri Pantai Pink.
“Ada komodo gak Pak di daerah sini?” saya coba memastikan keamanan trekking singkat ke bukit itu.
“Tidak ada komodo mas. Aman.” Jawab Pak Abdullah menenangkan. “Saya temani
mas jalan ke puncak bukit. Mari.” Ternyata tak hanya Pak Abdullah yang
mengikuti trekking di Bukit Pantai
Pink, beberapa nelayan setempat yang saat itu sedang berteduh di Pantai Pink pun
turut menemani kami. Dari tim Adira FOI yang tadinya bersnorkeling pun beberapa
ikut trekking bukit Pink Beach
Kami menyusuri semak savana sepanjang berjalan menaiki bukit. Panas yang
membakar turut memanaskan rumput sehingga kami pun ingin selekasnya mesti
menuju puncak bukit. Perjalanan menaiki bukit sejauh 200 meter pun berujung
pada rindangnya sebuah pohon yang berada di puncak bukit.
Ahaa… Saya langsung terkesima dengan panorama Pantai Merah dan sekitarnya.
Begitu menakjubkan! Sejuta kekaguman untuk kemurahan kasih Tuhan terhadap alam
yang terhampar. Salah satu kecantikan bumi Indonesia yang ikonik, yang musti
dikunjungi setidaknya sekali seumur hidup.
Saya ajak kalian membayangkan tentang lanskap cantik yang dipayungi oleh langit
biru sempurna. Hamparan panjang pasir Pink Beach berpadu dengan laut biru yang bergaradasi semakin muda ke daratan. Beberapa
kapal nelayan dan wisatawan menjadi hiasan di atas perairan yang tenang ini.
Apakah hanya demikian yang ditawarkan? Mari, lihatlah ke daratan!
Bebukitan yang melekuk-lekuk dengan dihampari savana dan hiasan pepohonan jarang
adalah sebuah kontras tapi menjadi paduan sempurna dari lanskap yang membiru. Di batas cakrawala, tampak untaian
pulau-pulau bersavana juga menambah keindahan panorama.
Saya lalu berjalan mencari panorama di sisi sebaliknya. Kali ini saya
temukan panorama Loh Liang dengan bebukitan
yang memeluknya. Loh Liang merupakan pintu masuk untuk menemui Komodo di
pulau sarangnya, Pulau Komodo. Tampak kapal-kapal wisata merapat untuk
mengantarkan para wisatawan yang didominasi adalah turis asing. Loh Liang tak
begitu jauh dari Pink Beach. Paling hanya seperempat jam ditempuh dengan
kapal.
Di Bukit Pantai Pink ini, waktu setengah jam lewat terasa cepat. Betapa
asyiknya memandangi panorama luas sambil dibelai ramah semilir angin yang
malu-malu hadir di tengah siang.Lalu, kami pun turun kembali, mendekat lagi,
menjamah lagi pasir Pink Beach.
Saya sudah membuktikan bahwa Pantai Merah atau Pink Beach ini tak semerah
pasir seperti yang dibayangkan. Atau bisa jadi saya yang terlalu berekspektasi
berlebihan. Namun, percayalah. Tatkala hadir di sana, bukanlah tentang
perburuan pada merah tidaknya pasir yang membatasi lautan dan daratan. Tapi,
kita akan temukan panorama menakjubkan yang senantiasa terkenang. Sebuah
harmoni antara savana, langit, laut, dan pulau-pulau yang akan membuat kita
makin percaya bahwa Pulau Komodo benar-benar istimewa.
Paling tidak, saya juga mesti bangga pada Pink Beach. Ada pengakuan. Ada
promosi yang mengundang penasaran. Pink Beach Komodo menjadi satu di antara
tujuh pantai yang berpasir merah muda di dunia. Bukankah ini sebuah pernyataan
yang mengundang pelancong seluruh dunia untuk merasakan langsung?
Catatan:
- tulisan ini merupakan rangkaian kisah perjalanan saya
mengikuti Adira Faces Of Indonesia #UbekNegeri Copa de Flores yang
diselenggarakan Adira Finance dan Bank Danamon pada tanggal 14-19 Maret 2014
- terima kasih kepada Toliq Anshari dan A. Mei Harmawansah
atas izin fotonya untuk dibolehkan dipampang melengkapi cerita perjalanan ini.
Keduanya merupakan fotografer keren yang ikut dalam Ekspedisi Ubek Negeri Copa
de Flores. A. Mei Harmansah berasal dari Bone, Sulawesi Selatan dan merupakan
penggiat PERFORMA (Perkumpulan Fotografer Makassar). Adapun, Toliq Anshari
berasal dari Mataram, Lombok, tinggal di Bali dan merupakan fotografer kece
tingkat nasional.
- foto-foto di Pantai Merah ini sebenarnya banyak di handphone saya. Sayangnya karena peristiwa handphone saya hilang maka foto-foto itu sirna. Hanya terselamatkan satu foto karena terlebih dulu diupload di media sosial. :(
- foto-foto di Pantai Merah ini sebenarnya banyak di handphone saya. Sayangnya karena peristiwa handphone saya hilang maka foto-foto itu sirna. Hanya terselamatkan satu foto karena terlebih dulu diupload di media sosial. :(
Narsis dulu. Terima kasih kepada bang Toliq Anshari yang telah mengabadikan momen saya Foto: Toliq Anshari |
Tim Ekspedisi Ubek Negeri: Toliq Anshari, saya dan Astari Radnadya (dari kiri) Foto: Toliq Anshari |
3 komentar
Kereeenn.. Karena ada wajah sy muncul disitu.. :))
BalasHapusgegara ada bang Toliq dan fotonya jadi blogku lumayan keren.. Biasanya kan cuma seadanya saja..
Hapusmelihat keindahannya pantainya membuat saya terkagum-kagum..
BalasHapus