Sore di Pantai Batu Hijau
Mei 06, 2014
Memancing, rutinitas yang biasa dilakukan warga Penggajawa di Batu Hijau
|
Gerimis dengan santai membasahi bumi kawasan Pantai Batu Hijau. Sedari tadi menemui ibu Fatimah, kami kini pindah ke lokasi di sebelah barat dari lokasi tadi, sekitar 1 km. Partner saya, A. Mei, tetiba meminta berhenti. Dia ingin memotret lanskap slowspeed dari deburan ombak yang masuk di sela-sela karang di dekat daratan. Sebentar kami diam di dalam mobil, menunggu gerimis reda sepenuhnya.
Sekali lagi kami harus turun ke bawah, menuju hamparan pantai pasir hitam
yang ditaburi bebatuan hijau membulat. Tapi, kini ada yang beda. Menjorok
sebuah lekukan karang yang bergaris merongga sebagai pembatas antara daratan
dan pasir hitam. Di situlah A. Mei beraksi. Dia dengan sabar dan cermat menunggu
momen sempurna untuk menciptakan potret terbaik dari ombak yang masuk dalam
sela-sela karang. Dia begitu antusias menikmatinya.
Lantas apa yang dilakukan saya? Abdul dan Rizka tahu betul untuk menghibur
saya saat menunggui bang A. Mei beraksi. Dua bocah ini tak perlu menghibur
dengan menari-nari. Cukuplah mereka memberi saya warna cerah pada sore itu yang
begitu awet diliputi mendung. Saya lihat, keduanya begitu bergembira saat memancing
ikan di tepian pantai. Mereka begitu menikmati sejuknya sore itu sehabis
ditaburi rintik gerimis.
Saya mendekat kepada Abdul untuk melihat apa saja hasil memancingnya. Ternyata ikan yang mereka dapatkan sudah
banyak. Hanya saja ikannya monoton, satu jenis saja, yakni ikan layur.
Maklumlah, alat pancing mereka sangat sederhana. Hanya sebilah tipis bambu yang
dipasangkan dengan senar lalu diberi mata kail pada ujung senar. Mereka hanya
bisa memancing untuk ikan yang hidup di sekitar daratan.
“Apa yang menjadi umpan ikan?” tanya saya kepada Abdul.
“Daging ikan layur juga bang.” Jawabnya polos sembari memasang daging ikan
di mata pancingnya.
Pak Ahmad, biasa juga memancing di setiap sore di Pantai Batu Hijau |
Ikan hasil tangkapan Abdul dan Rizka. Ikan ini juga untuk umpan kepada ikan sejenisnya. |
Haaah… “Mau juga yah ikan makan ikan?” setengah kaget dalam hati. Apalagi
sesama ikan yang satu jenis. Ah, biarlah toh
saya tak tahu apa selera ikan. Abdul lalu meletakkan ember wadah ikan hasil
tangkapannya. Dia lalu mendekat lagi ke laut, dibasahi lagi oleh gulungan ombak
yang mendarat dan melemparkan pancingnya ke air. Tak lama kemudian Rizka
mendekat membawa hasil pancingannya. Lalu, Abdul pun menyusul membawa
tangkapannya. “Kok mereka begitu mudahnya mendapat ikan yah?”
Kawasan karang-karang di Pantai Batu Hijau menjadi favorit warga untuk
memancing ikan. Sore itu, Abdul dan Rizka bersama beberapa warga setempat lainnya
tampak asyik memancing ikan. Mereka rutin memancing pada sore hari sebagai
hiburan mendekat kepada alam. Hasil tangkapannya ini tidaklah dijual, melainkan
hanya digunakan sebagai lauk makan sehari-hari.
Saya bisa membayangkan perairan sekitar Flores pasti kaya dengan hasil
ikan. Dari kasus Abdul saja, memancing di dekat daratan saja begitu mudahnya
mendapat ikan. Apalagi di tengah laut dalam, pasti ikan-ikan begitu melimpah.
Oh, betapa kayanya negeri ini dari kekayaan laut. Seharusnya laut bisa menyejahterakan
masyarakat Flores yang sebagian masyarakatnya masih hidup dalam taraf
kemiskinan. Pemerintah seharusnya tak tinggal diam.
Kini mentari telah riang kembali memberi sinar sorenya tak terhalang
mendung. Tapi dia sudah semakin menuju haribaan barat. Petang mulai menjelang.
Bang A. Mei sudah puas mendapatkan momen slowspeed-nya, saya juga sudah puas
bercengkerama dengan kedua bocah yang memberi saya kaya cerita kehidupan. Kini
kami pun mantap meninggalkan Pantai Batu Hijau Penggajawa Ende.
Catatan:
- tulisan
ini merupakan rangkaian kisah perjalanan saya mengikuti Adira Faces Of
Indonesia #UbekNegeri Copa de Flores yang diselenggarakan Adira Finance dan
Bank Danamon pada tanggal 14-19 Maret 2014
- tulisan
ini juga bisa ditemui di
http://new.adirafacesofindonesia.com/article.htm/2923/Sepenggal-Sore-Pantai-Batu-Hijau
Batu karang di Pantai Penggajawa. Ikan suka berkeliaran di sini. |
Abdul (kiri) dan Rizka. Mereka banyak memberi kisah kepada saya, memeriahkan sore di Penggajawa |
Rizka sedang 'memutilasi' ikan untuk dijadikan umpan. Bocah ini usil sekali. |
1 komentar
batu karang di pantai batu hijau sangat luas dan disana pula tempat ikan-ikan berkeliaran, memancing pun tidak perlu pergi ke tengah laut..
BalasHapus