"Perempuan Jangan Masuk!!" Sakral Saga
Mei 01, 2014Rumah Kedah, yang disakralkan di Kampung Saga. |
Menikmati sebuah kampung budaya, bagi saya menjadi keniscayaan untuk tahu
tempat mana yang paling sakral. Ada segelintir kisah yang terbatas tapi ingin menjadi
pengetahuan khas yang memperkaya
kehadiran saya di kampung Saga. Bagi sebagian orang mungkin hal demikian
‘menakutkan’, tapi bagi saya itu adalah upaya untuk tahu lebih dalam sebuah
kampung yang sarat dengan misteri-misteri tak rasional.
Puas bercengkerama dengan panorama tingkat teratas Kampung Saga, kini kami
turun menuju ke area rumah yang diperuntukkan ke Mausalaki. Sama seperti naik, turun
juga harus hati-hati.
Di depan Sao Mausalaki Pu’u Wolo
terdapat sebuah bangunan yang disebut
Kedah. Bangunan ini sangat disakralkan dimana kaum perempuan dilarang untuk masuk ke dalamnya. Ini adalah daerah
pamali keras. Bahkan kami tidak diizinkan memotret meskipun masih diizinkan
masuk ke dalamnya. Kecuali kami memotret hanya
untuk kepentingan pribadi dan tidak memperlihatkannya kepada perempuan
“Memperlihatkan foto seisi Kedah kepada perempuan sama saja dengan
membolehkan perempuan masuk ke dalamnya.” ungkap Maksi
Alasan utama dilarangnya perempuan masuk ke Kedah adalah karena bisa
menyebabkan perempuan tersebut mandul. Jujur saya terkejut mendengar alasan
itu. Tapi, sebagai tradisi yang harus dijunjung tinggi, saya berpikir positif
pasti ada makna dari kebijaksanaan ini.
Saya dan A.Mei Harmawansah masuk ke dalam Kedah. Sebelumnya saya
memastikan kepada Maksi apakah
dibolehkan menulis tentang isi Kedah. Ternyata hal itu dibolehkan oleh Maksi. Yang
tidak boleh adalah memperlihatkan gambar kepada wanita. Lantas, hal apa yang
membuat Kedah begitu ‘terlarang’ bagi perempuan? Di dalam Kedah terdapat patung
Annadeo. Patung ini magis bagi orang Saga karena terkait dengan keberanian pria.
Patung Annadeo terdiri dari Patung Lelaki Saga dan kedua anaknya, yakni Guru
dan Kara.
Perempuan Kampung Saga dengan membawa karung di atas kepalanya. Khas. Mereka terlarang masuk di Kedah. |
Ornamen khas di Kampung Saga. |
Rumah Kedah, tampak dari samping. Sakral. Tempat musyawarah masyarakat Kampung Saga. |
Di dalam Kedah juga terdapat gambar hewan-hewan yang penting bagi orang
Saga. Ornamen kadal, babi, sapi menghiasi beberapa sudut di Kedah. Saya
tertarik dengan ornamen tujuh orang yang saling bergandengan. Maksi menjelaskan
bahwa simbol itu menggambarkan tentang hubungan persaudaraan di Kampung Saga
yang harus selalu terjalin dengan erat. Lelaki Saga, Guru, Kara, Pala Wolo,
serta Mausalaki dari Suku Wolo dan Limbu.
Setiap terjadi permasalahan penting di Kampung Saga akan dibahas di dalam
Kedah. Mausalaki dan para tetua dari kedua suku: Wolo dan Limbu berkumpul untuk
bermusyawarah. Salah satu hal penting yang dibahas adalah penentuan waktu tanam
dan panen di Kampung Saga. Jika telah
tiba waktunya, akan dipersiapkan upacara Gawi agar diberikan kelancaran dalam
upaya panen di Kampung Saga.
Mentari telah lepas dari titik puncaknya. Maksi lalu mengajak kami pulang
ke rumahnya. Dia ingin menjamu kami dengan makanan khas Kampung Saga. Ah, tepat
sekali. Perut saya sudah daritadi menahan lapar. Dalam perjalanan pulang Maksi
terus mengingatkan kami agar jangan memperlihatkan gambar ruang dalam Kedah
kepada para wanita.
“Kalau sampai perempuan bisa melihat dalam tersebut, selain kasihan
perempuan itu bisa mandul, juga khawatir para leluhur marah kepada saya.”
terang Maksi mencoba jujur.
Catatan:
- tulisan ini merupakan rangkaian kisah perjalanan saya
mengikuti Adira Faces Of Indonesia #UbekNegeri Copa de Flores yang
diselenggarakan Adira Finance dan Bank Danamon pada tanggal 14-19 Maret 2014
- tulisan ini juga bisa ditemui di
http://www.adirafacesofindonesia.com/article.htm/2918/---Perempuan-Dilarang-Masuk------Sakral-Kampung-Saga
Maksi, lelaki yang sangat bangga pada kampung halamannya. Giat promosikan wisata Kampung Saga. |
Rateh, kuburan khas orang Lio di kawasan Sao Mausalaki Wolo |
Eksis di Kampung Saga. Pengalaman untuk menguak kekayaan tradisi Suku Lio di Ende. |
0 komentar