The Morning Kelimutu Coffee
April 29, 2014Pak John Bulu yang meminum kopi asli Kelimutu. Dia penjual juga. |
Bagi saya, sebuah tempat
terasa paling mengagumkan adalah apabila
saya bisa menyeruput kopi sambil menikmati panorama indah. Di situlah sebuah
paduan cantik alam berkelindan manis dengan minuman hitam pekat yang sebegitu
nikmat. Bagi saya, momen itu semacam berada di surga dunia.
John Bulu (36) tahu betul bahwa saya adalah pecinta kopi. Dengan wajah
sumringahnya dia menawari saya untuk membeli secangkir kopi jualannya.
“Ini Kopi asli Kelimutu.” promosi Bang John, begitu sapaan akrabnya.
Mendengar kata “khas”, “asli” atau sebangsanya, jelas saya seketika bergairah
untuk menjajal rasa kopi itu di tempat asalnya. Untuk rasa kopi: enak itu
urusan di belakang. Yang terpenting
adalah mencobanya terlebih dulu. Terlebih, hawa sejuk pagi paling cocok
ditemani oleh secangkir kopi. Sekalian mengusir kantuk sisa tidur tadi malam
yang kurang karena saya hanya tidur tiga jam. Saya pun memesan kepada Bang John secangkir kopi tanpa gula. Partner saya,
A. Mei juga memesan kopi hitam tapi dia dengan gula.
John menuangkan air panas dari termosnya
ke sebuah gelas yang telah berisi sesendok kopi. Begitu
air panas bertemu dengan bubuk
kopi, emmmm.. semerbak bau kopi langsung
harum menguar. Saya yang duduk di dekatnya langsung dimanjakan oleh wangi kopi.
Sekeliling lapak jualan John yang berada di bawah tangga tugu pandang Kelimutu juga
terharumi oleh kopi. John pun menyuguhkan kopi kepada saya dengan ramahnya.
Saya menyambutnya langsung dengan menyeruput kopi Kelimutu.
“Pahit sedang, tapi nikmat ‘dimainkan’ dengan lidah.” Itulah cita rasa
kopi buatan John. Saya tahu, kopi ini tidak disajikan sempurna karena panas air
yang dituangkan masih kurang. Terlalu sederhana. Tapi, minuman kopi ini adalah
penghangat tepat untuk menghalau dingin di Tugu Pandang Kelimutu. Saya pun tak
berlama-lama membiarkan kopi ini mengharumkan suasana. Saya lekas menghabiskan
kopi itu dalam satu teguk. Seperti minum espresso. Tandas.
“Kopi ini saya tumbuk langsung kemarin sore. Ditumbuk rasanya lebih nikmat
daripada digiling” ungkap John Bulu yang sehari-hari juga menjadi semacam
penjaga tidak resmi di Kawah Kelimutu.
Melihat pemandangan sunrise sambil minum kopi. Juara lah.... !! |
Ibu Salehah, salah satu penjual kopi yang biasa 'menunggui' tugu pandang Kelimutu. |
Kopi-kopi ini masih segar. Langsung diambil dari kebun John yang terletak
di desa Pomo, Wolowaru, Ende, di dekat rumahnya. Meski tidak luas kebunnya, dia
bisa mengambil kopinya hampir setiap hari untuk dikonsumsi atau dijual di tugu
pandang Kelimutu. Baru setelah musim panen tiba, hasil kopi nya dijual kepada
pedagang-pedagang di Ende. Dia akan mendapatkan hasil besar saat panen kopi. Syukurlah,
kopi bisa menjadi sarana kesejahteraan bagi warga sekitar Kelimutu.
Segelas kopi di Kelimutu juga menjadi incaran para turis-turis asing. Catherina
memesan kopi kepada John. Turis asal Belanda ini begitu antusias menikmati
kopi. “So tasteful” begitulah kesan dia ketika menyeruput pertama minuman hitam pekat ini. Margareth, kawannya,
tertarik pula untuk minum kopi racikannya John Bulu. Mereka sepakat bahwa segelas
kopi membuat sunrise Kelimutu makin
dinikmati syahdu.
“Turis asing lebih suka minum kopi tanpa gula.” jelas John tentang
perilaku kopi dari para pengunjung yang
jauh-jauh dari negaranya datang ke Kelimutu untuk melihat keajaiban kawah tiga
warna ini.
Mentari sudah makin naik, makin menghangatkan pagi Kelimutu, makin
mencahayai warna-warna kawah Kelimutu. Saya jelas tak cukup hanya satu kopi
untuk memanaskan pagi. Saya pesan lagi kopi kepada Pak John. Kali ini kopi
manis yang dicampur jahe. Fuuiiih.. Nikmat kopi tetap saja mantap. Aroma jahe berpadu pas dengan rasa kopi. Rasa
manis kopi cukup untuk memberi energi saya, paling tidak menggantikan pendakian
saya tadi pagi-pagi buta.
Beruntunglah hadir di Kawah Kelimutu pagi hari. Keindahannya makin meriah
karena ada secangkir kopi yang turut menemani saya dan Mei tatkala memuji
keajaiban alam di Flores ini. Tak cuma tersaji oleh gemulai sunrise ataupun
tiga warna kawah yang menakjubkan, tetapi ada kopi yang girang menghibur indera
rasa. Bagi saya, momen seperti ini adalah sebuah pengalaman yang sempurna di
Kawah Kelimutu.
Catatan:
- tulisan ini merupakan rangkaian kisah perjalanan saya
mengikuti Adira Faces Of Indonesia #UbekNegeri Copa de Flores yang
diselenggarakan Adira Finance dan Bank Danamon pada tanggal 14-19 Maret 2014
- tulisan ini juga bisa ditemui di
http://www.adirafacesofindonesia.com/article.htm/2904/Kesempurnaan-Kopi-Pagi-di-Kelimutu
Pak John Bulu sedang membuat kopi untuk turis asing yang tertarik minum kopi khas Kelimutu. |
Pak John Bulu yang ramah dan suka bercerita. Bersama dagangannya yang laris pagi itu. |
Minum kopi lagi Pak, sampai tandas. Saya coba dua kali perut tak masalah. Alami, organik. |
Ibu Salehah yang juga berjualan kopi. Dipetik langsung dari kebunnya. |
1 komentar
Sayangnya satu gan, kalau main ke gunung gitu nggak bisa bawa mesin kopi :'(
BalasHapus