Lamin Pepas Eheng di Kutai Barat. Jantung Kalimantan |
Modernitas senang
sekali menyeret manusia untuk menjadi sang individualistis. Atas nama
kemandirian, makin banyak manusia lebih memilih untuk membentuk ruang hidupnya
sendiri-sendiri, enggan menjaga dan berbagi hidup bersama. Tradisi hidup
komunal yang telah lama mengakar bagi Suku Dayak perlahan tercerabut. Lamin,
rumah panjang tradisi orang Dayak, makin hari makin ditinggalkan. Lamin Pepas
Eheng menjadi satu dari sekian sedikit Lamin orang Dayak yang tersisa.
Matahari sudah
tigaperempat melintasi siang saat saya tiba di Lamin Pepas Eheng. Aspal mulus
dan jalanan sepi dari kota Sendawar, ibukota Kutai Barat, menjadikan perjalanan
sejauh 35 km hanya ditempuh sekitar 45
menit. Tak terasa. Kehadiran saya di Lamin Pepas Eheng ini adalah di sela pelaksanaan
survey sarana prasana sekolah dan kesehatan Kab. Kutai Barat. Jadwal begitu
padat sehingga saya harus pintar-pintar mencari waktu untuk bisa mengulik
jantung tradisi orang Dayak. “Mosok
ke Kutai Barat tidak mampir ke Lamin.”