Curug Sikebut, Karanggayam |
“Alam utara Kebumen tiada habisnya menyimpan permata!”. Itulah yang saya percayai selama ini karena memang belum banyak orang yang mengungkap pesona di daerah Kebumen utara. Jauh dan terpelosok menjadi alasan orang malas untuk menyambangi. Kabar yang samar tentang sebuah air terjun di kawasan Kecamatan Karanggayam, daerah Kebumen Utara, lantas menggerakkan saya bersama sahabat saya, Anas, untuk menjelajah ke sana.
“Dik, tahu Curug Sikebut? Masih jauh curug nya?” tanya saya dalam bahasa
Jawa Ngapak pada bocah yang kebetulan melintas tatkala tiba di Desa Ginandong,
Karanggayam.
“Tahu mas. Masih lumayan jauh. Satu km lagi” jawabnya.
“Bisa jalan ke curugnya?"
“Teyeng” jawabnya singkat dengan
keluguannya
Haaah.. sudah lama saya tak dengar kata ‘teyeng’. Sengaja saya tidak menerjemahkan pada bahasa Indonesia
karena saya begitu tergelitik dengan kata ini. ‘Teyeng’ arti bebasnya adalah ‘bisa’. Terakhir saya dengar kata ‘teyeng’ semasa SMA dulu, tujuh tahun lalu. Masih
adanya kata ‘teyeng’ ini bisa
mengindikasikan bahwa desa ini masih jauh menyepi dari hiruk pikuk keramaian
modernitas.
Lantas, pada rumah penduduk di sebuah pertigaan, saya minta izin
menitipkan motor sekaligus meminta
petunjuk ke Curug Sikebut. Dari rumah itu, Sikebut sudah tampak di
seberang sana, di dalam hutan yang dilingkupi pepohonan pinus. Saya rasa akan
dekat saja kami berjalan kaki. Tidak butuh lama untuk menjangkaunya.