Dawet Ayu, Segarnya Identitas Khas Banjarnegara
September 28, 2013
Dawet Ayu Khas Banjarnegara |
Khas. Kekhasan selalu meminta pengalaman. Kekhasan senantiasa
merangsang percobaan. Apa yang khas dari Banjarnegara? Se-Nusantara akan
sepakat menjawab, apa lagi kalau bukan Dawet Ayu? Ibarat dua sisi mata uang,
dawet ayu dan Banjarnegara adalah dua
hal tak terpisahkan. Senantiasa melekat. Erat. Sebuah identitas khas. Tak
sempurna saat menjejak kaki di kota yang terletak di jalur tengah Jawa Tengah
ini, jikalau saya tak mengalami kenikmatan dawet ayu.
“Kakang kakang pada plesir, maring ngendi ya yi
Tuku dawet dawete Banjarnegara
Seger, anyes, legi.. apa iya?
Daweet ayu… Dawete Banjarnegara.”
Tuku dawet dawete Banjarnegara
Seger, anyes, legi.. apa iya?
Daweet ayu… Dawete Banjarnegara.”
Sebait lagu di atas adalah bagian dari judul lagu Dawet
Ayu. Setiap orang yang berada dalam budaya Banyumasan sudah tak asing lagi
dengan lagu ini. Lagu yang dipopulerkan grup lawak Banyumasan yang legendaris, Peang
Penjol, menyuguhkan sekilas kisah betapa dawet Ayu begitu segar, nikmat dan
manis. Betapa Dawet ayu telah menjadi bagian penting dari kehidupan orang Banyumasan.
Bahkan, katanya seseorang tak bisa dianggap orang Banyumasan kalau tidak tahu
lagu Dawet Ayu.
Khas. Paling khas menjajal Dawet Ayu di kota Dawet adalah di
warung dawet Pak Munardjo. Saya selalu menganggap, tempat terbaik mencoba yang
khas adalah di tempat yang orisinil. Tempat yang asli. Rahim dari sebuah penciptaan.
Dawet Ayu Munardjo di Jalan Dipayuda, Banjarnegara menyajikan orisinalitas rasa
dawet ayu Banjarnegara yang telah melintas kukuh selama tiga generasi. Jauh
sebelum dawet ayu diaku oleh tiap masyarakat Banjarnegara sebagai simbol
kebanggaannya kini.
Saya hadir di sana tepat sekali pada tengah siang. Tepat
saat matahari sedang riang-riangnya memancar. Tepat saat dahaga saya
berkumandang kencang. Medium penjualan dawet ayu khas Banjarnegara sangat khas.
Ada patung Semar dan Gareng di kedua sisi pikulan. Ada gentong tanah liat
tempat menyimpan gula merah. Dan semua serba bambu bercat hijau toska termasuk
keranjang yang dipikul .
Sruuuuuup.. Gleek.. Gleeek... Gleeek.. Cleguuuk..
Segelas besar minuman yang mengharmonikan tepung beras
beraroma pandan hijau, gula jawa terbaik yang manis menggigit dan santan putih yang
gurih dari kelapa berkualitas ini langsung saya teguk. Lekas tandas. Siapa
berani meragukan kesegaran dan kenikmatannya? Dijamin, tiada seorangpun yang
sangsi. Seketika itu, kehausan saya langsung musnah. Badan kembali segar bugar.
Sempurna!
Sunardi, meneruskan tradisi Dawet Ayu Munardjo. Tampak sedang mengambil cendol di sisi kanan. |
Gagang Centhong Cendol yang menjadi perwujudan 'Ayu'. Merupakan penampakan Dewi Srikandi yang terkenal cantik |
“Kenapa dawet ini disebut sebagai dawet ayu?”. Sesudah
mengalami kenikmatan asli Dawet ayu saya tertarik bertanya-tanya kepada sang penjual.
“Dikatakan ‘Ayu’ karena centong dawetnya menggambarkan sosok
Dewi Srikandi.” ungkap Sunardi seraya menunjukkan kepala centong dawet yang memang
mirip dengan kepala Dewi yang terkenal cantiknya sejagat pewayangan.
Sunardi adalah keponakan Pak Munardjo yang meneruskan usaha
legendaris dawet ini. Putra-putri Munardjo lebih memilih menjadi pegawai negeri sehingga tradisi berdagang
dawet dilanjutkan dirinya. Terlebih, Sunardi sedari muda sudah membantu
berjualan dawet Munardjo, bahkan semenjak berjualan masih di tempat asalnya,
yakni di Desa Rejasa, Kec.Madukara, sebelah utara kota Banjarnegara. Dia ingat
bahwa resep Dawet Ayu itu berasal dari Mbah Yusri, sang kakeknya, yang sudah berjualan
sejak Indonesia belum merdeka.
Identitas ‘Ayu’ memang sudah melekat khas pada dawet
Banjarnegara. Tapi, ada satu lagi yang tak kalah khasnya. Yakni: patung Semar
dan Gareng yang tertancap pada kedua sisi pikulan dawetnya. Simbolisasi Semar
dan Gareng dipilih karena padanan kata dua figur punakawan itu mencipta kata
“mareng”. Mareng dalam Bahasa Jawa
artinya musim panas atau kemarau. Saat cuaca panas, dawet ayu adalah ‘oase’
penyegar yang sempurna untuk memberantas dahaga.
Mengutip penelitian Ika Kusuma dari Universitas Negeri
Semarang (2009) ”Makna Simbol Semar dan Gareng pada Dawet Ayu Banjarnegara”,
jenis kayu untuk ukiran wayang Semar dan Gareng pun ditentukan secara khusus
dari jenis kayu kanthil. Ini diyakini memiliki unsur magis untuk daya
pelarisan. Kanthil dalam bahasa Jawa artinya ”terenggut tertarik”. Pohon
kanthil memang menghasilkan bunga kanthil yang wangi, dan lazim digunakan untuk
upacara sesaji.
Jika mau lebih memaknai dawet ayu, kita sesungguhnya tak
sekedar menemukan figur Semar dan Gareng saja pada pikulan dawet ayu. Melainkan
keempat Punakawan itu. Tafsir nya lebih komprehansif. Ini yang kata Sunardi
masih jarang diketahui publik.
Tokoh Semar memiliki makna ‘dasaran’ dawet ayu. Simbol yang
menjadi pokok berjualan. Tokoh Gareng artinya ‘ngeneng’. Kata dalam logat Banyumasan
ini berarti menarik perhatian orang. Tokoh Petruk bermakna ‘nyeluk’ yang
artinya mengundang untuk membeli. Dan, tokoh Bagong bermakna ‘njagong’, yakni
perwujudan dari duduk ketika ‘asah-asah’ atau membersihkan gelas setelah
dipakai pembeli. Keempat tokoh punakawan ini selalu menghias dan memaknai pikulan
dawet ayu dimanapun berada. Dipercaya, filosofi punakawan ini juga bisa
melariskan penjualan dawet ayu.
“Sehari rata-rata bisa menjual hingga seratus gelas. Kalau
ramai pas hari libur bisa sampai dua ratus gelas” ungkap Sunardi. Harga satu
gelas adalah Rp 4.000,00
Dawet Ayu Munardjo. Melintas tiga generasi menjaga tradisi dawet khas Banjarnegara. |
Suasana warung Dawet Ayu Munardjo. Selalu ramai diserbu pembeli. Tua muda. Legendaris. |
Dari dawet ayu ini, Sunardi bisa mengepulkan dapurnya
sehari-hari. Merawat irama kehidupan. Dia begitu bangga, bisa menyekolahkan
putri sulungnya di sebuah universitas negeri di Yogyakarta. Apa yang dialami
Sunardi inilah yang dialami juga oleh puluhan penjual dawet ayu yang tersebar
di seantero kota Banjarnegara. Dawet ayu telah menjadi ladang kehidupan
masyarakat Banjarnegara.
Ketika hadir di Alun-alun Banjarnegara, saya bisa menemukan
belasan penjual dawet ayu. Mereka menyemarakkan kota Banjarnegara dengan dawet
ayu yang mengundang setiap orang yang melintas untuk menikmatinya. Seolah untuk
menegaskan semangat para penjual dawet ayu itu, di gerbang alun-alun, berdiri patung
Angdayu (Angkring Dawet Ayu). Patung seorang lelaki penjual dawet ayu dengan
pikulannya yang ditemani oleh seorang perempuan yang mempersilakan pembeli
menikmati dawet ayu.
Saya teringat saat berkunjung ke Padang, Sumatera Barat,
saya bisa menemukan dawet ayu Banjarnegara. Begitu juga saat di Pangkalpinang,
Bangka. Terlebih jika di Jakarta dan kota-kota besar di Pulau Jawa, dawet ayu
telah menjadi penyegar dalam panas hiruk pikuk kota. Tak diragukan lagi,
masyarakat Banjarnegara dan dawet ayunya telah mantap berdiaspora ke penjuru
Indonesia.
Ini jelas sebuah kabar baik. Segarnya dawet ayu telah
menyebarkan warga Banjarnegara mencari kesejahteraannya ke mana saja. Bukankah
ini seperti orang Lamongan dengan warung Lamongan-nya. Atau orang Madura dengan
jualan Sate Madura-nya. Kekhasan dari daerah asal mampu memakmurkan warganya di
manapun berada. Bukti ekonomi ‘orang kecil’ dari daerah bisa menggeliat dan
menyebar.
Namun, ini jualah yang dirisaukan Sunardi. Keaslian rasa
dawet ayu terancam dengan tersebarnya dawet ayu secara serampangan. Menurutnya,
kadang orang membuat dawet asal-asalan lantas melabelinya dengan Dawet Ayu
Banjarnegara yang notabene telah terkenal enak. Ketika kualitas rasanya
nyatanya tak seenak dan seasli di daerah asal, nama baik Dawet Ayu Banjarnegara
pun tercoreng.
Untungnya, sejak 16 Oktober 2003 dawet ayu Munardjo mendapatkan
ketetapan perlindungan hak kekayaan intelektual (HAKI) demi menjaga orisinalitas
dan kekhasan rasa. Saya melihat di dinding warung tergantung piagam sertifikat
HAKI. Ada juga piagam sertifikat MURI atas keberhasilan pemecahan rekor
penyajian Dawet Ayu.
Khas. Sekali lagi tersirat, bahwa yang khas itu butuh
penjagaan. Kekhasan memerlukan perlindungan agar tak mudah tercemar yang
berpotensi melenyapkan orisinalitas. Tapi, saya anggap khas juga tak mesti
orisinal. Dawet Ayu Banjarnegara sepertinya selalu akan tetap khas. Tetap khas
bahwa minuman segar manis ini adalah ikon sepanjang zaman dari Banjarnegara.
Sertifikat HaKI untuk Dawet Ayu Munardjo. Menjaga orisinalitas dan kekhasan rasa dawet ayu. |
Cendol yang terbuat dari tepung beras dengan warna alami dari sari pandan. Sangat khas dan menyegarkan. |
Lambang gareng selalu berada di sisi kiri pada pikulan dawet ayu khas Banjarnegara |
Patung Angdayu di Gerbang Alun-alun Banjarnegara. Penegas identitas dawet ayu khas Banjarnegara |
13 komentar
Eeeeh. .
BalasHapusBaru dari Banjarnegara ya, Pak. ..
Salam kenal dari botjah mBanjar. :)
Salaaam kenaaal juga.. Saya asli Kebumen lhoo.. :)
HapusDari Banjarnegara, 2 mingguan lalu.. hehe.. slain nyobain dawet ini juga main ke air terjun di Pejawaran.. Cantik air terjunnya..
Ceritanya di sini -> http://diasporaiqbal.blogspot.com/2013/09/tiga-surga-air-yang-menyatu-di-giri.html
Wah slamat datang di banjar,,
BalasHapussalam kenal kak Dewangga,, :)
Hapusdua minggu lalu aku ke Banjarnegara..
Kemarin juga ke Air terjun yang cantik di Pejawaran lhoo..
http://diasporaiqbal.blogspot.com/2013/09/tiga-surga-air-yang-menyatu-di-giri.html
Salaaam kak Agoenx.. makasiih yaaah
BalasHapuswah seger nih mas es dawetnya
BalasHapusreportasenya juga keren, nambah ilmu, ditunggu reportase2 selanjutnya mas :D
siang hari pas di Banjarnegara pas bangeeeet nyoba dawet Ayu.. apalagi klo ke dawet ayu Hj Muntardjo mas. mantaaaap...
Hapusmakasiiih udah berkunjung n komen, mas Andika. siip, slalu kunjungi blog saya, hehee..
Mas, saya boleh minta naskah lengkap penelitian Ika Kusuma tentang simbol punakawan di Dawet Ayu Banjarnegara?
BalasHapussaya ndak punya naskah penelitian ttg mbak Ika.. :D coba kunjungi saja Perpustakaan Unnes Semarang.. mas.. :D
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSegelas sekitar 5000 rupiah.. Siip salam kenal..
HapusPerkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
BalasHapusJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)
Wah mantap ini di minum sambil baca komik di mangafast.net
BalasHapus