Ruang Riang Lebaran Pesisir Kebumen
Agustus 20, 2013
Laguna Pantai Lembu Purwo, Mirit, Kebumen |
Libur lebaran adalah waktunya Sutikno
bertamasya. Bersama istri dan dua anaknya, Sutikno setiap tahun meluangkan kala
untuk bertakzim ke Pantai Lembupurwo, Mirit, Kebumen. Padahal, rumahnya hanya
berjarak tak sampai tiga kilometer dari bibir pantai. Namun, hanya setahun
sekali saat lebaran inilah dia datang untuk mencumbu air laut selatan.
Di Pantai Lembupurwo, keluarga kecil nan
sederhana ini membiarkan kaki dibelai oleh ombak Laut Selatan. Mereka tak lupa basuhkan
air laut ke muka. Kadang, sepasang anaknya yang masih SD bermandi buih ombak.
Tak ayal, Sutikno jua harus waspada menjaga buah hatinya agar tak direnggut
ombak. Hingga akhirnya, sepuas bermesraan dengan banyu laut, mereka terduduk di
atas pasir hitam. Menikmati kemeriahan lalu lalang ribuan manusia sambil
menyantap bekal makanan yang dibawa dari rumah.
Cerita Sutikno adalah sepenggal dari ribuan
romantika manusia yang berserakan di pantai-pantai pesisir Kebumen. Masyarakat
Kebumen dan sebagian masyarakat Jawa pada umumnya memiliki tradisi mendatangi
laut selepas Lebaran. Ada kepercayaan bahwa tatkala hadir di laut Selatan dan
membasuh muka atau mandi air laut maka akan jadi awet muda dan meruwat sial.
Van Peursen mengatakan kepercayaan seperti ini
mengisyaratkan masyarakat masih berada dalam tahapan mistis. Manusia dan alam
bersatu dan tak bisa terpisahkan. Mereka menciptakan ritus-ritus untuk bisa
menjalin erat hubungan antara alam dan manusia. Tradisi ke laut saat riyaya seperti
ini masih lestari di kalangan orang desa di Kebumen.
Ribuan masyarakat akan berbondong-bondong hadir
ke pantai di kolong terik sengat matahari. Menjadi panorama khas tatkala puluhan
truk dan pickup yang mengangkut rombongan masyarakat dari penjuru kampung
merayapi jejalanan sempit jalur selatan. Dokar, gerobak dan becak tak kalah
memeriahkan. Mobil pribadi berplat dalam dan luar daerah turut
berdesak-desakan. Dan tentunya motor dan sepeda adalah kendaraan yang menjadi
mayoritas jalanan. Saya dan sepupu saya ibarat dua titik mungil di antara
taburan orang tua, anak muda dan anak kecil yang menyerbu pantai selatan Kebumen.
Keramaian yang terjadi di Pantai Lembu Purwo saat hari ke 8 Lebaran. |
Pantai Lembu Purwo yang musiman hanya saat lebaran saja ramainya pun penuh sesak. |
Seorang remaja putri menikmati keramaian Pantai Lembu Purwo dengan menunggang kuda. |
Bagi pesisir selatan Kebumen, momen lebaran
adalah anugerah untuk kawasan yang biasanya sunyi senyap. Tak hanya Pantai
Lembupurwo atau lebih dikenal Pantai Rowo yang ramai saja. Sepanjang pantai di
pesisir selatan Kebumen juga akan meriah, baik yang telah menjadi pantai wisata
maupun yang sekedar pantai musiman. Pantai-pantai ini pasti dijejali dengan ribuan
manusia yang menggaris di batasan laut dan darat. Mereka tumpah ruah memenuhi segala
penjuru ruang terbuka beratapkan langit lapang.
Meski saat ini, tiap hari setelah lebaran,
setiap pantai ramai pengunjung. Sudah ada tradisi bahwa masing-masing pantai di
Kebumen memiliki jadwal khusus. Alasan kenapa harus ada tradisi penjadwalan
bergiliran, saya tak tahu. Pantai Lembupurwo ini ramai pada saat Hari ke 8 dan 9 Lebaran.
Pantai yang ramai hanya saat musim lebaran ini dikenal sebagai penghujung akhir
keriuhan pantai-pantai Kebumen.
Hari ke-2 dan 3, keramaian berada di Pantai
Bocor atau Setrojenar, yang dikenal sebagai pantai wisata. Hari ke-4 dan 5, keramaian
bergeser ke sebelah timur, yakni di Pantai Ambal yang merupakan pantai musiman.
Pantai terkenal Kebumen, Pantai Petanahan, akan diserbu masyarakat pada hari
ke-6 dan 7 Lebaran. Kemeriahan pantai-pantai Kebumen seperti sambung menyambung,
saling mengait dari lokasi satu ke lokasi lain. Gegap gempita pun melanda secara
merata di pesisir selatan Kebumen selama sepekan lebih paska lebaran.
“Lebaran tahun ini, saya sudah berkunjung ke
semua pantai di Kebumen. Senang aja rasanya menikmati ramai-ramai orang pada
setiap pantainya. “ cerita Jatmiko yang datang di Lembupurwo bersama teman sekampungnya.
Tetap saja tatkala lebaran, ada juga sekian orang yang datang ke lebih dari
satu atau semua pantai seperti Jatmiko ini.
Pada intinya, kemeriahan pantai mengundang
masyarakat untuk turut bercengkerama dalam keramaian. Bukan saja untuk
menikmati pesona alam yang terhampar. Lebaran membuat pantai-pantai Kebumen menjadi
ruang bebas rakyat untuk berpesta pora tanpa mengenal batasan strata, agama, pekerjaan
bahkan batasan niat sekalipun. Semua bercampur baur mengungkapkan ‘kemenangan’ setelah
Lebaran.
Barangkali analisis Clifford Geertz relevan
pada realitas ini bahwa riyaya atau lebaran bukan hanya hari besar kaum santri
(orang Islam). Riyaya adalah hari yang dirayakan oleh orang Jawa, tidak peduli
agama dan kepercayaannya. Riyaya telah memeriahkan pantai-pantai Kebumen dengan
sejuta keriangan yang bertebaran di jiwa setiap insan manusia.
Berkah Dadakan
Pada hari biasa, Sumiyati bekerja sebagai
buruh tani di sawah. Momen lebaran ini membuat dia berganti karya menjadi
pedagang sate Ambal dadakan di Pantai Lembupurwo. Dibantu anaknya, dia
mengharap berkah dari kemeriahan lebaran dimana masyarakat pengunjung akan murah
hati membelanjakan uangnya. Terlebih Sate Ambal adalah kuliner khas pesisir
selatan Kebumen yang menjadi favorit orang kala berkunjung ke pantai.
“Sehari lumayan bisa dapat untung besar.
Alhamdulillah laris. Jauh lebih besar daripada sebulan menjadi buruh tani. “
ungkap Sumiyati dalam bahasa Jawa sambil tersenyum sumringah.
Sumiyati, salah satu warga setempat berjualan sate Ambal. Berkah tradisi lebaran di pesisir selatan Kebumen |
Puji, jualan burung berwarna-warni. Pedagang luar daerah yang ikut menikmati keramaian tradisi Lebaran di Kebumen |
Pemilik kuda pun mendapatkan banyak berkah selama keramaian Lebaran di Pantai Lembupurwo |
Roda ekonomi pesisir selatan selama sepekan
lebaran itu berputar kencang. Transaksi penjual dan pengunjung membuat
kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat menggeliat. Bukankah ini yang sesunggunya
diharapkan dari keramaian di pesisir selatan? Ada manfaat ekonomi yang timbul
dari tonggak tradisi yang menancap di kehidupan masyarakat Kebumen.
Di
sinilah rasionalitas menemukan justifikasi yang bisa akrab pada irasionalitas dan
hiperrasionalitas tradisi. Inilah pentingnya kenapa sebaiknya perlu ada tradisi
yang memobilisasi orang hadir di Pantai Selatan. Jawabannya, agar perputaran
uang juga menyentuh daerah pesisir Kebumen yang notabene sebagian masyarakatnya
masih berkutat pada kubangan kemiskinan. Setidaknya ada keberlimpahan setahun
sekali, meski sebaiknya secara struktural kesejahteraan penting diabadikan
sepanjang waktu.
Gula manis keramaian pesisir Kebumen juga
menarik Puji yang berdagang burung warna-warni. Wanita asal Kroya, Cilacap rela
untuk jauh-jauh berdagang mengikuti jadwal keramaian Pantai Kebumen untuk bisa
mengecap manisnya gula ekonomi tradisi lebaran. Tak hanya masyarakat setempat saja
yang menikmati, semarak tradisi lebaran juga mengundang pedagang dari luar daerah.
Berkah dadakan dari keramaian ribuan orang bisa melambungkan pendapatan
siapapun dan apapun pedagang itu.
Dari setiap tradisi riyaya ke laut ini, Pantai
Lembupurwo tentu saja mendapatkan hikmah berupa ramai dikunjungi yang hingga
melimpah ruah. Padahal, semestinya tak harus menunggu setiap kali Lebaran.
Pantai ini pada dasarnya memiliki potensi besar dikembangkan menjadi obyek wisata pantai andalan Kebumen. Pantai
yang terletak di ujung timur selatan Kabupaten Kebumen ini semestinya tanpa
mengenal pengkhususan waktu. Kenapa?
Saksikanlah, Pantai Lembupurwo memiliki
kekhasan laguna yang diapit oleh gundukan gumuk pasir yang menawan. Di sisi
gumuk pasir antara laguna dengan lautan terdapat rerimbunan cemara udang yang
menyejukkan. Pantas sebagai tempat berteduh dalam terik panas khas pantai atau
lokasi jepret menjepret yang eksotis. Hamparan pasir hitamnya juga cukup landai
sehingga ombak kencang samudera cukup nyaman membelai kaki, walau tetap tidak
ramah sebagai tempat mandi di laut.
Jika terpikat dengan nuansa gurun berpasir
khas Timur Tengah, gumuk pasir Pantai Lembupurwo bisa menjadi tempat tepat
untuk menjajal sensasinya. Barangkali sandboarding
bisa juga dilakukan di sini. Dalam hal budaya, selain tradisi riyaya, Pantai
Lembupurwo yang merupakan tepi muara sungai ini memiliki tradisi labuhan laut
setiap Bulan Sura. Saat itu, perahu-perahu tradisional dan gethek akan hilir
mudik di sungai. Potensi inilah semestinya bisa dikembangkan agar geliat
kemeriahan Pantai Lembupurwo sustainable setiap
waktu.
Gumuk pasir di Pantai Lembu Purwo. Potensi membuat wisata yang kian menggeliat tanpa kenal musim. |
Ombak samudera Hindia yang bergulung-gulung liar. Pengunjung patut waspada. |
Rerimbunan cemara udang yang menghiasi Pantai Lembu Purwo. Bisa juga untuk menghadang tsunami. |
***
Senja mulai menjelang. Mengusir keramaian di Pantai
Lembupurwo. Keriuhan wisatawan mulai melirih karena telah berbondong-bondong mereka
menuju pulang. Para pedagang juga mengemasi barang jualannya sambil berpuas
hati mengumpul pendapatan. Petang itu, mentari yang perlahan menuju cakrawala menjadi
gong simbol penutupan tradisi riyaya ke laut di pesisir Kebumen. Pantai
Lembupurwo adalah akhir dari kisah manis gemerlapan manusia bertakzim dalam
balutan tradisi lebaran.
Tapi, Jumadi masih menunggu peruntungan
terakhirnya. Nelayan asal Lembupurwo ini mencoba meyakinkan para pengunjung
yang melangkah pulang dari pantai untuk menaiki perahunya berkeliling laguna.
Biaya perorang pun dia turunkan dari tadinya siang 7000 rupiah menjadi 5000
rupiah untuk mengitari tiga kali laguna.
“Untuk habiskan solar yang tinggal sedikit
daripada percuma tak digunakan. “ alasannya.
Beruntung, upayanya membuahkan hasil. Meski
tak penuh oleh penumpang, dia tetap memutar perahu yang sehari-harinya ia
gunakan untuk melaut mencari ikan. “Lumayan”, katanya, kapalnya bisa memperoleh
pendapatan kotor sampai sejuta rupiah di puncak keramaian Pantai Lembupurwo.
Baginya, ini pun bisa menjadi akhir yang riang sebelum dia menjalankan
rutinitasnya sebagai nelayan yang harus berlayar pada lautan ketidakpastian.
Sama seperti para wisatawan dan pedagang, saya
juga pulang dengan rasa puas dan riang. Bisa mencumbu air laut telah
menggugurkan agenda tahunan saya yang rutin datang ke laut setiap kali lebaran.
Apakah saya akan lantas jadi awet muda dan terbuang sial? Pada urusan ini, lebih
baik saya lebih berikhtiar secara rasional.
Kapal untuk wisata keliling laguna Pantai Lembu Purwo. |
Ombak melibas kaki para pengunjung. |
Kuda wisata sengaja disuruh untuk berjingkrak. Tujuannya agar badan kuda lebih tegap, lebih disukai pengunjung |
Mentas dari lautan. Menuju haribaan daratan. |
Rimbunnya cemara udang. Meneduhkan Pantai Lembu Purwo. |
Laguna, Laut Selatan, Gumuk Pasir dan Hutan Cemara Udang. Suguhan komplit Pantai Lembu Purwo. |
Berlarilah dengan harapan. Sambutlah ombak samudera yang gahar! Tapi tetap hati-hati ya Dik. :) |
Jumadi dan kawan nelayannya. Memulung rizki sebagai ojek keliling laguna. Berkah keramaian tradisi Lebaran |
Dari setiap sampah yang terbuang, itulah berkah untuknya. |
0 komentar