Perjuangan Panjat Pinang
Agustus 22, 2013
Mengibarkan Merah Putih di puncak Pinang. |
Masih perlukah perjuangan setelah merdeka? Dua belas warga
Desa Kebakalan, Karanggayam, Kebumen membuktikan bahwa perjuangan tak akan pernah
berbatas masa. Dalam semarak HUT Kemerdekaan RI ke-68, mereka menyimbolkannya
dengan perjuangan panjat pinang. Menuju sore yang cerah dengan terik mentari
membakar, batang pinang setinggi 12 meter yang tertancap di tengah lapangan
desa Kebakalan menjadi medan perjuangan.
Sudah tiga jam, Arifin berikhtiar memanjat batang pinang itu.
Badannya telah menghitam terlengketi oli dan minyak tanah yang melumasi pinang.
Debu tanah juga telah menjadi hiasan di sekujur tubuhnya. Ini untuk meredam
licin saat memanjat. Sebelas kawannya juga tak berbeda rupa.
Tapi, mereka tak terlihat sekalipun lelah dan menyerah
berupaya. Panjat, turun, panjat, turun, panjat turun. Saling bergantian injak
badan, kadang kepala. Begitu seterusnya. Aura semangat mereka terus bergelora
untuk berjuang ‘memerdekakan’ Sang Saka Merah putih yang tertancap di puncak
pohon pinang.
Gemuruh dukungan masyarakat tak hentinya membahana memenuhi penjuru
lapangan desa yang terletak di tepi salah satu anak sungai Lukulo. Teriakan
semangat selalu keluar dari ratusan mulut warga setiap kali percobaan memanjat
dilakukan. Gegap gempita ruang publik desa ini mencipta romantika bahwa perjuangan
panjat pinang ini tak semata hanya milik para pemanjat pinang, melainkan
seluruh warga yang hadir di lapangan desa.
Perjuangan menemui puncaknya saat Dedi berhasil mengibarkan
Merah Putih di puncak pinang. Akhirnya...! Sorak-sorak bergembira membuncah.
Tanda ‘kemerdekaan’ dari perjuangan panjat pinang. Dikibarkannya penuh bangga
yang mampu menggetarkan semesta desa. Hembusan angin lembut dari perbukitan
geopark Karangsambung turut memeriahkan kesyahduan
Sesederhana hadiah itu tak akan dipandang berapa nominalnya.
Hadiah panjat pinang telah membuat warga Kelabakan merayakan sebuah pesta
kemenangan. Menjunjung sebuah kesuksesan desanya. Semua berpesta suka ria.
Merdeka! Merdeka...!
“Hadiah panjat pinang ini sumbangan dari warga perantauan
yang pulang saat lebaran kemarin” ungkap Kepada Desa Kebakalan yang bangga pada
semarak pesta kemerdekaan di desanya.
Perayaan kemerdekaan RI di pelosok desa seperti Kebakalan
ini yang jauh menusuk di utara Kebumen menghadirkan nuansa gotong rotong
seluruh masyarakat desa yang masih kental. Bukan kemeriahan yang tersandera
gengsi individu, kelompok. Bukan juga keriuhan yang terpenjara eksistensi.
Semua yang hadir mendapatkan substansi makna bahwa perjuangan adalah milik
bersama. Ruang kegembiraan hasil perjuangan juga dinikmati bersama seluruh
masyarakat desa.
Matahari mulai turun ke ufuk barat yang terbentur jajaran
perbukitan. Saya dan @anasafifi melangkah pulang. Tapi, sepasang mata yang
tajam menggelayuti kami. Itulah mata milik seorang pemudi setempat yang
daritadi asyik memotret perjuangan panjat pinang desanya. Berjilbab dan
berpakaian serba ungu dengan ber helm serta berpenutup mulut hitam. Dia
misterius, yang sukses memantik suka atau bahkan cinta. @anasafifi pun terus terngiang
sepanjang jalan terhadap sosoknya dan sorot matanya.
Lantas, menarik ditunggu. Apakah dia ingin berjuang untuk
membawa keluar sang bunga desa itu dari Desa Kebakalan yang terpelosok ini? Emmm.. Selamat berjuang mas @anasafifi. :P
1 komentar
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
BalasHapusJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)