Mencinta Gelap Goa Petruk
Agustus 19, 2013
Tak semua kegelapan identik dengan kejelekan, keburukan atau kekosongan. Kita musti paham, gelap adalah sekedar akibat tidak terambahi cahaya, tidak tercumbui sinar baskara. Gelap juga bukan berarti kondisi nirkeindahan. Dalam perut bumi karst, kegelapan mengandung kemilau mengagumkan yang mengundang berjuta rasa penasaran. Kiranya bagaimana gerangan nikmat Tuhan di dalam Goa Petruk, satu goa yang melorong pada Kawasan Karst Gombong Selatan (KKGS) Kebumen?
Mulut Goa Petruk yang menganga luas sekaligus sebagai
jalur keluar sebuah aliran sungai bawah tanah itu perlahan menggelap. Cahaya
mentari meredup saat saya, Agung dan pemandu, Sugiman (35) melangkahkan kaki
masuk ke dalamnya. Petromak mulai dinyalakan. Kini, cahaya petromak persis nyata
selaksa adagium pelita dalam kegelapan.
Petualangan dalam hitam lorong goa pun
dimulai. Langkah menelisik gelap Petruk langsung disambut dengan formasi Batu
Tirai Pintu yang seakan menjadi gerbang perbatasan antara dunia gelap goa
dengan dunia luar yang bercahaya. Dari sinilah, kegelapan Goa Petruk mulai
menampakkan kisah manisnya. Cahaya temaram petromak yang terbatas membuat mata saya
sayup-sayup mulai bisa menjawab teka-teki, kenapa Goa Petruk disebut oleh dr. Robby
Koo King Tjoen, perintis speleologi Indonesia, sebagai goa terindah di seantero
Nusantara.
Ornamen-ornamen alami berupa stalaktit,
stalagmit, dan flowstone menghias di setiap sudut Goa Petruk. Melukis keindahah
di setiap lekuknya. Mereka sambung menyambung tak berjeda di goa yang secara
administratif terletak di Dukuh Mandayana, Desa Candirenggo, Kecamatan Ayah,
Kebumen, Jawa Tengah. Pada beberapa titik, ornamen bebatuan itu berwujud
seperti sebentuk benda yang memantik suka.
"Oleh para peneliti, petualang dan wartawan dari luar daerah, batuan-batuan itu diberikan nama. Kami, warga lokal, tahunya setelah difoto dan diberi tahu sejak jadi tujuan wisata.” tutur Sugiman, yang menjadi tukang petromaks di sela-sela profesinya sebagai supir truk yang mengantar barang ke Jakarta.
Sugiman menunjukkan Batu Tirai Pintu. Gerbang masuk perut Goa Petruk. |
Sendang katak Goa Petruk |
Kelelawar yang bergelantungan di langit-langit Goa. |
Dengan cermat, lelaki yang biasa dipanggil
Grandong ini menunjukkan wujud-wujud batu yang memiliki nama unik. Dalam jangka
kala ribuan tahun bahkan jutaan tahun, air yang menetes membentuk rupa
stalagtik dan stalagmit yang unik. Sebut saja berwujud Batu Beringin Kurung,
Batu Harimau Duduk, Batu Kayon (mayat), Batu Taman Bunda Maria, Batu Pesawat
Tempur, Batu Usus, Batu Kakek Jenggot, Batu Pelangi, Batu Angsa, Batu Otak,
Batu Taman Golek, Batu Taman Gajah, Batu Payudara dan puluhan jenis batu lainnya.
Setelah sejauh 50 meter melangkah, saya
merasakan tak hanya gemericik air yang meningkahi keheningan dan kegelapan goa.
Bau kotoran kelelawar ikut memeriahkan suasana sunyi Goa Petruk . Kini kami
berpijak pada sebuah ruangan yang cukup lapang tapi sesak dengan bau pesing
kotoran kelelawar.
Saya pun harus menutup hidung karena pekatnya
bau itu. Kaki melangkah pun harus hati-hati atau saya akan terjebak pada
lengketnya kotoran kelelawar. Sugiman lantas membesarkan nyala petromak lalu
mengangkatnya tinggi-tinggi. Terlihat, ribuan kelelawar menggantung di ceruk
langit-langit goa. Mereka tampaknya sedang tenang beristirahat sembari menunggu
malam datang.
Dari ruang kelelawar ini, kami mulai mendaki ke
ruang Mangun Srono. Ruangan ini terletak pada tingkatan yang lebih tinggi. Di
Mangun Srono terdapat sebuah sendang yang bertaburkan air jernih dan formasi
batuan eksotik. Saya basuhkan air sendang ke muka. Seketika kesegarannya
membuat semangat menelisik gelap Goa Petruk makin bergelora.
Ruang
Mangun Srono juga memiliki tengara yang monumental, yakni Batu Lukar Busono.
Batu ini memiliki wujud indah memutih berlekuk halus dengan aliran air turun yang
mesra merayapi. Airnya tak cukup jernih. Pikir saya ini karena mengandung
kalsium dengan kadar yang cukup tinggi. Tapi, bukanlah keindahan itu yang
membuat Lukar Busono terkenal.
“Air yang memancur dan merayapi Batu Lukar
Busono, dipercaya bisa membuat awet muda dan menyembuhkan penyakit. Banyak
orang membasuh muka dari air itu dan membawanya pulang. Tapi, ingat! ini bagi
yang mempercayainya. “ ungkap Sugiman yang telah berputra satu.
Air yang memuncrat dari Batu Lukar Busono |
Perjalanan di atas sungai bawah tanah. Memasuki lorong lebih dalam. |
Batu otak yang putih bersih. |
Perjalanan dilanjutkan dengan menelusur lorong
lebih dalam. Lebih masuk merasuk ke perut bumi. Semakin menusuk pada sunyi.
Tetapi, kami bisa menemukan ragam bebatuan yang lebih variatif dan warna-warni.
Keheningan goa juga lebih terasa. Beberapa kali saya sejenak terdiam untuk
menyesapi kegelapan. Membiarkan diri saya luruh tertelan pada dunia gelap abadi
dimana terang hanya berasal dari cahaya-cahaya yang dibawa manusia.
Bukankah ini sebuah nikmat tak terkirakan? Di
sini, saya bisa memahami bahwa nikmat penglihatan sungguh bermakna, tapi kadang
kita melupakannya, meremehkannya. Gelap membeberkan rasa betapa berharganya
kita bisa melihat. Betapa bersyukurnya kita hidup dalam dunia terang cahaya. Nikmat
Tuhan manakah lagi yang kita dustakan???
Roda waktu serasa berhenti berputar di dalam
Goa Petruk. Sangat tidak terasa! Ternyata kami sudah satu setengah jam hidup di
dalam goa. Kami berhenti berjalan di bagian Batu Payudara yang akhirnya menjadi
ujung perjalanan kami menelusur Goa Petruk. Sejauh 350 meter telah kami susupi
demi memulung keindahan dalam tumpukan gelap. Tapi sebenarnya, hingga titik ini
kami masih setengah perjalanan. Goa Petruk memiliki ujung pintu di sisi lainnya
yang bisa dilewati dengan total jarak 664 meter.
Kami sadar, untuk bisa di ujung lain Goa
Petruk perlu menggunakan peralatan caving.
Kami tidak melakukan persiapan untuk itu karena kami hadir di Goa Petruk sekedar
bertakzim sebagai anak Kebumen yang ingin menggugurkan penasarannya terhadap
kekayaan pesona kampung halaman yang mendunia. Goa Petruk sesungguhnya telah dikenal
sebagai keajaiban karst yang telah terkenal ke mancanegara. Oleh karena itu,
masih setengah perjalanan berarti masih mendendam rindu untuk dituntaskan
hingga ujung perjalanan suatu saat nanti.
Serangga yang hidup pada kegelapan abadi. Adaptasi terhadap lingkungan. |
Batu Payudara. Sayangnya banyak yang telah rusak 'putingnya' |
Dari sinilah, caving Goa Petruk memerlukan alat lebih lengkap. Tampak kelelawar melintas. Banyak berkeliaran |
Sembari keluar dari Goa Petruk, Sugiman mengatakan
Goa Petruk memiliki dua lorong dan tiga tingkatan. Satu lorong berjarak 664
meter dan satunya lebih panjang tapi jarang ditelusuri yakni berjarak sekitar
2000 meter yang katanya tembus di lautan Selatan. Goa yang ditelusuri kami
adalah tingkatan pertama yang merupakan paling indah, panjang dan akrab dengan
aktivitas wisata dan penelitian. Goa tingkat pertama sebenarnya dinamakan
sebagai Goa Semar.
Pada tingkat kedua, sesungguhnya inilah nama Petruk
berasal. Terdapat batuan yang mirip Petruk sedang nyodong (mengulurkan tangan). Petruk adalah satu dari lima abdi
setia Pendawa (satria) yang memiliki kekhasan hidung mancung. Sayangnya, untuk
menemukannya saat ini adalah utopia karena batuan ini telah hancur akibat
pertambangan fosfat pada zaman Belanda. Adapun pada tingkat ketiga, medan goa sangat
sulit sehingga hanya dapat dijangkau menggunakan alat panjat tebing.
Kerusakan goa membuat kegiatan pertambangan
saat ini telah dilarang. Masyarakat setempat ingat betul dengan pesan dr. Koo
yang meneliti goa Petruk sekitar tahun 1980-an. Dia berpesan bahwa kealamian
dan kelestarian Goa Petruk harus dijaga karena memiliki ornamen lengkap yang
penting untuk penelitian goa karst. Bahkan, dia meminta Pemerintah Daerah
Kebumen untuk tidak memodifikasi goa Petruk dengan pembuatan setapak dan lampu
di dalam goa, layaknya Goa Jatijajar yang telah terkenal menjadi obyek wisata
goa massal, 4,5 km sebelah utara Goa Petruk.
“Tapi sekarang, kalau musim lebaran atau ada permintaan
dari rombongan wisata, sudah ada infrastruktur lampu penerang yang bisa
dinyalakan. Tapi hanya sampai bagian Mangunsrono. “ ungkap Sukardi, juru kunci Goa
Petruk yang kebetulan dijumpai di lokasi loket wisata. Sukardi mewarisi bapaknya,
Mbah Rudin yang dulu menemukan Goa Petruk tingkatan pertama pada tahun 1970-an.
***
Goa Petruk adalah perwakilan dari khasanah
karst yang menyediakan pelajaran penting bagi keberlangsungan ekosistem
kehidupan. Tak hanya menyajikan keindahan ornamen alami, Goa Petruk memberi
hikmah betapa perlindungan kelestarian alam karst itu sangat penting.
Sebagaimana yang diutarakan dr. Koo bahwa goa adalah bagian mata rantai yang
menjaga kehidupan. Kawasan karst merupakan agen utama yang membuat keseimbangan
tata air suatu kawasan.
Kawasan Karst Gombong Selatan (KKGS) Kebumen. Penjaga ekosistem kehidupan. |
Lanskap Karst Gombong Selatan yang dibatasi oleh sungai. Cantik. |
Mulut Goa Petruk. Salah satu goa cantik di Kawasan Karst Gombong Selatan |
Terhitung di Kawasan Karst Gombong Selatan
terdapat 186 goa yang tersebar di tiga kecamatan di Kebumen. Itu saja
kemungkinan bisa lebih banyak lagi karena masih banyak yang belum terungkap.
Kebumen beruntung. Alam karst Gombong Selatan bisa memberi warna lanskap
kekayaan Kebumen yang bermanfaat untuk wisata, pengetahuan sekaligus kelestarian
kehidupan. Tapi, sayangnya nafsu godaan ekonomi pertambangan kapur yang merusak
alam karst di depan mata.
Saya teringat dengan analogi menarik tentang
konservasi lingkungan dari kawan saya. Betapa pentingnya untuk menjaga
keperawanan kawasan karst dari perkosaan pembangunan yang lebih banyak tak
bertanggungjawabnya. Habis manis sepah dibuang. Semacam habis ditambang,
ditinggal begitu saja. Nikmatnya untuk korporasi perusahaan tetapi susahnya
untuk masyarakat sekitar.
Kita
harus sadar jikalau alam telah rusak, penyesalan pasti susah termaafkan.
Bukankah, upaya penyelamatan selalu berjalan seperti deret hitung, sementara
perusakannya berjalan sangat cepat, seperti deret ukur? Itu seperti yang
terjadi di daerah-daerah karst lain yang diperkosa oleh pertambangan kapur.
“Lebih
baik alam asri, air mengalir dengan lancar, suasana tenang. Tak perlu
muluk-muluk, meski mungkin saja lebih kaya, tapi hidup tak nyaman, alam rusak.
“ harap Sugiman yang ingin Goa Petruk juga tetap terjaga alami agar dia masih
bisa bernafas dari kealamiannya.
Add caption |
Menuju lorong Goa Petruk yang gelap. Memulai mencinta kegelapan. |
Sendang Katak. |
Sendang Mangunsrono |
Batu air mancur |
Pokoknya batu indah. Lupa namanya. :P |
Batu usus. Persis sekali. Eksotis. |
Batu Jenggot orang tua. |
Batu Taman Gajah. Tebak mana yang paling mirip gajah? |
Batu Pelangi. |
Batu Kura-kura |
Sendang Pelangi. Bertingkat-tingkat. |
Lorong menuju ruangan Batu Payudara. |
Batu Kristal. Tampak berkemilauan. |
Batu pesawat terbang. |
Batu harimau kumbang. |
Batu apa ya? Lupa. :(. Ada yang bisa tebak? |
Batu Taman Bunda Maria. |
Batu tirai yang besar. Mengalir di bawahnya sungai yang tenang; Mendamaikan. |
Batu ayam di seberang. |
Sudiman. Selalu sabar dan tenang memandu kami memasuki Goa Petruk. |
Mulut Goa Petruk. Tampak dari luar. |
Tangga menuju mulut goa dari loket wisata. Menanjak sejauh 300 meter. |
Parkir dan gerbang wisata. Saat itu lengang. Tapi memang biasanya seperti ini. |
1 komentar
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
BalasHapusJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)