Menelisik Pantai Pecaron yang Tersembunyi
Mei 12, 2013Pantai Pecaron, Kebumen. |
Bergulung-gulung. Menghajar daratan. Menerjang karang. Merayapi pasir pantai hitam. Ombak samudera selatan memecah kesunyian Pantai Pecaron. Sebuah titik sepi yang tersembunyi di pesisir selatan Kebumen. Terselinap di balik lekukan tepian perbukitan karst Gombong selatan. Belum banyak yang tahu tentang kisah pantai ini. Padahal dia memukau dengan kemeriahan pesonanya. Sepi manusia tapi riuh panorama.
“Kamu mesti ke Pecaron. Pantainya bagus tapi tersembunyi.
Hidden Paradise Kebumen” kata Anas
@anasafifi, sobat petualang saat dia ‘memanasi’ saya ke Pecaron.
Pada
sebuah siang yang cukup muram – matahari tak bersinar terang, akhirnya saya dan
Agung pun menelisik kisah sunyi Pantai Pecaron, Kec. Ayah, Kebumen.
Motor terparkir sendirian di bawah pepohonan
kelapa yang masih muda. Deretan nyiur ini adalah ujung jalan aspal rusak yang
dari tadi kami lalui. Untuk menuju ke Pantai Pecaron, perlu keikhlasan
menyusuri jejalanan parah sejak berbelok dari pertigaan di jalan Karangbolong –
Ayah. Saya lupa di daerah mana berbelok. Mesti berani tanya kepada masyarakat
setempat. Yang pasti, kalau dari Karangbolong adalah setelah tanjakan tajam dua
arah dan sebelum pertigaan Desa Karangduwur ke arah Menganti.
Kami
mulai menapak. Menjejak kepada pasir hitam Pantai Pecaron. Sebuah muara layaknya
kolam menggenang di sisi kanan kami melangkah. Ada sebuah sungai mungil yang cukup
penad melintas zaman, mengukir perbukitan karst. Saya pun mesti menyeberang
muara kecil ini untuk bisa mencicipi deburan ombak di ujung daratan. Tak perlu
takut, sungai ini tak bertenaga untuk menghempaskan ke laut.
Menyusuri
tepian pantai ke sebelah timur. Ah, kami ternyata mendapati seorang pemancing.
Ada geliat kehidupan selain kami berdua. Sang pemancing tampaknya suka
kesendirian. Selain pencari ikan, barangkali dia pemburu ketenangan.
Dari
tadi kailnya tak terlihat dimangsa ikan. Tapi rasanya dia bukan datang untuk
kesia-siaan. Sang pemancing ini adalah seorang penganut kesabaran. Kami pun
sekedar menyesap panorama. Lekas balik melangkah ke arah barat. Dan, membiarkan
sang pemancing tetap sendiri dalam kesabarannya.
Muara sungai kecil di Pantai Pecaron. Genangan yang tenang. |
Sisi Pantai Pecaron sebelah timur. Sungguh sunyi. |
Karang yang menjorok ke laut. Di tengah-tengah pasir hitam Pantai Pecaron. |
Batuan karang masih tegar. Meski dihempas gelombang Samudera Hindia. |
Tempat
yang sunyi pasti tak pernah kekurangan penikmat. Ada saja manusia yang begitu
antusias mencari sebuah kesunyian. Terlebih jika berbalut keindahan. Sepenggal
Pantai Pecaron yang sunyi itulah yang nyatanya ingin saya dan Agung nikmati,
manusia-manusia pecinta sepi.
Mungkin,
termasuk juga oleh sepasang remaja yang baru saja datang. Selepas motor
diparkir, mereka langsung berjalan ke arah balik tebing yang sepi. Ah,mereka
barangkali butuh sunyi untuk mengungkapkan rasa cinta masing-masing. Agung pun
lantas mendoakan pasangan itu semoga tidak salah dalam melampiaskan cinta. Sunyi
kan bisa membiaskan iman. Tapi
terserah mereka. Bukankah ada Tuhan sang Maha Melihat yang senantiasa
mengawasi?
Berjalan bersanding dengan deburan ombak ke arah barat, berarti menemukan
bebatuan kecil berserak-serak. Jajaran batu ini menjadi rumah bagi
kerang-kerang. Mereka menyelinap dibalik hitamnya bebatuan. Karena terhalang karang,
ombak pun makin melirih. Di belakangnya, pasir makin memutih, terlebih semakin merapat
ke ujung. Barangkali karang-karang yang indah berkumpul di ujung barat, yang
terlindung langsung teluk curam.
Kini,
kami berada di ujung pasir Pantai Pecaron. Sudah terhalang ilalang belukar di
kaki tebing menjulang. Langit mencerah. Tapi, surya terhadang puncak bukit.
Tanda dia sudah makin ke barat. Tanda menyongsong sore.
“Yuk,
lanjut. “ ajak Agung. Dia menemukan segaris jalan di tengah ilalang. Jalan ini
adalah setapak para peladang yang biasanya bekerja mengukir perbukitan curam.
Kami berjalan
di tepian tebing yang langsung berbatas laut. Jalanan cukup datar tapi kudu tetap hati-hati. Pantai Pecaron
dari titik ini terlihat sangat menawan. Hamparan pasir yang panjang dihadapkan
pada wajah tebing-tebing tinggi. Perbukitan yang bergelombang tiba-tiba
berujung vertikal ketika menyongsong ke samudera. Dari sisi berlawanan,
ombak-ombak seperti berkejaran menuju daratan. Seperti cepat-cepatan berlomba
memeluk Pecaron yang cantik.
Refleksi sunyi Pecaron. Tapi sudah ada segelintir manusia yang menjamahnya.
|
Pantai Pecaron di sebelah barat. Bebatuan bulat menghiasi hamparan pasir.
Sayup-sayup terlihat mercusuar Pantai Menganti. |
Pantai Pecaron. Dari ujung barat berpasir. Mulai berganti pasir putih. |
Berjalan menyusuri setapak antara Menganti dengan Pecaro. Di tepian tebing dan jurang. |
Selepas
tebing paling menjorok ke timur, terlihatlah lebih gamblang mercusuar Pantai
Menganti. Dia mungil di atas bukit yang gundul terpahat menjadi ladang. Aha..
ternyata setapak ini adalah jalan tembus penghubung Pantai Pecaron dengan
Pantai Menganti.
Dan,
ada pantai kecil di antara kedua pantai indah ini. Pantai Karangbata.
Kami
memutuskan untuk turun. Menuju Karangbata. Jalanan curam mesti dilalui. Pantai
Karangbata terletak di bawah, di dasar perbukitan yang laksana jurang. Bukanlah
pasir yang menjadi pembatas daratan dan lautan. Tidak pasir hitam, coklat atau
putih. Tapi, serak-serak batuan kotak-kotak berwarna hitam lah yang menjadi
penunggu celah sempit Pantai Karangbata. Wujudnya mirip dengan arang. Ombak samudera
yang garang pun memecah, terhadang para bebatuan hitam ini.
Petualangan
berlanjut ke sisi bukit menghadap lautan. Tanjung Karangbata. Bebatuan hitam
kali ini menjadi tengara yang mencolok
di tepi daratan. Kontras dengan tanah coklat perbukitan di sekitarnya. Bebatuan
ini merupakan batuan beku bekas aliran lava darat yang mengalami gaya kontraksi
dan membentuk retakan tiang pada saat pembekuannya. Retakan-retakan ini berbentuk
polygonal segilima jika dilihat pada permukaannya.
Ah,
rupanya ombak cukup tinggi menerjang bebatuan hitam ini. Saya terkaget. Tapi,
air laut yang merambat turun perlahan dari batuan beku ini menciptakan
pemandangan cantik. Saya terkesima. Luruh dalam deburan ombak berkali-kali.
Kini,
sore kian menjelang. Tapi entah kenapa kawasan bukit bergurat-gurat ini makin
ramai dengan anak manusia. Mereka datang berpasang-pasangan. Apakah mereka
memburu romantisme sunset di sini?
Ah, rasanya tidak. Mereka rasanya lebih senang untuk memadu asmara di lekukan-lekukan
bukit yang tertutup pandang. Bersembunyi dalam keberduaan. Saya perhatikan,
tatkala datang mereka langsung mencari spot teraman untuk bermesraan.
Eits,
tapi yang sepasang satu ini sungguh vulgar. Mereka mempertontonkan kemesraan di
titik yang bisa terlihat dari berbagai penjuru. Saya padahal sedang melihat
bebatuan hitam di seberang yang tetap tegar meski terus terhempas gelombang. Rupanya, tempat ini menjadi kawasan permisif untuk
memuaskan hasrat cinta berselimut nafsu.
Saya
sebenarnya tak rela. Kawasan seindah ini menjadi ladang kemesraan yang menjurus
kemesuman. Astaghfirullah. Astaghfirullah. Astaghfirullah.
Ketersembunyian kadang menciptakan dilema. Pesona yang sunyi
adalah sepotong surga bagi pecinta keindahan alam. Tapi, bagi yang salah memanfaatkan, ini
adalah ‘surga’ bagi penoda keimanan.
Catatan lokasi:
- Pantai Pecaron telah dikembangkan sebagai destinasi wisata oleh masyarakat Desa Srati, Kecamatan Ayah, Kebumen.
- Lokasi untuk titik koordinat GPS Pantai Pecaron adalah -7.769953, 109.421529 . Silakan disalin di google map atau di GPS.
- Jaga kebersihan di lokasi dan sepanjang perjalanan.
Catatan lokasi:
- Pantai Pecaron telah dikembangkan sebagai destinasi wisata oleh masyarakat Desa Srati, Kecamatan Ayah, Kebumen.
- Lokasi untuk titik koordinat GPS Pantai Pecaron adalah -7.769953, 109.421529 . Silakan disalin di google map atau di GPS.
- Jaga kebersihan di lokasi dan sepanjang perjalanan.
Pantai Karangbata di atas ketinggian. Ombak kencang menerjang. |
Bebatuan hitam laksana kayu arang. Berserak-serak di Pantai Karangbata. |
Batuan-batuan beku di ujung daratan Tanjung Karangbata. |
Sudut lain Pantai Karangbata. |
Pemancing yang mencari ikan di pantai Pecaron. |
Ubur-ubur 'kesasar' di pasir Pecaron. |
Masih sedikit yang berkunjung ke Pantai Pecaron. |
Nyiur yang tak begitu tinggi. |
Dengan tebing yang tegak lurus. Memberi eksotika tersendiri. |
Batuan kerikil juga turut mewarnai Pantai Pecaron. |
18 komentar
Suatu saat saya pasti akan kesini...;)
BalasHapuswah pengen banget kesitu..
HapusINILAH Misteri Pembunuhan 99 Suami Di Malam Pertama Dengan Kelamin Beracun
Kumpulan FOTO Pembantain Warga Oleh Densus 88 Art Teror [SUNGGUH KEJAM]
Inilah 12 Cadangan Militer Indonesia yg akan maju kalo Indonesia jd perang Dengan Australia
oh iya satu hal kalo dari gaya tulisan iqbal itu seperti membaca novel,gaya bertutur yg alami,selalu mendapat keseimbangan dari sudut penceritaan yang berbeda...jadi apapun destinasi yang sedang diceritakan pastinya akan selalu terlihat istimewa....terus menulis ya bal ;)
BalasHapusmakasih mas Wiky.. banyk skali saran dari mas wiky.. :D
Hapusmantap mz bro........
BalasHapusterima kasih mbak Nailul sudah berkunjung ke blog saya.. terima kasih komennya.. :D
Hapusbisa jadi input pecinta alam
BalasHapussilakan mbak.. semoga bisa jadi tempat yang bagus untuk para pecinta alam.. :D
HapusMas Admin, silahkan jika ingin mempromosikan Kebumen, bisa kirimkan Foto, data, dll ke Fanspage Kota Bumen di Facebook (https://www.facebook.com/KotaBumen). Terima Kasih..
BalasHapusokaaaaay Admin Kota Bumen.. mari sama2 promosikan Kebumen..
Hapusane lumayan sering kesitu gan, di selatan tebing daerah batu batu suka ada suara batu yang bertabrakan kena ombak keajaiban dunia permainan mobil balap keajaiban dunia
BalasHapussiiip mas Keajaiban Dunia.. bagus yah.. :D
Hapusfotonya bagus-bagus
BalasHapusTerima kasih.. foto-foto bagus karena memang alam yang dijepret sangat bagus.. :D
Hapussalam kenal kak Bobry..
klo untuk penginapan atau homestay gtu ada ga bang iqbal..??
BalasHapusatau ada ga tempat camping gtu..??
belum ada masyarakat setempat yang menyediakan homestay. mas Iqbal.. :D
Hapuskalau untuk camping bisa dilakukan di tepi pantai. Lumayan lapang untuk mendirikan tenda..
salam kenal.. :D
wah para pemburu nafsu yang terdampar di sana mas hadeehhh mereka menodi tenpat seindah inid engannafsu yg salah tempat mas... untung Allah gak kirim tsunami naudzubillah dah.... smga mereka sadar mas...
BalasHapusSemoga pengunjung bisa paham bahwa keindahan alam jgn dicemari tingkah laku maksiat..
HapusJangan sampai Tsunami mas, kasihan masyarakat.. Semoga.. :D