Menelaah namanya, pers mahasiswa adalah rangkaian dari dua kata yang sangat sakti. Boleh dikatakan sakti karena keduanya adalah unsur utama terciptanya perubahan pada masyarakat.
Menurut Luqman (2000), pers mahasiswa adalah entitas-sintesis dari dua subjek yang sama-sama potensial dan berat; yang satu "pers" dan satunya lagi "mahasiswa". Sebagai pers, ia dituntut mampu menjalankan fungsi-fungsi persnya secara konsekuen dan independen. Sedangkan sebagai mahasiswa, ia dituntut menjadi pelopor perubahan dan pemecah kebekuan. Maka, ketika kedua entitas itu digabungkan, dapat dibayangkan betapa besar, agung, dan beratnya nama yang disandangnya.
Sejarah telah membuktikan bahwa pers mahasiswa (persma) adalah bagian penting dari transformasi sejarah peradaban bangsa Indonesia. Jejak perjalanannya telah ikut menumbuhkembangkan timbulnya peristiwa akbar negeri ini. Mulai dari masa Orde Lama Soekarno dengan gerakan 66-nya, peristiwa Malari 1974 dan yang paling fenomenal adalah peristiwa Mei 1998. Kemenangan rakyat pada penggulingan orde baru adalah salah satu bagian dari kontribusi besar pers mahasiswa. Saat itu, persma berperan penting dalam menyampaikan informasi yang mengakomodasi kepentingan rakyat yang terkungkung akibat represivitas militer ala Orde Baru.
Pers mahasiswa bergerak jelas dalam bentuk penciptaan tulisan yang menjadi buah karya mahasiswa. Tulisan yang penuh nafas kekritisan, idealisme, perjuangan, dan pergerakan adalah inti semangat dari eksistensi persma. Bukannya menafikkan gerakan mahasiswa lain, persma bergerak dengan jerat yang lebih lapang. Lapang karena ide-ide tulisan yang tersampaikan dapat secara luas mempengaruhi dan membentuk opini publik. Mahasiswa dan masyarakat terbentuk pemahamannya untuk mencari kebenaran atas suatu peristiwa. Maka sahihlah ungkapan PENA LEBIH TAJAM DARIPADA PEDANG!
Sekarang dinamika zaman telah berubah. Musuh otoriter telah tiada dalam pemaksudan yang membatasi gerakan mahasiswa secara kasatmata. Semuanya telah bebas bak burung yang terbang di angkasa. Iklim demokrasi dan keterbukaan melahirkan tantangan baru untuk persma. Pers mahasiswa wajib berubah agar tetap sejalan dengan fungsinya, menjadi eksponen utama atas penciptaan mahasiswa sebagai intelektual yang kontributifpada rakyat.
Persma di masa kini dituntut musti lebih kreatif – tanpa kehilangan idealisme tentunya – dalam mengikuti arus zaman. Era globalisasi informasi telah menciptakan ancaman sekaligus peluang untuk pers mahasiswa. Persma terancam dengan canggihnya teknologi informasi karena berita yang dihasilkan berasal dari seluruh dunia dengan kemudahan dan kecepatan akses yang luar biasa. Pemberitaan dari persma terkalahkan dari media online ataupun offline mainstream yang lebih mapan dalam hal profesionalitas dan modal. Bahkan fenomena jejaring sosial seperti facebook yang narsis merupakan ganjalan atas informasi yang disampaikan persma.
Akan tetapi, kemajuan arus informasi ini tetap dapat menjadi peluang yang bisa dimanfaatkan persma. Ada ranah yang bisa digarap persma agar eksistensinya dapat dipertahankan. Pers mahasiswa tak akan pernah pudar. Dengan adanya teknologi informasi, persma bisa menjadi katalisator dalam upaya edukasi penggunaan informasi secara bijak dan bertanggung jawab. Tidak semua informasi yang beredar bermanfaat bagi peradaban bangsa. Persma ini mampu menjadi wadah untuk mendidik orang di dalamnya dan juga mahasiswa agar tetap sejalan dengan fungsi pokok mahasiswa, yaitu agen perubahan.
Kini persma pun berpeluang besar menjadi wadah kreatif bagi penghuninya lewat penjajakan media internet. Kesempatan untuk online ini tentu sangat baik bagi persma karena pemberitaan yang dihasilkan dapat diakses dari seluruh penjuru dunia, tidak dari lokal kampus saja. Tinggal yang perlu diupayakan adalah bagaimana cara penyajiannya agar tidak kalah bersaing dengan pers umum. Akhirnya ini pun sebagai peluang yang menuntut mahasiswa agar secara kreatif dan gila mampu membuat situs informasi pers mahasiswa yang menarik minat pengunjung dalam segi konten dan komersial bisnis.
Selain itu sebenarnya yang terpenting dari peluang pers mahsiswa di tengah tataran global ini adalah laku setianya dalam melahirkan orang-orang hebat yang berkontribusi besar untuk negeri ini, tidak hanya dalam menelurkan para jurnalis dan wartawan yang teguh membela kebenaran. Sebut saja, Menkeu RI, Sri Mulyani adalah mantan penggiat persma ECONOMICA FE UI. Selain itu, Tony Prasetiantono yang menjadi Kepala PSEKP UGM dan Chief Economist BNI adalah aktivis di persma EQUILIBRIUM FEB UGM, yang sampai saat ini tulisan akademisnya sering menghiasi rubrik analisis dan opini di berbagai media nasional. Dan, masih banyak lagi aktivis pers mahasiswa yang mengambil posisi penting dalam dinamika kehidupan ini.
Kehebatan seperti itu timbul tak terlepas dari iklim yang terdapat dalam tubuh pers mahasiswa. Disadari atau tidak ketika mahasiswa aktif bercengkerama dengan pers mahasiswa, maka dirinya harus siap dengan budaya literasi yang terdiri dari membaca, diskusi dan menulis. Mahasiswa harus banyak membaca demi perluasan cakrawala pengetahuannya, musti diskusi untuk menumbuhkan kekritisan dan aktualisasinya, dan yang terpenting dilanjutkan dengan keharusan menulis untuk merekam gagasannya demi penigkatan peradaban manusia. Inilah yang menciptakan kebanggaan bahwa mahasiwa yang aktif di pers mahasiswa adalah intelektual-intelektual sejati yang berkontribusi besar bagi bangsanya.
Menjadi bagian dari pers mahasiswa tentu tidaklah sulit dan tanpa makna. Bangga menjadi arsitektur perubahan lewat wacana yang digagas orang-orangnya merupakan aksioma kuat atas realita. Kinipun pers mahasiswa masih terus menggeliat menapaki zaman serba modern ini. Hidup dan terus hidup dalam persma adalah daya menuju bangsa yang berliterasi tinggi. Yakinlah, melalui pers mahasiswa maka upaya menjadikan TULISANKU, TOMBAK KEMAJUAN BANGSAKU akan terus bergelora di negeri ini.